Suasana kampus ITB (IDN Times/Azzis Zulkhairil)
Di tempat yang sama Dekan Sekolah Farmasi ITB, Diky Mudhakir menyatakan, kerja sama ini sejalan dengan riset-riset yang telah lama dikembangkan di kampusnya, terutama yang berkaitan dengan stunting.
Menurutnya, nota kesepahaman (MoU) ini akan membuka jalan bagi sinergi yang lebih kuat, termasuk program beasiswa untuk penelitian yang berfokus pada kesehatan anak.
"Programnya akan sejalan dengan nota kesepahaman, terutama yang terkait dengan tumbuh kembang anak. Bahkan sebelum ada rencana kerja sama ini, kami di Sekolah Farmasi sudah memiliki riset-riset terkait stunting yang dilakukan oleh dosen untuk jenjang S1, S2, hingga S3. Jadi, ini sangat sejalan dan bisa dikolaborasikan," ujar Diky.
Salah satu inovasi unggulan yang siap dikembangkan lebih lanjut dalam kolaborasi ini adalah produk suplemen untuk meningkatkan kecerdasan otak anak. Produk ini berasal dari pemanfaatan sari pati minyak ikan lele yang kaya akan omega dan DHA. Inovasi ini, menurut Prof. Diky, lahir dari program pengabdian masyarakat di desa binaan SF ITB.
"Pihak 'Tentang Anak' menginginkan adanya produk yang berbasis data. Kebetulan, kami sudah memiliki produk untuk meningkatkan kecerdasan otak anak yang berasal dari sari pati minyak ikan lele," katanya.
Diky memaparkan, pengembangan produk ini berawal dari upaya pemberdayaan masyarakat peternak lele. SF ITB membantu memanfaatkan minyak lele, yang sebelumnya sering terbuang, menjadi produk bernilai tinggi.
"Ini bukan produk gelatin. Justru kami memberdayakan potensi di desa binaan. Minyak dari ikan lele yang seringkali masyarakat bingung mau diapakan, akhirnya kami manfaatkan. Sari patinya diambil, dan oleh salah satu profesor kami, didiversifikasi menjadi produk untuk tumbuh kembang anak," katanya.
Melalui kerja sama ini, Prof. Diky berharap akan ada diversifikasi produk vitamin dan suplemen lain yang dapat menjawab tantangan stunting secara lebih luas, dengan tetap berpegang pada prinsip inovasi berbasis riset dan pemberdayaan potensi lokal.