Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kondisi Sungai Cipager di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pascabanjir bandang

Cirebon, IDN Times - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon memutuskan tidak menetapkan status tanggap darurat meskipun banjir bandang telah melanda beberapa wilayah di kabupaten tersebut. Sebagai gantinya, Pemkab hanya menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi.

Keputusan ini diambil berdasarkan evaluasi kondisi banjir yang dinilai masih dapat ditangani oleh pemerintah daerah bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon dan instansi terkait.

1. Hanya tetapkan siaga darurat

Bencana banjir bandang dan tanah longsor menerjang Kabupaten Pekalongan, Selasa (21/1/2025). (Instagram/@pekalonganinfo)

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Deni Nurcahya mengatakan, penanganan banjir sudah dilakukan secara intensif dengan mengerahkan tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan masyarakat.

“Berdasarkan laporan di lapangan, banjir bandang ini berdampak pada 10.820 warga di beberapa kecamatan. Namun, kami masih dalam kapasitas untuk menangani situasi ini tanpa perlu menetapkan status tanggap darurat,” kata Deni, Rabu (22/1/2025).

Status siaga darurat bencana hidrometeorologi mencakup potensi banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang biasanya terjadi akibat curah hujan tinggi. Penetapan status ini memungkinkan Pemkab untuk mengantisipasi kemungkinan bencana yang lebih besar serta mengoptimalkan kesiapsiagaan.

Deni menambahkan, status ini memberikan fleksibilitas kepada pemerintah untuk mendistribusikan bantuan logistik, membangun posko pengungsian, serta memobilisasi sumber daya yang diperlukan.

“Siaga darurat ini berlaku hingga 31 Mei 2025, sesuai dengan periode puncak musim hujan. Kami juga bekerja sama dengan BMKG untuk terus memantau perkembangan cuaca dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat,” tutur Deni.

Sebanyak 10.820 warga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat terdampak bencana banjir bandang. Kejadian tersebut mengakibatkan aktivitas warga terganggu, mulai dari pekerjaan hingga kegiatan sehari-hari.

Banjir bandang yang terjadi akibat curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir menyebabkan air sungai meluap dan merendam permukiman di berbagai kecamatan. Selain itu, fasilitas umum seperti jalan, sekolah, dan tempat ibadah juga mengalami kerusakan.

2. Aktivitas warga terganggu

Ilustrasi banjir. Aktivitas sekolah terganggu karena banjir sudah menguasai jalan dan halaman sekolah di Banjarmasin.

Deni mengatakan, bencana besar tersebut membuat semua aktivitas masyarakat terganggu.

"Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan telah dikerahkan untuk membantu evakuasi warga serta mendistribusikan bantuan logistik," kata Deni.

Warga terdampak banjir bandang di Kabupaten Cirebon, menuntut pemerintah segera bertindak dan bertanggung jawab atas kerusakan akibat bencana tersebut.

Warga menilai, lambatnya penanganan yang dilakukan oleh pihak berwenang dinilai menjadi indikasi kurangnya kesiapan pemerintah dalam menghadapi bencana

Salah satu warga terdampak, Edi (55 tahun) mengungkapkan kesedihannya setelah rumah serta warung bakso miliknya rusak tersapu banjir bandang.

"Barang-barang habis, bahkan surat-surat penting ikut hanyut. Kami tidak tahu harus memulai dari mana,” kata Edi warga Desa Palir Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, Senin (20/1/2025).

Hal serupa disampaikan oleh Slamet Riyadi (52), seorang petani yang sawahnya hancur akibat terjangan banjir. Slamet mengatakan, tidak hanya kehilangan hasil tanam yang seharusnya dipanen minggu depan, tetapi juga seluruh modal yang telah ia keluarkan.

Warga menilai, pemerintah setempat kurang sigap dalam menangani dampak bencana ini. Hingga kini, warga terdampak masih melakukan proses pembersihan rumah dari lumpur dan mencari harta yang hilang terseret air.

3. Pemerintah kecolongan

Banjir bandang melanda sebagian Desa Palir, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.

Penjabat Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya mengakui, upaya penanganan masih jauh dari sempurna. Ia menyebutkan, pemerintah telah mengirimkan tim ke lokasi terdampak untuk membantu evakuasi dan mendistribusikan bantuan.

"Banjir datang tiba-tiba. Kami mengantisipasi di wilayah timur, tetapi ternyata di sini (Sungai Cipager) yang diterjang banjir," katanya.

Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, bersama personel TNI dan Polri, masih bergerak cepat melakukan evakuasi. Prioritas utama dalam evakuasi diberikan kepada kelompok rentan, seperti lanjut usia dan anak-anak balita, untuk memastikan keselamatan mereka.

"Hingga saat ini, proses evakuasi dan pendataan terus berlangsung," ujar Wahyu.

Hujan deras yang mengguyur kawasan hulu Sungai Cipager di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada Jumat (17/1/2025) malam menjadi pemicu terjadinya banjir bandang. Curah hujan yang sangat tinggi ini menyebabkan debit air sungai meningkat secara drastis dalam waktu singkat.

Akibatnya, tanggul sungai tidak mampu menahan tekanan air dan akhirnya jebol, membuat air meluap ke permukiman penduduk. Peristiwa ini menimbulkan dampak besar, terutama bagi warga di lima kecamatan yang terdampak langsung oleh banjir tersebut.

Banjir bandang yang terjadi secara tiba-tiba ini mengejutkan banyak warga yang tidak sempat menyelamatkan harta benda mereka. Ribuan rumah di sepanjang aliran Sungai Cipager tergenang air, merusak perabotan, alat elektronik, hingga dokumen penting milik warga.

Selain itu, derasnya arus air menyeret beberapa kendaraan, termasuk tiga unit mobil. Dua di antaranya ditemukan tersangkut di aliran sungai sekitar Desa Palir, Kecamatan Tengahtani, dengan kondisi rusak berat.

Banyak dari mereka terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman karena rumah mereka tidak lagi layak huni.

Selain itu, keberadaan puing-puing yang terbawa arus turut menghambat proses evakuasi. Namun, berkat kerja sama yang solid, banyak warga berhasil diselamatkan dan dievakuasi ke tempat yang lebih aman.

Editorial Team