Ilustrasi pendakian Gunung Ciremai JP Sadarehe Majalengka
Sebelumnya musibah kebakaran besar sempat melanda kawasan TNGC pada 2019 lalu. Akibatnya, 930 hektar lahan menghitam, hangus dilalap api.
Jaja menjelaskan, kebakaran itu terjadi di tiga titik, termasuk daerah puncak. "Dalam sepuluh tahun terakhir, setidaknya itu yang paling besar," kata dia.
Pada 2019 itu, lanjut dia, upaya pemadaman sempat dilakukan dengan menggunakan bom air. Namun, upaya itupun tidak berjalan baik.
"Karena titiknya ada di puncak, tetap sulit. Di atas kan anginnya cukup kencang, sehingga dikhawatirkan mengganggu helikopter juga. Kalau tidak salah, itu sekitar 1 bulan," ujar dia.
Dijelaskan Jaja, dalam hal penanganan kebakaran, di kawasan TNGC sejatinya memiliki beberapa embung. Namun, hal itu juga tidak bisa membantu banyak.
"Yang efektif itu, kami menampung air di toren, dari sumber. Nah petugas bawa air dari toren itu, untuk memadamkan api," ungkap Jaja
Sementara itu, disinggung pemicu kebakaran, Jaja menyebut ada andil dari sebagian pendaki. Hal itu terlihat dari adanya sisa pembakaran d sekitar titik kebakaran
"Ada sisa seperti bekas bikin masak. Ditambah lagi kondisi tanaman keadaan kering," tuturnya.