10.820 Warga Terdampak Banjir Bandang di Cirebon

Cirebon, IDN Times - Sebanyak 10.820 warga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat terdampak bencana banjir bandang. Kejadian tersebut mengakibatkan aktivitas warga terganggu, mulai dari pekerjaan hingga kegiatan sehari-hari.
Banjir bandang yang terjadi akibat curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir menyebabkan air sungai meluap dan merendam permukiman di berbagai kecamatan. Selain itu, fasilitas umum seperti jalan, sekolah, dan tempat ibadah juga mengalami kerusakan.
1. Aktivitas warga terganggu
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Deni Nurcahya mengatakan, bencana besar tersebut membuat semua aktivitas masyarakat terganggu.
"Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan telah dikerahkan untuk membantu evakuasi warga serta mendistribusikan bantuan logistik," kata Deni di Kabupaten Cirebon, Selasa (21/1/2025).
Warga terdampak banjir bandang di Kabupaten Cirebon,menuntut pemerintah segera bertindak dan bertanggung jawab atas kerusakan akibat bencana tersebut.
Warga menilai, lambatnya penanganan yang dilakukan oleh pihak berwenang dinilai menjadi indikasi kurangnya kesiapan pemerintah dalam menghadapi bencana.
Salah satu warga terdampak, Edi (55 tahun) mengungkapkan kesedihannya setelah rumah serta warung bakso miliknya rusak tersapu banjir bandang.
"Barang-barang habis, bahkan surat-surat penting ikut hanyut. Kami tidak tahu harus memulai dari mana,” kata Edi warga Desa Palir Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, Senin (20/1/2025).
Hal serupa disampaikan oleh Slamet Riyadi (52), seorang petani yang sawahnya hancur akibat terjangan banjir. Slamet mengatakan, tidak hanya kehilangan hasil tanam yang seharusnya dipanen pekan depan, ia juga kehilangan seluruh modal yang telah diinvestasikan.
Warga menilai, pemerintah setempat kurang sigap dalam menangani dampak bencana ini. Hingga kini, warga terdampak masih melakukan proses pembersihan rumah dari lumpur dan mencari harta yang hilang terseret air.
2. Pemerintah mengaku kecolongan
Penjabat Bupati Cirebon Wahyu Mijaya mengakui, upaya penanganan masih jauh dari sempurna. Ia menjelaskan pemerintah telah mengirimkan tim ke lokasi terdampak untuk membantu evakuasi dan mendistribusikan bantuan.
"Banjir datang tiba-tiba. Kami mengantisipasi di wilayah timur, tetapi ternyata di sini (Sungai Cipager) yang diterjang banjir," katanya.
Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, bersama personel TNI dan Polri, masih bergerak cepat melakukan evakuasi. Prioritas utama dalam evakuasi diberikan kepada kelompok rentan, seperti lanjut usia dan anak-anak balita, untuk memastikan keselamatan mereka.
"Hingga saat ini, proses evakuasi dan pendataan terus berlangsung," ujar Wahyu.
3. Banjir datang tidak terprediksi
Hujan deras yang mengguyur kawasan hulu Sungai Cipager di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada Jumat (17/1/2025) malam menjadi pemicu terjadinya banjir bandang. Curah hujan yang sangat tinggi ini menyebabkan debit air sungai meningkat secara drastis dalam waktu singkat.
Akibatnya, tanggul sungai tidak mampu menahan tekanan air dan akhirnya jebol, membuat air meluap ke permukiman penduduk. Peristiwa ini menimbulkan dampak besar, terutama bagi warga di lima kecamatan yang terdampak langsung oleh banjir tersebut.
Banjir bandang yang terjadi secara tiba-tiba ini mengejutkan banyak warga yang tidak sempat menyelamatkan harta benda mereka. Ribuan rumah di sepanjang aliran Sungai Cipager tergenang air, merusak perabotan, alat elektronik, hingga dokumen penting milik warga.
Selain itu, derasnya arus air menyeret beberapa kendaraan, termasuk tiga unit mobil. Dua di antaranya ditemukan tersangkut di aliran sungai sekitar Desa Palir, Kecamatan Tengahtani, dengan kondisi rusak berat.
Banyak dari mereka terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman karena rumah mereka tidak lagi layak huni.
Selain itu, keberadaan puing-puing yang terbawa arus turut menghambat proses evakuasi. Namun, berkat kerja sama yang solid, banyak warga berhasil diselamatkan dan dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Beberapa sekolah di wilayah terdampak bahkan harus menunda kegiatan belajar mengajar karena ruang kelas terendam air dan fasilitas penunjang rusak.
Di sisi lain, masyarakat setempat masih bergotong royong untuk membersihkan sisa-sisa banjir di lingkungan mereka. Lumpur tebal dan puing-puing yang terbawa arus menjadi tantangan tersendiri dalam proses pembersihan.