Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250630-WA0054.jpg
Wagub Jabar Erwan Setiawan (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Intinya sih...

  • Erwan merasa jarang dilibatkan dalam agenda pemerintahan dan tidak mendapatkan informasi mengenai kegiatan tersebut.

  • Erwan langsung menyentil Sekda Herman saat rapat paripurna di DPRD Jabar terkait permasalahan utang BPJS.

  • Konflik semakin panas setelah Herman memberikan jawaban terkait ketidakhadirannya dan Erwan memuncak hingga mengungkit cerita masa lalu mereka bersama-sama di Kabupaten Sumedang.

Bandung, IDN Times - Konflik terbuka antara Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan dan Sekda Herman Suryatman kini mencuat di publik. Ketidakharmonisan keduanya dalam menjalankan roda pemerintahan turut disampaikan langsung oleh Erwan saat ditemui awak media di Gedung Sate, Senin (30/6/2025).

Pada saat itu, Erwan mengungkap semua kekesalannya karena jarang melihat Herman berada di ruang kerja Gedung Sate. Dia juga merasa jarang mendapatkan informasi apapun mengenai kegiatan pemerintahan.

Erwan pun menuding, Herman sudah kelewat batas dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) sebagai Sekda Provinsi Jabar. Di mana harusnya membina administrasi dan aparatur pemerintah daerah, kini justru banyak bekerja di luar hal tersebut.

Akhirnya, kekesalan yang memupuk ini membuat Erwan menyampaikan semuanya kepada awak media. Dan tegas mengatakan hubungannya dengan Herman tidak akur.

"Memang ada keretakan, kenyataan ada keretakan. Ini kenyataan. Sudah di luar batas ya. Saya katakan sendiri sudah di luar batas, sudah di luar kemenangan-kewenangan dia," ujar Herman dengan nada tinggi dan kesal.

Lalu, seperti apa awal mula konflik terbuka antara Erwan dan Herman? Berikut beberapa fakta konflik antar keduanya.

1. Jarang dilibatkan agenda pemerintahan

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Rumor ketidakakuran keduanya mulai muncul sejak sebelum 100 hari masa kepemimpinan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan. Di mana posisi Erwan memang jarang terlihat langsung dalam kegiatan-kegiatan pemerintahan dan berkaitan dengan program langsung. Misalnya seperti pelantikan kepala kepala dinas beberapa waktu lalu di Pabrik BYD, Kabupaten Subang.

Pernyataan ini pun dibenarkan oleh Erwan di mana dirinya tidak diberikan informasi mengenai adanya kegiatan tersebut. Bahkan, sampai kini Erwan mengklaim tidak tahu siapa saja kepala dinas di lingkungan Pemprov Jabar.

"Kan seharusnya seorang Sekda itu memberitahu, minimal ngasih tahu lah, Pak hari ini akan ada pelantikan, kepala dinas ini, kepala dinas itu," kata Erwan.

2. Erwan langsung sentil Sekda saat paripurna di DPRD Jabar

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Kondisi ini terus berlanjut hingga membuat Erwan merasa kesal dan menyampaikan sentilannya di sela rapat paripurna di Gedung DPRD Jabar, Kamis (19/6/2025). Adapun rapat paripurna itu beragendakan pandangan fraksi terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Pertanggungjawaban APBD Tahun Anggaran 2024.

Saat itu, anggota DPRD Jabar dari fraksi PDIP, Pipik Taufik Ismail menanyakan soal utang Provinsi Jabar kepada BPJS sekitar Rp300 miliar.

"Ini kasusnya di 2024, maka kami fraksi PDIP ingin meminta ketua TAPD untuk memberi penjelasan terkait permasalahan utang BPJS Rp300 milyar. Ini jadi permasalahan tata kelola keuangan di Jabar, karena mengganggu permasalahan keuangan BPJS di beberapa daerah di Jabar," ujar Pipik.

Kemudian, Wakil Ketua DPRD Jabar, MQ Iswara sekaligus pimpinan sidang memberikan tanggapan dan mengantarkan bahwa utang tersebut akan direalisasikan di perubahan anggaran tahun ini. Setelah itu, Iswara melemparkan ke Erwan Setiawan.

Gayung bersambut, Erwan menjawab, jika penyampaian jawaban pelaksanaan APBD 2024 akan disampaikan oleh Sekda Jabar. Dia pun meminta anggota DPRD agar sekalian menanyakan ke mana saja Sekda. Sebab, menurutnya selama Paripurna Sekda dianggap tidak pernah hadir.

"Karena saya dengan Gubernur tahun 2024 belum menjabat, supaya lebih real, tadi yang disampaikan oleh yang terhormat juga dari fraksi PDIP," ujar Erwan.

"Dan juga sekalian tanyakeun (tanyain), kamana wae (kemana saja) Sekda. Selama saya paripurna mewakili Pak Gubernur, belum pernah saudara Sekda hadir dan sekarang pun di kantor gak pernah ada, coba tanyakan yang terhormat anggota DRPD, terimakasih," katanya.

Sontak, pernyataan Erwan itu, ditanggapi lagi oleh Iswara yang menyebut jika Gubernur, Wakil Gubernur dan Sekda merupakan bagian dari integral yang tidak terpisahkan dari eksekutif.

"Yang dibacakan nanti hasil pembahasan bersama, jadi kita akan menerima nanti apakah Gubernur yang menjawab, apakah pak Sekda dan masalah yang disampaikan Wakil Gubernur tadi biarlah itu menjadi masalah internal di eksekutif, kita jaga rumah kita masing-masing saja," ujar Iswara.

3. Konflik makin panas setelah Herman memberikan jawaban

Sekretaris Daerah Jabar Herman Suryatman (Humas/Pemprov Jabar)

Sementara itu, Sekda Jabar Herman Suryatman memberikan tanggapan yang diunggah melalui akun Instagram pribadinya. Dia mengatakan, ketidakhadirnya hari ini dikarenakan ada agenda lainnya bersamaan dengan mewakili Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Selain itu, pada waktu berikutnya, Herman mengatakan, ada kegiatan mendampingi kunjungan menteri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno untuk meninjau lokasi bencana pergerakan tanah di Kabupaten Purwakarta.

"Kebetulan di waktu yang sama jam 11:30 WIB saya terima tugas Pak Gubernur untuk mendampingi kunjungan kerja bapak menteri PMK ke lokasi bencana pergeseran tanah di Pasir Munjul, Purwakarta," katanya.

Sehari setelah itu, Herman pun datang ke agenda paripurna DPRD Jabar Senin (23/6/2025), dan saat itu dirinya menyatakan hubungannya sudah kembali harmonis dengan Erwan Setiawan.

"Pak Gubernur kan juga sudah menjawabnya. Itu kan kerinduan, kangen. Tidak ada (Cari panggung). Kami baik - baik saja. Ini kan bagian dialektika, romantika, ya kan. Justru indahnya pemerintahan pada saat ada dinamika," bebernya.

Namun Herman menegaskan, yang terpenting dalam kinerjanya adalah loyalitas dan akuntabilitas. "Yang paling penting, hati bersih dan tentu tujuannya sama. Yaitu membuat Pemprov Jawa barat yang berkinerja tinggi. sehingga bisa mewujudkan visi Jawa Barat Istimewa," bebernya.

Herman mengaku bahwa selama ini pihaknya adalah ASN yang loyal. "Saya loyal. Loyal ke Pak Gubernur, loyal ke Pak Wakil Gubernur, loyal ke temen-teman, loyal ke DPRD. lebih jauhnya loyal ke masyarakat," tutupnya.

Semua klaim Herman ini dibantahkan oleh Erwan, di mana dia mengatakan tidak pernah ada komunikasi setelah peristiwa tersebut. Dia mengatakan, Herman tidak menghubungi langsung dirinya dan datang ke kantor untuk berkoordinasi kembali.

"Saya ngontak Sekda, Pak Sekda sampaikan beberapa statemen bahwa dia sudah ada komunikasi dengan saya, Demi Allah tidak ada sampai saat ini ya. Tidak ada, belum telepon atau ngajak ketemu langsung, tidak," kata Erwan.

4. Kekesalan Erwan memuncak hingga ungkit cerita masa lalu

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman (Humas/Pemprov Jabar)

Dari semua rentetan itu, kemarahan Erwan memuncak dan mengungkit cerita saat dulu keduanya bersama-sama di Kabupaten Sumedang. Di mana Erwan saat itu menjadi Wakil Bupati Sumedang, dan Herman Suryatman menjadi sekdanya.

Erwan menceritakan, Herman sempat memelas meminta tolong kepadanya agar bisa menjadi Sekda Sumedang, di mana saat itu Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir tidak memilih dirinya untuk menjadi Sekda.

"Sejarahnya, sebelum menjadi Sekda Provinsi Jawa Barat beliau adalah Sekda Sumedang. Ketika ingin jadi Sekda Sumedang, dia memelas tengah malam ke rumah saya. Bupati saat itu tidak mau Herman menjadi sekda," katanya.

"Saya tiga kali lobi Bupati untuk nerima Saudara Herman jadi Sekda, sampai jadi Sekda. Sekarang sudah jadi sekda Sumedang, terus sekda provinsi, dia nggak ngehargai saya sama sekali," bebernya.

Erwan memastikan dirinya tidak melarang Sekda Herman untuk turun langsung ke lapangan bersama Gubernur Dedi Mulyadi. Melainkan minta menjalankan tugasnya untuk menginformasikan semua kegiatan pemerintahan kepada dirinya.

"Bukan nggak boleh kerja di lapangan, tetapi ya Sekda itu kan seharusnya mengoordinasikan rapim dengan para kepala dinas. Bagaimana mengoordinasikan program-program yang dibuat oleh pak gubernur, oleh saya. Bukan di lapangan terus, biarkan Pak Gubernur di lapangan, saya juga sekali-kali ke lapangan," jelasnya.

"Tapi ya Sekda itu, ya jangan seperti itu loh. Jangan ambil alih kerjaan orang, sementara kerjaan sendiri enggak dikerjakan," kata Erwan kesal.

Editorial Team