Minyak Goreng Semakin Langka, UMKM Kerupuk Garut Terancam Gulung Tikar

Minyak goreng masih langka di Garut.

Garut, IDN Times - Kelangkaan minyak goreng di berbagai daerah masih terus terjadi. Klaim pemerintah yang menyatakan stok dan harga minyak goreng aman tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. 

Minyak goreng diklaim bisa ditemukan di sejumlah ritel seperti supermarket dan minimarket. Tetapi, keberadaan minyak goreng ini tetap langka menjelang siang hingga jam operasional toko ditutup. Sementara di pasar tradisional, harga minyak goreng dijual diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang sudah ditentukan pemerintah pusat.

Kondisi kelangkaan minyak goreng ini membuat pelaku usaha kecil menengah (UKM) di berbagai daerah menjerit karena sulit memenuhi kebutuhan. Di Kabupaten Garut misalnya. Sejumlah pelaku UMKM mulai terkena dampak akibat kelangkaan minyak goreng. Beberapa diantara mereka terancam tutup akibat tidak bisa memproduksi.

1. UMKM bingung cara menggoreng tanpa minyak

Minyak Goreng Semakin Langka, UMKM Kerupuk Garut Terancam Gulung Tikarilustrasi kerupuk Garut (IDN Times/Yudi Rohmansyah)

Satu diantaranya itu terjadi kepada Aa (60), pelaku UMKM aneka macam kerupuk pangsit asal Padarek, Kabupaten Garut. Dia mengaku harus menyesuaikan usahanya supaya bisa bertahan di tengah kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng.

Misalnya, dengan mengurangi jumlah isi kerupuk dalam kemasannya dan mengurangi untung penjualan. Namun, upayanya itu justru mendapat respons negatif dari pasar.

Pembeli banyak yang enggan membeli kerupuk yang jumlahnya dalam kemasan kecil dan sudah dikurangi. Pembeli seperti tidak mau tahu tentang biaya produksi yang harus dikeluarkan akibat kelangkaan dan harga minyak goreng naik.

"Karena saat saya mengurangi isi dalam kemasan, kerupuk saya enggak laku," ujar Aa saat bertemu IDN Times, Selasa (08/02/2022).

2. Berutang untuk menjaga pelanggan dan tetap bisa produksi

Minyak Goreng Semakin Langka, UMKM Kerupuk Garut Terancam Gulung TikarIDN Times / Yudi Rohmansyah

Selain mengurangi isi kemasan, dia juga terpaksa berutang untuk menambah modal agar bisa tetap produksi kerupuk pangsit dan menjaga pelanggan. Sehingga, pekerja yang ada tetap bisa mendapatkan upah. 

"Ya pada akhirnya selain saya harus nekat mengambil langkah tutup lubang gali lubang untuk bisa bertahan," ucapnya.

3. Butuh 10 kilogram minyak setiap harinya agar dagangan bisa dijual ke pasar

Minyak Goreng Semakin Langka, UMKM Kerupuk Garut Terancam Gulung TikarIlustrsi kerupuk kulit Garut (IDN Times/Yudi Rohmansyah)

Aa mengungkapkan, dalam setiap kali produksi berbagai macam kerupuk perharinya bisa mencapai 1 kuintal. Kerupuk sebanyak ini membutuhkan sedikitnya 9 jerigen dengan isi berat 10 kilo atau minimal 90 kilogram minyak goreng setiap hari.  

"Tapi sekarang harga minyak Rp19.000 hingga Rp20.000 ribu per kilogram. Ini sungguh berat bagi kami. Harga Rp25.000 per-kantong sebenarnya hasil yang kami dapat tipis," ungkapnya.

4. Minyak goreng langka, pekerja terpaksa dirumahkan sementara

Minyak Goreng Semakin Langka, UMKM Kerupuk Garut Terancam Gulung TikarIlustrasi Pengusaha krupuk Garut (IDN Times/Yudi Rohmansyah)

Kondisi serupa pun juga dialami Dede Tito (43), pengusaha aneka macam kerupuk cuwanki asal Cilawu, Kabupaten Garut. Dirinya mengaku, sejak harga minyak melonjak dan langka, usaha penggorengan kerupuk cuanki yang ditekuninya selama bertahun-tahun itu terpaksa harus meliburkan sejumlah pekerjanya.

Sebab, mahal dan langkanya minyak goreng di pasaran membuat ongkos produksi membengkak dengan pendapatan yang minim.

"Bukan hanya minyak goreng, sekarang harga tepung tapioka di pasar mulai membengkak dari awal Rp200 ribu perkarung, sekarang naik jadi Rp220 ribu per karungnya. Jadi puyeng kang dan terpaksa sebelum kondisi stabil saya harus merumahkan pekerja," Keluh Dede saat bertemu IDN Times.

4. Ekonomi akibat COVID ditambah kelangkaan minyak goreng cukup menambah beban

Minyak Goreng Semakin Langka, UMKM Kerupuk Garut Terancam Gulung TikarIDN Times / Yudi Rohmansyah

Dia menyebutkan, kondisi ini merupakan situasi terparah (ripuh) sepanjang pengalamannya menekuni usaha penggorengan pangsit sejak 10 tahun silam. Selain pandemik COVID-19 yang membuat perekonomian anjlok, pelaku UMKM kini disulitkan dengan kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng.

Aa sangat berharap, pemerintah segera mengambil sikap dan melihat langsung ke lapangan melihat kondisi yang dialami para pedagang kecil. Kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng jangan hanya dilihat dari sebelah pihak.

"Entah sampai kapan kondisinya begini. Pemerintah lihat langsung, dengarkan masalah ini. Jangan hanya klaim stok minyak goreng aman," tegas dia.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya