Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kondisi Sungai Cipager di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pascabanjir bandang
Kondisi Sungai Cipager di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pascabanjir bandang

Intinya sih...

  • Banjir bandang dipicu oleh aliran air kiriman dari wilayah hulu yang berada di Kabupaten Kuningan. Faktor tata ruang yang belum tertangani optimal juga menjadi penyebab banjir.

  • Pemkab Cirebon menyoroti maraknya alih fungsi sabuk hijau dan kawasan resapan air. Izin pembangunan perumahan baru diputuskan untuk dihentikan sementara hingga kajian kebencanaan dan lingkungan diselesaikan.

  • Dosa tata ruang di Cirebon yang harus dibayar wargaBanjir merendam 3.923 unit rumah yang tersebar di

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Cirebon, IDN Times - Pemerintah Kabupaten Cirebon berjanji melakukan evaluasi menyeluruh terhadap tata ruang wilayah menyusul terjadinya banjir bandang yang melanda sejumlah kecamatan, termasuk Sumber dan wilayah sekitarnya.

Banjir tersebut disebut sebagai kejadian yang jarang terjadi dan menjadi peringatan serius terhadap pengelolaan lingkungan serta pembangunan wilayah.

Wakil Bupati Cirebon, Agus Kurniawan Budiman menegaskan pemerintah daerah tidak akan menganggap banjir tersebut sebagai peristiwa biasa. Menurutnya, banjir bandang menjadi alarm kalau daya dukung lingkungan di Kabupaten Cirebon mulai tertekan, terutama akibat alih fungsi lahan yang tidak terkendali.

1. Banjir bandang jadi alarm tata ruang

Sungai Cipager di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pascabanjir bandang

Agus menjelaskan, berdasarkan hasil peninjauan lapangan, terdapat sejumlah faktor yang memicu banjir bandang. Salah satunya adalah aliran air kiriman dari wilayah hulu yang berada di Kabupaten Kuningan.

Ketika hujan dengan intensitas tinggi terjadi, debit air dari wilayah atas langsung mengalir ke daerah hilir tanpa penahan yang memadai.

Selain faktor alam, Agus mengakui adanya persoalan tata ruang yang belum tertangani secara optimal. Kawasan yang seharusnya berfungsi sebagai daerah resapan air justru berubah menjadi permukiman dan perumahan. Kondisi tersebut menyebabkan air hujan tidak lagi terserap tanah, melainkan langsung mengalir ke sungai dan saluran drainase yang kapasitasnya terbatas.

“Banjir ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua bahwa tata ruang harus dijaga. Ketika resapan air berkurang, risiko bencana meningkat,” ujar Agus, Senin (29/12/2025).

2. Alih fungsi lahan dan perumahan jadi sorotan

Bupati Cirebon, Imron Rosyadi, menyebut banjir bandang yang melanda Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (23/12/2025), diduga kuat dipicu oleh alih fungsi lahan di kawasan hulu.

Pemkab Cirebon menyoroti maraknya alih fungsi sabuk hijau dan kawasan resapan air. Di beberapa wilayah hulu, ditemukan penggundulan lahan dan berkurangnya vegetasi yang sebelumnya berperan menahan aliran air. Kondisi tersebut diperparah dengan pembangunan perumahan yang dinilai tidak sepenuhnya mempertimbangkan aspek kebencanaan.

Agus menjelaskan, pemerintah daerah akan melakukan evaluasi terhadap perizinan perumahan. Izin pembangunan perumahan baru diputuskan untuk dihentikan sementara hingga kajian kebencanaan dan lingkungan diselesaikan.

“Kami tidak antipembangunan, tapi pembangunan harus sejalan dengan keselamatan masyarakat. Jangan sampai perumahan justru menjadi sumber bencana,” kata Agus.

Faktor lain yang memperparah banjir bandang adalah sedimentasi sungai dan penumpukan sampah di saluran air. Sungai yang mengalami pendangkalan tidak mampu menampung debit air saat hujan deras. Sementara itu, sampah rumah tangga yang dibuang ke saluran air mempercepat terjadinya luapan.

Pemkab Cirebon berencana melakukan normalisasi sungai secara bertahap dan meningkatkan pengawasan terhadap kebiasaan membuang sampah sembarangan. Edukasi kepada masyarakat akan diperkuat agar kesadaran menjaga lingkungan tumbuh bersama.

“Masalah banjir tidak bisa diselesaikan pemerintah sendiri. Perlu kesadaran masyarakat untuk menjaga sungai dan saluran air,” ujar Agus.

3. Dosa tata ruang di Cirebon yang harus dibayar warga

Hujan berintensitas tinggi yang mengguyur wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada Selasa (23/12/2025) sore, menyebabkan banjir di sejumlah titik.

Kabupaten Cirebon dilanda banjir dalam sepekan terakhir. Hujan dengan intensitas tinggi yang turun hampir setiap hari membuat sejumlah kecamatan terendam air dengan ketinggian bervariasi, mulai dari 30 sentimeter hingga mencapai 1,5 meter di titik terparah.

Permukiman warga, sawah, fasilitas umum, hingga akses jalan utama lumpuh. Aktivitas ekonomi warga terganggu, sekolah terpaksa diliburkan, dan sebagian keluarga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Dalam catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, sebanyak 10.827 jiwa dari 4.107 kepala keluarga (KK) terdampak dalam peristiwa tersebut.

Diketahui, banjir merendam 3.923 unit rumah yang tersebar di 24 desa pada sembilan kecamatan. Meski sempat menggenangi permukiman, seluruh wilayah terdampak kini dipastikan sudah surut. Tidak ada laporan korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Selain rumah warga, banjir juga mengenai berbagai fasilitas umum. BPBD mencatat empat sekolah, sebelas tempat ibadah, serta 179,98 hektare lahan sawah ikut terendam akibat luapan air sungai dan hujan berintensitas tinggi. Kondisi ini membuat aktivitas masyarakat sempat lumpuh, terutama di wilayah yang airnya bertahan cukup lama sebelum akhirnya surut.

Dari sembilan kecamatan terdampak, Kecamatan Plumbon menjadi wilayah dengan dampak paling besar. Di daerah tersebut tercatat 2.161 rumah terendam, bahkan sebagian mengalami kerusakan ringan hingga sedang.

Sementara itu, wilayah lain yang juga terdampak antara lain Kecamatan Sumber dengan 159 rumah, Kecamatan Tengahtani sebanyak 672 rumah, dan Kecamatan Talun mencapai 931 rumah. Adapun kecamatan lainnya meliputi Mundu, Weru, Gunungjati, Kedawung, Dukupuntang, dan Plumbon.

Selain rumah, banjir juga merusak sejumlah tembok penahan tanah (TPT) di bantaran sungai, dengan tingkat kerusakan bervariasi dari ringan hingga berat, terutama di wilayah Sumber sampai Plumbon.

Editorial Team