Usia Produktif di Depok Paling Rentan Kena COVID-19, Apa Penyebabnya?

76 persen jumlah kasus positif didominasi usia produktif

Depok, IDN Times - Di negara pertama virus corona muncul, data menunjukkan kelompok lanjut usia lebih rentan terpapar dan meninggal dunia. Pada Februari lalu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok (CCDC) merilis data bahwa kelompok lansia (80 tahun ke atas) menyumbang 14,8 persen dari total jumlah kematian.

Hal serupa juga berlaku di Indonesia, angka kasus positif hingga menyebabkan kematian tertinggi terjadi pada kelompok umur di atas 60 tahun dengan persentase 45 persen dari total jumlah kematian.

Namun, hal berbeda terjadi di Kota Depok, Jawa Barat. Justru mereka yang tergolong dalam rata-rata kelompok usia produktif, ternyata rentan terpapar virus SARS-Cov-2, terlebih dari rentang usia 20-59 tahun.

Baca Juga: IDI: Puncak COVID-19 di Depok Terjadi Juni, Pemkot Terganjal Sarana

1. Didominasi mereka yang berumur 20-59 tahun

Usia Produktif di Depok Paling Rentan Kena COVID-19, Apa Penyebabnya?ilustrasi tenaga medis (IDN Times/Candra Irawan)

Gugus Tugas COVID-19 Depok pada Senin (18/5) merilis data persebaran kasus positif virus corona berdasar kelompok usia. Dari data itu ditemukan sebanyak 325 orang dalam rentang usia 20-59 tahun terkonfirmasi positif, sementara total kasus di hari yang sama mencapai 427 orang. Dengan begitu sekira 76,5 persen kelompok produktif di Depok terpapar virus corona.

Berikut rinciannya:   

a. 0-5 tahun = 7 kasus

b. 6-19 tahun = 23 kasus

c. 20-29 tahun = 62 kasus

d. 30-39 tahun = 85 kasus

e. 40-49 tahun = 89 kasus

f. 50-59 tahun = 89 kasus

g. 60-69 tahun = 43 kasus

h. 70-79 tahun = 12 kasus

i. >80 tahun = 3 kasus

j. Tidak diketahui = 14 kasus

2. Karena mobilitas tinggi dan disebut tertular dari Jakarta

Usia Produktif di Depok Paling Rentan Kena COVID-19, Apa Penyebabnya?Warga memakai masker pelindung mengendarai sepeda di Wuhan, Pprovinsi Hubei, Tiongkok, pada 14 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Lantas mengapa kelompok produktif rentan terjangkit?

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mengatakan mobilitas tinggi yang setiap hari dilakoni oleh mereka (kelompok usia produktif) disinyalir sebagai alasan kuat penularan terjadi. Mobilitas ke daerah episentrum wabah seperti Jakarta turut andil mengapa kelompok usia produktif di Depok begitu rentan tertular, meski mereka dikatakan mempunyai imunitas lebih baik dibanding kelompok lansia.  

“Jadi kalau di Depok bukan lagi soal imunitas, tapi mobilitas memengaruhi karena sumber penularannya terjadi di Jakarta. Berarti kontaknya di Jakarta,” ungkap Tri saat dihubungi IDN Times, Rabu (20/5) malam.     

Ketika ditanya apakah ada faktor lain penularan, semisal karena transmisi lokal, ia meyakini bahwa klaster penyebaran virus corona di Kota Belimbing hanya berpusat di satu kelurahan. Oleh karena itu, ia berpendapat penularan bukan terjadi di dalam kota.

“Jadi yang saya lihat klaster di Depok itu cuma satu kelurahan. Saya punya datanya. Jadi kemungkinan besar kontaknya jauh-jauh. Karena mungkin kalau ditelusuri banyak dari Jakarta,” ujarnya.

Namun ia tak menampik potensi penularan terjadi di titik-titik keramaian seperti di moda transportasi, khususnya di KRL dan di pasar. Ia lantas meminta Pemkot Depok untuk lebih masif membatasi pergerakan warga agar tak bepergian ke simpul-simpul keramaian, seraya menggalakkan screening massal di stasiun dan pasar.  

“Jadi pengetatan di tempat-tempat umum seperti di pasar, stasiun. Pastikan di sana bukan jadi penularan COVID-19. Kalau itu sudah dipastikan, maka asumsinya penularan memang dari Jakarta,” ucapnya.

3. Penularan dari dalam kota atau secara tranmisi lokal pun kemungkinan besar terjadi

Usia Produktif di Depok Paling Rentan Kena COVID-19, Apa Penyebabnya?Puluhan pedagang di Pasar Ngemplak Tulungagung ikut rapid test. Dok. Istimewa

Senada dengan Tri, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok, Alif Noeriyanto Rahman mengatakan, mobilitas tinggi pada kelompok usia produktif menjadi penyebab mereka gampang tertular. Akan tetapi, ia tak sepaham dengan pendapat yang menyebut penularan bukan karena transmisi lokal.

Dalam pandangannya, kemungkinan mereka tertular karena transmisi lokal sangat besar terjadi, seiring banyaknya titik-titik keramaian, terlebih saat masa Ramadan kini dan jelang Hari Raya Lebaran.  

“Misal dalam rangka menyambut tradisi Lebaran. Itu bisa dilihat apakah itu yang banyak tertular perempuan atau laki-laki. Kalau perempuan lebih banyak, yang kemungkinan karena sibuk untuk mempersiapkan kebutuhan keluarganya untuk sambut lebaran. Kalau laki-laki, ya memang karena aktivitas kerjanya yang memang harus diselesaikan mendekati Lebaran,” kata Alif kepada IDN Times, Rabu.

Alasan penularan secara transmisi lokal berkaitan dengan temuan kasus positif baru usai dilakukannya screening massal di tempat keramaian, semisal di pasar, terlebih di pasar swalayan.

“Kita bisa lihat rapid test massal di pasar, yang mengherankan itu orang-orang yang tes pasar tradisional itu minim sekali yang reaktif. Tapi swalayan itu tinggi hasil reaktifnya. Itu kenapa? Ya coba liat saja pasar rakyat itu kan alam terbuka, kemudian ketika tak ada antrean di pasar rakyat itu,” tutur dia.

“Kalau di swalayan itu, antrean cukup tinggi, kemudian sirkulasi udara di situ-situ saja. Dan tempatnya juga memang tidak besar. Jadi di pasar rakyat paling yang reaktif sekitar 5 orang paling banyak. Tapi kalau di swalayan bisa sampai 20 orang,” imbuhnya.  

Baca Juga: Ketua DKR Depok: Jangan Salahkan Warga Kalau Kasus COVID-19 Tinggi

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya