Perayaan Natal, Kisah Dedi Mulyadi saat Diajari Guru Katolik Ketika SD

Meski pernah ditampar 2 kali, Dedi tetap hormat pada gurunya

Bandung, IDN Times - Perayaan Natal 2019 tentu menjadi momentum kebahagiaan bagi umat kristiani. Tidak terkecuali Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta yang kini menjadi anggota DPR RI ini.

Bagi Dedi, saat perayaan Natal memiliki pengalaman tersendiri. Sebab, di saat masih duduk di bangku sekolah dasar (SD)Sukabakti, Desa Sukasari, Kabupaten Subang, salah satu guru yang mendidiknya memeluk agama Kristen.

Dalam momen Natal 2019, dirinya mengunjungi istri dari gurunya tersebut, Selasa(24/12).

1. Guru tersebut bernama Martinus Udensius Natet asal Nusa Tenggara Timur

Perayaan Natal, Kisah Dedi Mulyadi saat Diajari Guru Katolik Ketika SDIDN Times/Istimewa

Guru Dedi Mulyadi ketika SD itu bernama Martinus Udensius. Ia berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, saat Dedi mengunjungi kediaman sang guru, dirinya hanya diterima istrinya. Sebab, gurunya itu telah lama meninggal dunia. Dedi meniatkan untuk bersilaturahmi bersama keluarga dari Udensius yang beragama katolik jelang natal.

Dedi berkunjung ke rumah keluarganya untuk mengucapkan terima kasih dan sekaligus menyampaikan selamat Natal.

2. Dedi mengaku pernah ditampar dua kali oleh Udensius karena nakal

Perayaan Natal, Kisah Dedi Mulyadi saat Diajari Guru Katolik Ketika SDIDN Times/Istimewa

Dalam kesempatan itu, Dedi yang diterima istri Udensius, Alexia Djaro, menceritakan kenangan saat ia dididik Udensisus di SD Sukabakti, Desa Sukasari.

Dedi mengaku, termasuk siswa yang bandel. Beberapa kali ia berbuat nakal hingga sampai membuat gurunya, Udensius yang waktu itu mengajar Pendidikan Moral Pancasila (PMP), marah.

Dedi mengaku, saat itu, ia pernah masuk ke plafon kelas saat belajar mengajar berlangsung. Aksinya tersebut ketahuan hingga dimarahi Udensius. Bahkan, Dedi juga sempat ditampar oleh Udensius.

Tidak cukup sekali. Tamparan Udensius itu kembali terjadi saat Dedi kembali berbuat ulah. Kali ini, ia dan beberapa temannya berteriak-teriak saat mata pelajaran olahraga berlangsung. Ia dan teman-teman pun ditampar di lapangan.

3. Tidak pernah dendam dan tetap hormat kepada Udensius

Perayaan Natal, Kisah Dedi Mulyadi saat Diajari Guru Katolik Ketika SDIDN Times/Istimewa

Kendati ditampar dua kali, namun Dedi tidak dendam. Bahkan, ia makin mencintai gurunya itu.

"Saya ditampar dua kali, tapi tetap happy. Bahkan, kami sangat mencintai Pak Uden (Udensisus)," kata Dedi lantas tertawa, dalam rilis yang diterima IDN Times, Selasa(24/12).

Dedi mengaku sang ayah mengetahui dirinya ditampar oleh guru Udensius. Tapi bukannya marah ke Pak Uden, ayahnya malah menambah hukuman terhadap Dedi.

"Bukannya dibela, saya malah dijewer. 'Kamu nakal, malu-maluin aja'," kata Dedi menirukan ucapan sang ayah kala itu.

"Kisah itu sekarang mungkin sudah tidak ada lagi," ucap mantan bupati Purwakarta itu.

4. Pak Uden dikenal galak tetapi dicintai banyak warga

Perayaan Natal, Kisah Dedi Mulyadi saat Diajari Guru Katolik Ketika SDIDN Times/Istimewa

Selain disayangi murid-muridnya, kata Dedi, Pak Uden juga dicintai warga sekitar sekolah. Sebab, meski terbilang guru galak, namun Pak Uden sangat baik hati kepada warga. Setiap ada kondangan, Pak Uden yang pertama kali hadir dan ikut membantu.

Kalau ada hajatan warga, Pak Uden selalu yang pertama hadir. Dia juga ikut membantu," katanya. Saking dicintainya, kata Dedi, dulu ketika Kapal Tampomas II tenggelam pada tahun 1981, seluruh warga menangis karena takut Pak Uden yang saat itu dikabarkan ikut dalam kapal tersebut. Tetapi, ternyata dia selamat.

5. Toleransi beragama jangan dimasukan dalam politik

Perayaan Natal, Kisah Dedi Mulyadi saat Diajari Guru Katolik Ketika SDDedi Mulyadi (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Dedi mengatakan, kecintaan warga yang mayoritas muslim terhadap Udensius menunjukkan bahwa betapa toleransi beragama saat itu sangat tinggi. Menurut Dedi, kerukunan beragama dan toleransi saat itu sudah sangat baik.

"Kalau ngomong toleransi, dari dulu kita sangat toleran. Sekarang jadi ribut karena faktor politik yang terlalu mendominasi dalam beragama," kata Dedi yang merupakan warga Nahdiyin ini.

 

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya