BPKH Bangun 129 Hunian bagi Korban Pergerakan Tanah di Sukabumi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) RI membangun sebanyak 129 rumah hunian tetap (huntap) bagi para penyintas pergerakan tanah di Kampung Gunung Batu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi. Pembangunan huntap tersebut menggunakan anggaran manfaat dana abadi umat sebesar Rp7,99 miliar.
"Kami pastikan hingga saat ini setiap distribusi kemaslahatan tidak menggunakan dana setoran awal haji, yaitu hanya menggunakan dana abadi umat dan itu pun tidak menggunakan pokok dari dana abadi umat tapi menggunakan hasil atau nilai manfaat dari pengelolaan keuangan haji di dana abadi umat," kata Kepala Badan Pelaksana BPKH Fadlul Imansyah.
1. Pakai lahan 5 hektare milik Pemkab Sukabumi
Fadlul mengatakan, pembangunan huntap digelar di atas lahan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi dengan luas sekitar lima hektare. Selain rumah hunian, pemerintah juga membangun miniatur kakbah sebagai objek wisata religi.
"Dan tentu saja dari sisi nilai saat ini yang kita bangun dari 5 hektare tanah yang disediakan oleh Pemda Kabupaten Sukabumi dan dijadikan dasar sebagai 'Kampung Haji BPKH," ujarnya.
"Kalau kita lihat dari perkampungan ini selain dari 129 unit rumah juga ada miniatur dari kakbah kemudian miniatur dari shofa marwah, jamratul, sampai dengan sumur zamzam. Ini merupakan dari sosialisasi dan edukasi dari BPKH terkait dengan rekrutmen calon jemaah haji Indonesia," sambungnya.
2. Pemkab akan bangun fasum dan fasos
Kampung Haji BPKH tersebut belum dilengkapi dengan sarana dan prasarana berupa fasum fasos (fasilitas umum dan fasilitas sosial). Fasum fasos itu terdiri dari penerangan jalan umum, saluran drainase dan infrastruktur jalan.
Rencananya pembangunan fasum fasos itu akan diintervensi oleh Pemkab Sukabumi.
"Jalan sini ya ini sudah mulai tender dari Dinas Perkim (perumahan dan pemukiman) sudah mulai, Insya Allah kita sesuaikan keuangannya, tahun sekarang target kemarin adalah Rp5 miliar tapi untuk pembangunan infrastruktur harus lihat jalannya, harus rapi," kata Sekda Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman.
3. Penyintas bencana tak lagi waswas
Dahlan (51 tahun) salah satu penyintas bencana pergerakan tanah tak lagi waswas usai rumahnya luluh lantak akibat pergerakan tanah. Setidaknya, dia sudah menempati huntap itu selama tiga bulan dengan fasilitas air bersih dan listrik gratis.
"Gak waswas lagi di sini. Dulu kalau lagi musim hujan suka ngontrak karena takut. Di sini adem dan lebih aman," kata Dahlan.
Sehari-hari, Dahlan bekerja sebagai petani dan tukang pembuat pagar. Jarak antara rumah hunian tetap (huntap) ke lahan garapannya sekitar satu kilometer.
"Nyaman alhamdulillah. Ada dua kamar dan toilet, dapur harus bangun sendiri. Kalau rumah di sana (terdampak pergerakan tanah) sudah miring, keramik miring ada pergeseran satu meter ke bawah. Ada sawah, ada kebun masih bisa ditanami palawija," katanya.
Baca Juga: Tuntut Ojol Dibatasi, Ratusan Angkot Mogok Massal di Sukabumi
Baca Juga: Jemaah Ahmadiyah Sukabumi Dapat Larangan Gelar Bazar Kemerdekaan