Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi air bersih. IDN Times/Toni Kamajaya

Sukabumi, IDN Times - Bencana kekeringan yang melanda wilayah Sukabumi kian meluas. Dalam satu bulan terakhir ini, dilaporkan sebanyak 17 kecamatan di Kabupaten Sukabumi mengalami krisis krisis air bersih akibat sumber air mengering.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menunjukan belasan daerah terdampak kemarau itu antara lain Kecamatan Tegalbuleud, Cidadap, Surade, Waluran, Palabuhanratu, cisolok, Cikakak, Ciemas, Ciracap, Jampangtengah, Gegerbitung, Gunungguruh, Cikembar, Kabandungan, Cicurug, Parungkuda dan Kecamatan Cisaat.

"Dari laporan yang kami terima sepanjang bulan Juni sampai dengan Juli, terdapat 17 kecamatan yang dilanda krisis air bersih," jelas Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna.

Fenomena yang kerap terjadi di saat musim kemarau tersebut mendorong warga melakukan berbagai upaya agar bisa mendapatkan suplay air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inilah 5 kejadian miris yang harus dialami warga dalam mengatasi krisis air
bersih.

1. Warga mulai manfaatkan air kubangan

www.tatarsukabumi.id

Sebanyak kurang lebih 15 kepala keluarga (KK) yang bermukim di Kampung Gunungbuleud, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, terpaksa harus memanfaatkan sebuah kubangan yang terletak di dalam hutan Cisarakan.

Genangan air dalam kubangan tersebut berasal dari resapan pepohonan yang ada di kawasan tersebut. Sayangnya air dari kubangan tersebut tidak layak diminum karena berbau dan tidak jernih.

"Ya terpaksa mengambil air dari kubangan, tapi karena airnya terbilang kotor karena itu hanya digunakan untuk mencuci saja," tutur Resti (22), salah seorang warga.

2. Membeli air seharga Rp75 ribu per tangki

Editorial Team

Tonton lebih seru di