Masjid Pejlagrahan Cirebon, Dibangun Pangeran Cakrabuana untuk Nelayan

Dulunya terletak dekat bibir pantai

Cirebon, IDN Times – Eksistensi Cirebon terkenal dengan sebutan kota wali, menyiratkan bahwa daerah di pantai utara Jawa Barat ini punya pengaruh menyiarkan agama Islam di Nusantara.

Di kota ini, terdapat sebuah masjid yang usianya ternyata lebih tua 100 tahun dari Masjid Sang Cipta Rasa yang berlokasi di dekat Keraton Kasepuhan.

Masjid yang dimaksud yaitu Masjid Pejlagrahan. Lokasinya di tengah pemukiman penduduk. Tepatnya di di Gang Pejaglarahan, Jalan Sastra Atmaja Kampung Sitimulya, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Masjid yang dulu dikenal dengan sebutan Tajug Pejlagrahan ini, menjadi saksi perkembangan Islam di Cirebon sejak abad ke-15 Masehi.

1. Dibangun oleh Pangeran Cakrabuana

Masjid Pejlagrahan Cirebon, Dibangun Pangeran Cakrabuana untuk NelayanBagian langit-langit masjid Masjid Pejlagrahan Kota Cirebon. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Masjid unik ini dibangun oleh Pangeran Walangsungsang atau Pengeran Cakrabuana yang merupakan paman dari Sunan Gunung Jati Cirebon. Dari berbagai sumber, terdapat dua versi ihwal Masjid Pejlagrahan didirikan. Pertama, pada tahun 1445 menurut catatan Suaka Purbakala. Kedua, masjid yang berdekatan dengan pantai utara Cirebon ini didirikan pada tahun 1452 M menurut Babad Cirebon.

Ketua DKM Masjid Pejlagrahan Kota Cirebon, Sulaeman menjelaskan, menurut cerita lisan yang diwariskan secara turun menurun, masjid ini dibangun untuk kebutuhan ibadah bagi para nelayan seusai berlayar mencari ikan. Karena itu, masjid ini bernama Pejaglarahan.

Nama masjid ini berasal dari kata “jala” yang berarti jaring dan “graha” berarti tempat singgah atau rumah. Mengutip cerita sesepuh warga sekitar masjid, kondisi geografis Cirebon dulu sudah berubah dari kondisi sekarang. Keberadaan Masjid Pejlagrahan dulu berada tepat di bibir pantai. Begitu kapal berlabuh, nelayan bisa langsung beristirahat dan salat di masjid.

"Lokasi masjid sekarang di tengah-tengah permukiman warga. Dulu masjid ini dekat laut, sehingga saat nelayan selesai berlayar tempat ibadahnya tidak jauh," ujarnya saat ditemui di lokasi, Senin (4/4/2021).

2. Tempat singgah para nelayan

Masjid Pejlagrahan Cirebon, Dibangun Pangeran Cakrabuana untuk NelayanPrasasti pendirian Masjid Pejlagrahan ditulis dengan huruf Arab Pegon masih tersimpan. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Tempat ini menjadi tempat singgah para nelayan untuk sekedar beristirahat atau menunaikan ibadah salat. Tak terkecuali Pangeran Cakrabuana. Sepulangnya dari aktivitas berlayar, paman Sunan Gunung Jati itu akan berhenti di tempat ini.

Sebelum menjadi tempat khusus ibadah, awalnya tempat ini merupakan bagian dari Dalem Agung Pakungwati. Karena putri Pangeran Cakrabuana yaitu Nyi Mas Pakungwati menikah dengan Sunan Gunungjati, masjid ini sering dijadikan tempat salat. Berjalannya waktu, masjid ini ramai aktivitas ibadah umat Islam.

“Akibat perubahan garis pantai, Masjid Pejlagrahan tidak lagi terletak di tepi laut, melainkan berada di tengah pemukiman penduduk. Masjid ini peninggalan Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu,” ujar Sulaeman.

3. Sudah direnovasi dua kali

Masjid Pejlagrahan Cirebon, Dibangun Pangeran Cakrabuana untuk NelayanKunci pintu masuk ruang utama Masjid Pejlagrahan. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Sulaeman menjelaskan, sepengetahuannya, Masjid Pejlagrahan sudah dilakukan renovasi dua kali. Salah satunya pada 11 Juni 1994. Renovasi dilakukan karena bagian dinding depan dan samping sudah rusak dan lapuk, karena usianya yang sangat tua.

Perluasan area masjid pun dilakukan seiring jumlah jamaah yang semakin bertambah. Kendati demikian renovasi tidak mengubah bentuk dan gaya arsitrktur utama Masjid Pejlagrahan.

"Saat itu memang ada renovasi sekaligus ada perluasan, karena jamaah juga bertambah. Tapi bentuk utama masjid ini tidak berubah, hanya untuk diperkuat bagian depan dan samping yang sudah lapuk," terang Sulaeman.

4. Ornamen khas dan benda pusaka masih terjaga

Masjid Pejlagrahan Cirebon, Dibangun Pangeran Cakrabuana untuk NelayanTampak depan pintu masuk Masjid Pejlagrahan Kota Cirebon. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Sulaeman juga menyebut, di masjid yang ruang utamanya hanya berukuran 8x6 meter persegi itu ada beberapa bagian masjid yang masih terjaga. Seperti kayu di bagian atap, mimbar khutbah, saka, dan pintu masuk. Tak hanya itu, ornamen khas dan benda pusaka pun masih tersimpan rapih di Masjid Pejlagrahan.

aktivitas ibadah di Masjid Pejlagrahan juga masih aktif, terutama di bulan suci Ramadan. Selain menggelar pelaksaan salat lima waktu, ada pula pengajian rutin mingguan yang dihadiri masyarakat setempat hingga salat tarawih dan tadarus selama Ramadan.

"Alhamdulillah beberapa bagian dan benda pusaka masih terawat dan dijaga dengan baik. Saat ini Masjid Pejlagrahan juga sudah menjadi destinasi wisata religi Kota Cirebon," ujarnya.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Cirebon Hari Ini 

Baca Juga: 5 Tempat Makan di Cirebon Ini Menawarkan Empal Gentong Lezat

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya