PKN ikut mendaftar untuk Pemilu 2024. (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Alasan kedua, kata dia, PKN merasa perlu mempertimbangkan banyak hal sebelum menentukan arah dukungan.
"(Alasan) Yang kedua, PKN punya pendirian bahwa untuk menentukan pilihan itu harus lengkap perkembangannya. Salah satu pertimbangan yang sangat penting adalah terkait dengan gagasan, pikiran, program, tawaran-tawaran konkret untuk Indonesia lima tahun ke depan, bahkan lebih jauh dari itu," kaya dia.
Alih-alih memberikan dukungan, Anas justru cenderung memilih untuk memberikan kader dan caleg PKN melihat dinamika yang ada. Dari sana, diharapkan ia bisa mengambil kesimpulan terkait gagasan yang diberikan itu.
"Biarkan, sekarang ini masa kampanye, masa untuk kader-kader PKN, termasuk bagi seluruh pemilih di Indonesia untuk meneliti para calon pemimpin ini mau ngapain dan detailnya seperti apa. Apakah tawaran-tawarannya masuk akal, rasional, dan betul-betul bermanfaat bagi Indonesia lima tahun ke depan," ujar Anas.
Ia menegaskan, PKN tidak mengandalkan sosok paslon dalam melabuhkan pilihan, melainkan ide dan gagasan. Sebagai partai baru, Anas ingin menawarkan tradisi baru untuk politik di Tanah Air.
"Sekarang kan masa untuk meneliti, masa kampanye inilah masa yang harus dimanfaatkan sebelum menentukan pilihan jadi pilihannya. Jangan hanya sosoknya yang hadir, tetapi harus betul-betul diteliti dengan detail apa-apa yang mau dikerjakan. Biar tuntas dulu, orang debatnya aja kan baru dua kali debat resmi ya," kata dia.
"Intinya adalah PKN ingin punya tradisi baru bahwa ketika menentukan itu, jangan terhipnotis politik dengan sosoknya. Tetapi harus dibedah betul apa-apa yang dipikirkan, digagas dan mau dikerjakan," lanjut dia.