133 Grup Angklung TK dan SMA se-Jabar Meriahkan Angklung Day 2019

Daud mengatakan, melalui momentum Angklung's Day kelestarian alat musik yang dibuat dari bambu itu bisa dijaga bahkan berkembang tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Pasalnya, angklung mampu memainkan nada-nada musik internasional.

"Saya yakin di unit-unit sekolah biasanya itu ada grup angklung, nah grup angklung ini harus kita rawat. Misalnya memberikan kesempatan mereka tampil di hotel-hotel yang biasa menampung (khususnya) wisatawan mancanegara,” kata Daud.

Daud menambahkan, ia pernah menjadi pemain angklung saat duduk di bangku SMP. Sehingga ia menginginkan angklung harus tetap lestari dan patut untuk diberikan panggung-panggung dimana pun.

"(Tampil) seperti itu saya alami sendiri pada saat SMP, kebanggaan buat anak-anak dan sampai saat ini pun saya apresiasi, saya menghormati angklung, dan ingin terus melestarikan," tambahnya.

Untuk diketahui, event Angklung’s Day ini digelar oleh KABUMI (Keluarga Besar Bumi Siliwangi) Universitas Pendidikan Indonesia dan sudah dihelat selama sembilan tahun sejak angklung ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda atau World Intangible Heritage oleh UNESCO pada 2010.

Dalam acara tersebut, para peserta juga memainkan medley lagu daerah se-Nusantara mulai dari Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, hingga Papua.