Sejumlah pernyataan lainnya mengarah pada dugaan rem blong. Seorang korban selamat, Imam mengatakan bahwa sebelum bus melewati tanjakan Cae sempat tercium bau rem terbakar. Namun, bau tersebut ditepis oleh sopir bukan dari rem.
"Mencium rem blong saat itu kondisi bus sudah dalam Tanjakan Cae, dan kondisi penumpang sempat panik. Nah, pas tau blong kita semua gak bisa apa-apa karena kan tahu jalur itu sudah menurun," tuturnya.
Meski demikian, Imam menuturkan, penumpang tidak ada yang keluar dari bus untuk menyelamatkan diri. Kemudian, bus tetap melaju dan langsung masuk jurang dengan kedalaman kurang lebih 20 meter.
"Pada saat di jalan saya sudah mencium bau kampas rem. Tetapi jawaban sopir katanya rem baru saja diganti," ucapnya.
Pernyataan Imam dikuatkan juga oleh Dirgakkum Korlantas Polri Brigjen Kushariyanto. Ia mengatakan, sebelum melewati tanjakan Cae bus sudah hilang keseimbangan.
Setelah itu, bus langsung bergeser ke arah kanan dengan kondisi ban sudah sempat masuk ke parit di sekitar tanjakan Cae. Kemudian, bus terguling dengan perkiraan sudah dalam posisi menabrak tiang listrik yang ada di lokasi. Setelah menabrak tiang, sopir kemudian membanting setir dengan kecepatan tinggi.
"Ini langsung balik dan bergeser, guard rail gak kuat, posisi kepala bus miring, bannya masih di bawah, mungkin saking hempasannya kenceng hingga bisa tumpah," katanya.
Jika dilihat langsung di lapangan, bus masuk jurang dengan kondisi seperti terpental. Hal ini diketahui karena guard rail ringsek total. Artinya, saat itu bus juga dalam keadaan kecepatan tinggi.
Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan mengatakan, peristiwa ini besar kemungkinan terjadi karena rem blong bukan karena malfungsi kendaraan bus. Hal ini berdasarkan sejumlah fakta yang ditemukan di lapangan. Menurutnya, bus tidak menggunakan
Exhaust brake rem, melainkan hanya memakai gir netral dengan kecepatan tinggi.
Ketika kampas dengan tromol bekerja dengan maksimal, Wildan menjelaskan, permukaan gesek di antara kedua komponen tersebut akan mendekati nol, dan membuat breakfeeding atau kapas permukaan licin seperti kaca.
Sopir juga menggunakan gigi tinggi di turunan, kemudian kampas overheat, dan pada saat itu sopir merasakan rem blong. Wildan bilang, ketika rem blong pengemudi mengocok rem hingga tekanan angin habis.
"Kopling dan pedal mencapai 6 bar. Artinya sudah tidak bisa diinjak lagi. Pengemudi panik memindahkan gigi tanpa menginjak kopling, dan itu laju kendaraan bus meningkat lebih tinggi," tuturnya.
Meski demikian, penyebab dari kasus ini masih belum diputuskan secara pasti. Saat ini Korlantas Polri, Polda Jabar, Kemenhub, KNKT, Dishub Jabar, dan Pemda Sumedang, tengah menggelar rapat terbatas untuk memastikan segala kemungkinan.