Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_6039.jpeg
RSUD Syamsudin SH, Kota Sukabumi (IDN Times/Siti Fatimah)

Intinya sih...

  • Hasil skrining rutin RSUD Syamsudin mengejutkan

  • Pegawai positif NAPZA akan ditindak tegas sesuai aturan

  • Faktor pemicu penggunaan NAPZA bermacam-macam

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kota Sukabumi, IDN Times - Plt Direktur Utama RSUD Syamsudin, Yanyan Rusyandi mengungkapkan, hasil skrining rutin yang mengejutkan. Sepuluh pegawai rumah sakit dinyatakan positif narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA). Empat di antaranya merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN).

"Rumah Sakit ini melaksanakan pelayanan, jadi SDM harus kompeten dan profesional. Untuk itu kami punya program K3, salah satunya screening kesehatan secara berkala," kata Yanyan kepada awak media, Jumat (15/8/2025).

1. Berawal dari rangkaian pemeriksaan

Plt Dirut RSUD Syamsudin SH, Yanyan Rusyandi (IDN Times/Siti Fatimah)

Yanyan menjelaskan, screening yang dilakukan bukan hanya mendeteksi penyalahgunaan NAPZA. Pemeriksaan hepatitis, kanker rahim, dan penyakit lain juga masuk dalam program tersebut.

"Tahun lalu kami lakukan di unit berisiko seperti anestesi, hasilnya semua negatif. Tahun ini kami lakukan lagi, dan ternyata ada yang positif NAPZA," ujarnya.

2. Proses tegas sesuai aturan

Ilustrasi narkotika (pexels.com/MART PRODUCTION)

Yanyan menegaskan, 10 perawat dan petugas yang positif NAPZA akan ditindak tegas. Untuk empat pegawai ASN yang terlibat, proses hukum internal dilakukan sesuai regulasi. Tahapannya meliputi berita acara pemeriksaan (BAP) oleh dirinya langsung, pembebasan tugas, dan pelaporan ke Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) yaitu Wali Kota Sukabumi.

"Pak Wali Kota mengarahkan agar kami tegas sesuai aturan yang berlaku. ASN yang positif sekarang sudah berproses di BKPSDM dan Inspektorat," jelasnya.

Sementara untuk pegawai BLUD dan outsourcing, Yanyan memastikan status kerjanya langsung dihentikan. "Kalau mereka di pelayanan, kami siapkan pengganti agar pasien tetap terlayani," imbuhnya.

3. Faktor pemicu dan cerita di baliknya

ilustrasi narkotika (unsplash.com/cd163601)

Yanyan menyebut motif penggunaan beragam. Ada yang kembali memakai karena masalah keluarga, stres, atau sekadar mencoba. Dari 10 pegawai yang positif, lima adalah perawat, empat tenaga administrasi, dan satu pegawai outsourcing. Semuanya laki-laki.

"Ada yang bilang cuma nyoba, ada juga yang memang punya kebiasaan. Tapi tidak ada yang memakainya saat jam kerja," katanya.

Ia memastikan pihak rumah sakit telah memperketat pengawasan obat-obatan NAPZA. "Kami simpan di lemari besi berjeruji dengan dua kunci dan ada dua kali cross-check. Tapi tetap saja ada yang mendapat dari luar," ungkapnya.

Pihak RSUD Syamsudin kini menunggu hasil proses administrasi pegawai dan arahan lanjutan dari BKPSDM serta Wali Kota. Soal kemungkinan pelaporan ke kepolisian, Yanyan mengatakan itu akan menyesuaikan hasil pemeriksaan lebih lanjut.

"Kami tidak mempublikasikan hasil laboratorium secara detail, tapi semua sudah dikonfirmasi oleh dokter spesialis patologi klinik. Yang jelas, kami ingin menjaga kepercayaan publik bahwa pasien dilayani oleh pegawai yang sehat," pungkasnya.

Editorial Team