Modal Rp2 Juta, Millennial Bandung Raup Cuan dari Budidaya Anggur

Buah anggurnya juga kualitas impor, manis semua...

Bandung, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang melanda Indonesia, cukup berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi di masyarakat. Tidak sedikit masyarakat harus merasakan dampaknya.

Bayu Anggara merupakan salah satu millennial asal Kota Bandung terkena dampaknya. Wabah COVID-19 yang terjadi pada 2020 lalu, membuat pria 27 tahun ini menjadi pekerja yang terpaksa dirumahkan oleh perusahaannya selama tiga bulan.

Namun, setelah 1 tahun berlalu, Bayu mampu bertahan di tengah terpaan Pandemik COVID-19 dengan menghasilkan 30 jenis pohon anggur dari perkarangan rumahnya. Buah-buah anggur kualitas impor berwarna hijau, merah dan hitam tampak menggiurkan bergelantungan di pekarangan rumahnya. Selain itu, ada ratusan atau bahkan ribuan bibit anggur di setiap sudut pekarangan dan belakang rumah Bayu Anggara yang siap dibagikan.

Lalu, bagaimana kisah Bayu Anggara menjalani proses budidaya anggur hingga sekarang? Yuk, simak pengalaman Bayu dalam menjalankan budidaya anggur dan mungkin bisa menjadi cuan untuk millennial di Kota Bandung.

1. Memanfaatkan ruang dan waktu di saat menjadi pekerja yang dirumahkan

Modal Rp2 Juta, Millennial Bandung Raup Cuan dari Budidaya AnggurIDN Times/Yogi Pasha

Bercocok tanam anggur sebenarnya bukan menjadi pekerjaan utama Bayu Anggara. Hobi ini berawal dari kondisi Pandemik COVID-19 yang melanda Indonesia 2 tahun lalu. Pada Awal Januari 2020, Bayu menjadi salah seorang pekerja yang harus dirumahkan perusahaannya selama 3 bulan.

Nah, di kondisi tersebut Bayu mencoba untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan membudidaya tanaman anggur di pekarangan dan belakang rumahnya yang berada di kawasan Kelurahan Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung.

Bayu menceritakan sejak Januari 2021 sampai Maret 2021 menjadi momen awal dirinya untuk tetap bertahan di tengah Pandemik. Sebab, dia bersama sejumlah rekannya harus rela dirumahkan lantaran kondisi COVID. Selama tiga bulan itu Bayu mulai belajar media tanam, penyetekan, okulasi, sampai dengan pembuahan anggur dengan bergabung bersama komunitas pembudidaya anggur yang ada di Kota Bandung.

"Saya ikut-ikut komunitas dan melihat-lihat YouTube juga untuk menambah ilmu. Lalu, akhirnya di sini sering diadakan sharing atau berbagi pengalaman ilmu membudidaya anggur," kata Bayu saat ditemui dirumahnya, Minggu (9/1/2022).

2. Berhasil kembangkan 20 jenis anggur dalam setahun pandemik

Modal Rp2 Juta, Millennial Bandung Raup Cuan dari Budidaya AnggurIDN Times/Yogi Pasha

Awal membudidaya anggur ini, Bayu menyebut kesulitan yang pertama ditemui ialah dari media tanamnya. Sebab, anggur merupakan bukan tanaman dari Indonesia  yang memiliki akar serabut, sehingga ketika ditanam di tanah langsung sangatlah lambat pertumbuhannya dan perlu terlebih dahulu ditanam di media tanam seperti polybag dengan dicampur kompos kohe yang telah dipermentasi selama sebulan.

"Ya tentu saya sering mengalami kegagalan sebelum akhirnya bisa menemukan cara yang tepat membudidaya anggur. Kira-kira butuh waktu empat sampai lima bulan untuk bisa berhasil," katanya 

Saat ini, lanjutnya, ada sebanyak 25 sampai 30 jenis anggur yang ditanam di rumahnya. Dari jumlah itu, Bayu menyebut baru berbuah sekitar 15 sampai 20 jenis anggur dalam kurun satu tahun ini.

"Biasanya anggur kalau mau sampai berbuah itu butuh empat sampai lima bulan sudah bisa. Tapi, hanya beberapa dompol saja. Kalau mau maksimal buahnya ya jenis anggur Taldun namum butuh waktu sekitar delapan bulan dan bisa hasilkan 20 sampai 30 dompol anggur," ujarnya.

3. Hasil panen pernah dikirim ke Malaysia

Modal Rp2 Juta, Millennial Bandung Raup Cuan dari Budidaya AnggurIDN Times/Yogi Pasha

Hasil budidayanya ini, Bayu mengaku pernah mengirimnya ke berbagai kota di Pulau Jawa, Sumatra hingga Malaysia. 

"Pernah ke Malaysia, tapi kalau wilayah Jawa ya Tangerang, Bekasi, Bogor, Depok, Purwakarta, dan lainnya serta Sumatra juga sudah. Hanya, sekarang fokus saya itu untuk lingkungan sekitar dahulu. Jadi, enggak jual online dan khusus wilayah Cipadung ada diskon," katanya.

Namun, dirinya mengatakan, hingga saat ini belum terpikirkan untuk melakukan bisnis berjualan anggur. Dia hanya melakukan kegiatan bercocok tanam dan membudidayakan tanaman anggur yang sudah berkembang saat ini.

Ketika masa panen anggur tiba, Bayu hanya membagikan hasil tanamannya kepada keluarga, rekan, dan tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Sebab, setiap kali panen, anggur yang dihasilkan bisa mencapai 20 atau 30 dompol anggur dengan kualitas impor.

"Ini sih masih skala hobi belum ke skala jualan buah, karena kan tempatnya sempit. Dan mudah-mudahan ada program dari pemerintah yang bisa dimanfaatkan tanah dengan skala kebun guna bisa memasarkan anggur ini," ucapnya seraya menegaskan hobi yang menguntungkan di samping kesehariannya yang tetap bekerja di tempat produksi tabung oksigen.

4. Modal hanya Rp2 juta tapi menghasilkan cuan puluhan juta

Modal Rp2 Juta, Millennial Bandung Raup Cuan dari Budidaya AnggurIDN Times/Yogi Pasha

Bermodalkan hanya Rp 2 juta, kini Bayu mengaku bisa meraup penghasilan sampai puluhan juta rupiah. Hasil ini hanya dari penjualan bibit anggur saja. Belum lagi jika Bayu mampu menjual buah anggur hasil panennya.

"Namanya jualan jadi enggak menentu penghasilannya. Tapi untuk minggu ini alhamdulillah menjual 10 planternbag ukuran 75 liter dengan total Rp10 juta dan itu bisa buat modal lagi perawatan hama daun dan nutrisi daun," katanya.

Di tempat budidayanya ini, ada berbagai ukuran bibit anggur, mulai ukuran kecil sampai besar. Untuk harganya, dia menghargai mulai Rp100 sampai Rp300 ribu ukuran kecil. Tetapi, harga juga tergantung dengan jenis anggur itu.

"Tapi saya selalu merekomendasikan buat tanam anggur Taldun karena anggur jenis ini ukuranya masuk, kekebalan cuacanya masuk, dan adaptasi pun bagus. Harganya Rp 200 ribu bibitnya," ucap dia.

5. Ajak kolaborasi pemerintah untuk kembangkan petani millennial di Kota Bandung

Modal Rp2 Juta, Millennial Bandung Raup Cuan dari Budidaya AnggurIDN Times/Istimewa

Ke depan, Bayu berharap ada lahan lebih luas yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya anggur impor ini guna memberikan edukasi kepada banyak orang. Hal itu dikarenakan budidaya di kediamannya sangatlah sempit serta akses menuju kediamannya hanyalah masuk gang.

"Sempat kemarin datang pak Camat Cibiru melihat-lihat dan sudah ada obrolan terkait harapan ini. Tapi, saya belum membahas secara intens empat mata. Dan sempat juga menawarkan sebidang tanah di wilayah Cibiru. Ya, mudah-mudahan bisa tercapai budidaya anggur skala kebun," katanya.

Dia mengaku, sangat merasa bangga ketika apa yang telah dilakukan selama setahun ini berbuah manis. Sebab, katanya, dirinya sempat hampir merasa menyerah karena budidaya anggurnya selalu gagal, mulai tanamannya yang sakit, lalu ada yang tumbuh namun tak berbuah.

"Tapi sekarang ketika melihat anggur-anggur ini berbuah, rasanya senang sekali apalagi bisa sampai berbagi kepada tetangga, keluarga, dan orang-orang yang datang untuk icip-icip," ujarnya.

Bayu menyebutkan, ada jenis anggur yang sulit untuk dibuahkan, yakni anggur jenis moondrop dan manicure finger, karena usia pohon yang belum setahun dan baru enam bulan sudah dipangkas. Masalah cuaca dalam pembudidayaan anggur juga, kata Bayu sangatlah berpengaruh.

"Tentu cuaca bisa berpengaruh. Tapi, itu bisa dicari caranya, seperti saya menanam di Cipadung (kaki Gunung Manglayang) yang katanya dari segi cuaca enggak ideal, tapi ya bisa diakali dengan memasang plastik agar tetap lembab dan tentu dari segi penyiraman juga perawatan harus telaten," katanya.

Adapun bibit-bibit anggur yang dia siap pasarkan atau jual ialah bibit yang sudah berusia tiga bulan dengan prosesnya dari batang sampai menumbuhkan akar tunas, daun, dan dikarantina. 

"Kalau belum ada akar dan daun muda, saya enggak berani menjual karena tanamanya rawan mati. Biasanya yang order itu ukuran 60 sentimeter sampai 80 sentimeter. Kalau ukuran besar ya biasanya untuk instansi," katanya.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya