Gempa Banten Hancurkan 16 Rumah Warga di Kabupaten Sukabumi

Satu rumah tak bisa dihuni akibat rusak berat

Sukabumi, IDN Times - Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang wilayah Sumur, Banten, Jumat malam (2/8), telah menimbulkan dampak pada bangunan rumah warga di Kabupaten Sukabumi. Dari laporan yang diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mendata sebanyak 16 rumah warga mengalami kerusakan. Bahkan satu rumah diantaranya tidak lagi layak untuk dihuni karena tingkat kerusakannya yang cukup parah.

Koordinator Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna menerangkan data mengenai jumlah rumah terdampak gempa ini masih bersifat sementara berdasarkan laporan yang masuk hingga pukul 22.00 WIB. "Sejauh ini tidak ada laporan korban jiwa maupun korban luka. Sementara untuk kerugian materiil diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah," ungkapnya.

Belasan rumah warga yang menjadi korban bencana gempa itu tersebar di sembilan kecamatan. Antara lain Kecamatan Parakansalak, Cikembar, Ciambar, Sagaranten, Cidahu, Nagrak, Bojonggenteng, Kalapanunggal dan Kecamatan Warungkiara.

Dari kesembilan lokasi terdampak tersebut, Kecamatan Parakansalak serta Kecamatan Nagrak merupakan daerah dengan jumlah kerusakan rumah terbanyak. Rinciannya empat rumah di Kecamatan Nagrak dan tiga rumah berada di Kecamatan Parakansalak.

Sedangkan di tujuh kecamatan lainnya jumlah rumah rusak masing-masing sekitar satu hingga dua bangunan. Sementara satu rumah yang mengalami kerusakan berat berlokasi di Kampung Cigaluga RT 2/6, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Sagaranten.

1. Warga panik berlarian menuju jalur evakuasi

Gempa Banten Hancurkan 16 Rumah Warga di Kabupaten SukabumiDokumentasi/PB Kecamatan Nagrak

Sementara itu dari keterangan dihimpun menyebutkan saat bencana gempa bumi berlangsung sekira pukul 19.03 WIB, suasana panik terjadi di Kecamatan Palabuhan Ratu.

Sebagian besar warga yang bermukim dekat dengan kawasan pesisir pantai, berbondong-bondong mengungsi ke sejumlah lokasi di dataran tinggi yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari pemukiman warga. Di antaranya Kiara Lawang di Desa Citepus yang selama ini menjadi jalur evakuasi bencana alam serta kawasan Lapangan Canghegar di Kelurahan Palabuhan Ratu.

2. Takut dilanda tsunami dan tertimpa bangunan

Gempa Banten Hancurkan 16 Rumah Warga di Kabupaten SukabumiDokumentasi/PB Kecamatan Nagrak

Pada umumnya warga yang mengungsi ke dataran tinggi ini mengaku ketakutan akan terjadinya bencana tsunami. Terlebih lagi beberapa saat setelah gempa Banten mereda, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan waspada tsunami.

"Hampir semua warga memutuskan untuk meninggalkan tempat tinggal dan mengungsi ke Lapangan Canghegar. Hal ini bukan hanya karena khawatir tertimpa bangunan rumah saja, tetapi kami lebih ketakutan akan terjadinya tsunami," jelas Alma Agustina (21), salah seorang warga Gang Lumbung, Kelurahan Palabuhan Ratu.

3. Menempati tenda pengungsian selama dua jam

Gempa Banten Hancurkan 16 Rumah Warga di Kabupaten SukabumiIDN Times/Toni Kamajaya

Karena takut akan terjadinya tsunami, warga memilih tetap berada di lokasi pengungsian yang berada di Kiara Lawang maupun Lapangan Canghegar selama kurang lebih dua jam.

"Kami mengimbau kepada warga untuk sementara tetap berada di tempat pengungsian hingga kondisi alam pascaterjadinya gempa dinyatakan aman," ujar Kepala Desa Cibodas, Junajah.

4. Gempa susulan magnitudo 4,4

Gempa Banten Hancurkan 16 Rumah Warga di Kabupaten SukabumiIDN Times/Toni Kamajaya

Lima jam setelah terjadinya bencana gempa di wilayah Banten, tiba-tiba saja gempa susulan melanda dengan kekuatan 4,4 SR. Guncangannya dirasakan pada Sabtu dini hari (3/8), pukul 00.22 WIB. Data BMKG menunjukan pusat gempa berada pada kedalaman 27 Km laut atau di 49 km Barat Daya Kabupaten Sukabumi.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya