Jumlah Pasien Penyakit DBD di Jawa Barat Terus Meningkat 

Ayo tingkatkan kewaspadaan dan jaga kebersihan lingkungan

Bandung, IDN Times - Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan perhatian khusus terkait terus meningkatnya jumlah pasien demam berdarah dengue (DBD) yang dirawat di sejumlah rumah sakit di kabupaten/kota.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta jajarannya untuk segera melakukan tindakan penanganan dan pencegahan terhadap penyakit tersebut.

"Sudah menjadi atensi saya. Kami sudah siapkan edaran imbauan dari seluruh daerah termasuk camat memastikan, pertama sumber-sumber yang diperkirakan menjadi potensi sarang dari penyakit itu menjadi atensi," kata Emil, sapaan akrabnya, di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung.

1. Jumlah pasien yang dirawat di RSHS Bandung meningkat lima kali lipat

Jumlah Pasien Penyakit DBD di Jawa Barat Terus Meningkat ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

Peningkatan kasus penyakit DBD yang terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat hampir merata. Di Kota Bandung, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) mendata hingga 24 Januari 2019 jumlah pasien yang dirawat meningkat lima kali lipat dibandingkan pada Desember 2018. Jumlah pasien yang dirawat kebanyakan anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Direktur Utama RSHS Bandung dr.R Nina Susana Dewi mengatakan, jumlah pasien DBD yang dirawat terus mengalami peningkatan. Sejak awal Januari 2019, jumlah pasien DBD yang dirawat meningkat lima kali lipat dibandungkan Desember 2018.

Pada Desember 2018, pasien DBD paling hanya 8-10 pasien. Sedangkan, Januari 2019 ini pasien sudah mencapai lebih dari 55 pasien. Peningkatannya lima kali lipat," katanya.

2. Wakil wali kota Bandung minta warga tingkatkan kewaspadaan serangan DBD

Jumlah Pasien Penyakit DBD di Jawa Barat Terus Meningkat IDN Times/Humas Bandung

Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana meminta seluruh masyarakat meningkatkan kewaspadaannya terhadap bahaya serangan nyamuk DBD. Menurut dia, menjaga kebersihan lingkungan menjadi salah satu cara dalam meningkatkan kewaspadaan tersebut.

"Kembali menggiatkan 3M (menguras, menutup, dan mengubur). Kasus demam berdarah ini banyak sekali menyerang anak usia 2 sampai 14 tahun. Karenanya kita harus lebih menjaga kebersihan di sekitar tempat tinggal," imbau Yana saat membuka kegiatan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan DBD bagi kepala sekolah SD dan SMP Negeri se-Kota Bandung di PT. Biofarma, Jalan Pasteur Bandung, Selasa (29/1).

3. Hingga 28 Januari 2019, penyakit DBD di Bandung sudah mencapai 138 kasus

Jumlah Pasien Penyakit DBD di Jawa Barat Terus Meningkat ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Yana menyebutkan, kasus demam berdarah di Kota Bandung terus meningkat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, tercatat pasien DBD yang dirawat di sejumlah rumah sakit per 28 Januari 2019 sudah mencapai 137 kasus.

Tingginya jumlah kasus ini kata Yana, perlu diwaspadai karena diperkirakan angka pasien DBD akan terus bertambah hingga akhir tahun.

Dia menguungkapkan, pada 2017 terdapat 1.786 kasus pasien terjangkit DBD. Sedangkan di tahun 2018 meningkat menjadi 2.826 kasus. "Ini awal tahun, awal bulan angkanya sudah mencapai 137 kasus. Perlu kita waspadai bersama," ujar dia.

4. Ini kata dokter mengenai tanda-tanda terjangkit penyakit DBD

Jumlah Pasien Penyakit DBD di Jawa Barat Terus Meningkat ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Kepala Divisi Infeksi KSM Anak RSHS Bandung Dr Djatnika Setiabudhi menjelaskan, penyakit DBD ini disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti di sekitar tempat induk nyamuk berkembang biak, seperti pada air yang tertampung di atas kaleng bekas, botol minuman, atau tempat penampungan lainnya.

Ketika seseorang yang sehat digigit, maka nyamuk itu akan mengisap darah dan virus itu akan masuk ke dalam tubuh yang digigitnya.

"Masa inkubasi 4-7 hari, jadi tidak digigit langsung demam. Perjalanan penyakit ini beberapa fase, pertama demam tinggi terus-terusan setiap hari, dan kalau diobati turun tapi nanti naik lagi," jelasnya.

Menurutnya, gejala awal orang yang terkena penyakit DBD ini bisa terlihat nyeri kepala, sendi dan badan, kemudian mual, muntah, dan nafsu makan berkurang.

"Dalam fase kritis, banyak orang yang terjadi pembuluh darah cairannya keluar dari tubuh, menyebabkan darah kental kemudian shock, bisa mengakibatkan kematian. Hal ini bisa terjadi pada hari keempat hingga keenam," terangnya.

Masa kritis, lanjutnya, bersamaan dengan suhu tubuh yang turun dan hal ini biasa dianggap demamnya turun, padahal ada dua kemungkinan ketika hal itu terjadi.

"Satu bisa saja sembuh atau sebaliknya terjadinya masa kritis. Bedanya kalau suhunya turun kondisi anaknya membaik, tapi kalau lebih lemas, nyeri perut, muntah-muntah, itu hati-hati harus segera ke IGD," tuturnya.

Karenanya, masyarakat harus mewaspadai apabila mengalami demam lebih dari dua hari. "Bisa saja terkena demam berdarah," katanya. 

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya