COVID-19 Lumpuhkan Pariwisata, Pengusaha Kecil Pangandaran Mulai Gerah

Nyaris seperti kota mati, tak ada aktivitas pariwisata

Pangandaran, IDN Times - Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan sektor pariwisata di berbagai daerah, salah satunya Kabupaten Pangandaran. Meskipun hingga Minggu (19/4) Pangandaran masih termasuk zona hijau COVID-19, namun kabupaten yang dikenal dengan destinasi pantainya ini nyaris tanpa geliat aktivitas pariwisata. 

Seluruh destinasi wisata memang telah ditutup, sebagai upaya pemerintah dalam meredam penyebaran wabah virus corona. Kondisi seperti itu membuat para pelaku usaha yang selama ini menggeluti sektor pariwisata gerah. Terlebih, penutupan destinasi wisata yang sudah dilakukan sejak awal April lalu itu kembali diperpanjang hingga Selasa (28/4).

1. Ribuan pelaku usaha kehilangan mata pencaharian

COVID-19 Lumpuhkan Pariwisata, Pengusaha Kecil Pangandaran Mulai GerahIDN Times / Nana suryana

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata memahami dan memaklumi nada-nada sumbang dari para pelaku usaha wisata pascapenutupan seluruh destinasi wisata. Bagaimana lagi, toh upaya tersebut dilakukan sebagai langkah pencegahan penyebaran COVID-19.

"Pariwisata memang menjadi sandaran ekonomi ribuan masyarakat Pangandaran, pedagang, jasa perahu pesiar, pemandu, hotel, restoran dan banyak lagi. Saya berharap semuanya bersabar, karena pandemi ini berimbas di seluruh dunia, menghadapi kondisi yang sama, bukan kita saja," kata Jeje, Minggu (19/4).

Pemerintah berupaya untuk melindungi masyarakat dengan langkah-langkah mitigasi untuk mencegah penyebaran COVID-19. Selain menutup tempat wisata, pemerintah juga melakukan pembatasan akses masuk wilayah Pangandaran.

"Perbatasan semuanya dijaga petugas 24 jam, kendaraan semuanya diperiksa, warga dari luar daerah diperiksa kesehatannya dan wajib lapor serta isolasi mandiri untuk warga yang baru datang dari zona merah COVID-19. Tidak boleh ada yang berwisata," ujarnya.

2. Penutupan destinasi diperpanjang

COVID-19 Lumpuhkan Pariwisata, Pengusaha Kecil Pangandaran Mulai Gerahhumas Pemkab Pangandaran

Setelah ditutup dua pekan pada awal April lalu, pemerintah daerah kembali memperpanjang penutupan hingga 28 April mendatang. Itu pun masih akan terus dievaluasi sesuai dengan perkembangan pandemi COVID-19 di Jawa Barat.

"Seluruh destinasi wisata masih ditutup. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan  berkoordinasi dengan stakeholders terkait agar tidak ada hotel dan tempat hiburan di Pangandaran yang menerima tamu," ujarnya.

Bupati berjanji Pemerintah Kabupaten Pangandaran akan gencar melakukan promosi pariwisata setelah situasi kembali normal. "Bila perlu nanti tiket ke objek wisata di Pangandaran akan kita gratiskan, mudah-mudahan situasinya segera normal kembali,” ujarnya.

3. Pelaku wisata mencari sampingan

COVID-19 Lumpuhkan Pariwisata, Pengusaha Kecil Pangandaran Mulai GerahIDN Times / Nana Suryana

Sementara ini tak ada masyarakat yang bisa menggantungkan hidupnya pada para pelancong. Maka itu, sejumlah pelaku usaha mulai mencari penghasilan lain. Ada yang berdagang, bertani hingga melaut bersama nelayan.

"Kita harus tetap usaha. Bagi mereka yang punya tabungan mungkin bisa diam di rumah, tapi kita yang penghasilannya harian susah, saya jualan apa saja, yang penting ada penghasilan," tutur Eka, seorang warga yang selama ini menggantungkan hidupnya pada pariwisata sekitar.

Ia pun meminta agar pemerintah memberikan perhatian kepada para pelaku wisata yang sangat terdampak akibat penutupan destinasi wisata.

4. Ribuan pegawai hotel dirumahkan

COVID-19 Lumpuhkan Pariwisata, Pengusaha Kecil Pangandaran Mulai GerahIDN Times / Nana Suryana

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Pangandaran Agus Mulyana mengatakan, pandemi COVID-19 telah membuat pantai Pangandaran seperti kota mati: sepi tanpa ada aktivitas pariwiaata. Semua hotel dan restoran juga tutup sejak awal April lalu.

"Ribuan karyawan dirumahkan adapun sebagian yang kerja sif hanya untuk bersih-bersih saja," ungkapnya.

Bahkan, sebagian besar karyawan yang dirumahkan tersebut tidak lagi mendapatkan gaji. Menurut Agus, hanya karyawan yang ditugaskan bekerja sifsaja yang masih mendapatkan upah, itu pun separuh dari yang biasa diterimanya.

Dalam 3 bulan ini, ia memperkirakan estimasi dampak kerugian penghasilan karyawan mencapai lebih dari Rp6 miliar.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya