10 Desa dan Delapan Kecamatan Terdampak Banjir Kabupaten Bogor

Bandung, IDN Times - Banjir kawasan Puncak Kabupaten Bogor melanda sebanyak delapan desa dan tiga kecamatan pada Minggu (2/3/2025), sekitar pukul 20.30 WIB. Ratusan jiwa turut terdampar dan rumah hingga fasilitas umum juga terdampak dari banjir bandang ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat sebanyak 423 jiwa di Kampung Pensiunan, Desa Tugu Selatan, Cisarua, terdampak bencana banjir akibat luapan Sungai Ciliwung. Adapun banjir bandang itu terjadi akibat hujan deras dengan intensitas yang tinggi.
1. Ada 988 jiwa terdampak

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Adam Hamdani mengatakan, hujan dengan intensitas yang tinggi itu mengakibatkan aliran Sungai Ciliwung meluap ke rumah-rumah warga yang berada di sekitarnya.
"BPBD mencatat banjir di Kabupaten Bogor melanda sepuluh desa dan delapan kecamatan, di antaranya merendam 257 rumah. Sebanyak 260 kepala keluarga dan 988 jiwa terdampak. Terdapat dua kepala keluarga dan delapan jiwa mengungsi dan dilaporkan satu korban hilang," kata Adam melalaui keterangan resmi, Senin (3/3/2025).
2. Banjir sempat surut di siang hari

BPBD Jabar telah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Bogor dan Kota Bogor melakukan asesment, juga dengan pemerintah desa dan pihak terkait melakukan penanganan bencana hingga hari ini.
Hingga Senin siang, banjir tersebut sudah surut dan tim BPBD masih terus melakukan pencarian korban yang hilang.
Bupati Bogor Rudy Susmanto pun sempat mengunjungi lokasi kejadian dan menemui beberapa korban di lokasi pengungsian, Senin (3/3/2025) dini hari, sekaligus menyerahkan bantuan dan memastikan ketersediaan dapur umum untuk masyarakat.
3. Dedi Mulyadi kaji peristiwa bencana ini

Sementara itu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan keprihatinannya atas bencana yang terjadi, terutama terkait meluapnya Sungai Jayanti di Kabupaten Bogor yang mengakibatkan banjir dan merendam pemukiman warga.
"Saya belum mengetahui secara pasti penyebab utama meluapnya Sungai Jayanti, namun hal ini perlu segera dikaji agar solusi yang tepat dapat diambil," ujar Dedi Mulyadi, dikutip Senin (3/3/2025).
Ia menegaskan bahwa alih fungsi lahan di kawasan Puncak Bogor harus segera dihentikan demi menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah bencana lebih lanjut.
"Berdasarkan data yang kami miliki, lebih dari seribu hektare lahan perkebunan teh di Puncak telah beralih fungsi. Ini menjadi perhatian serius karena berpotensi memperburuk kondisi lingkungan," tegasnya.
Gubernur berencana segera berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti PTPN dan Perhutani Jabar, untuk mengembalikan fungsi konservasi lahan yang telah berubah.
"Kami tidak boleh hanya memikirkan keuntungan ekonomi jangka pendek. Sejak zaman kolonial, Belanda menanam teh di kawasan ini bukan hanya untuk produksi, tetapi juga sebagai bagian dari upaya konservasi lingkungan dan perlindungan lahan," katanya.