Melihat Tadarus 'Sunyi' Teman Tuli di Rumah Tuli Jatiwangi Majalengka

Lewat gerakan teratur, antusias ngaji dengan bahasa isyarat

Majalengka, IDN Times- Setiap kali masuk bulan Ramadan, suara bergemuruh orang mengaji Alquran (tadarus) kerap ditemukan di sejumlah tempat. Tidak hanya di masjid atau musala, di sebagian daerah, suara lirih juga kerap ditemukan di rumah-rumah warga.

Aktivitas tadarus juga terlihat di salah satu bangunan rumah di Blok Sabtu, Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Namun, ada pemandangan berbeda yang terlihat di tempat itu. 

Di bangunan itu, tidak terdengar suara riuh orang melapalkan ayat-ayat Alquran. Alih-alih suara bergemuruh seperti pada umumnya orang tadarus, di sini jutsru terlihat tangan-tangan bergerak teratur, mengisyaratkan sebuah makna.

Ya. Mereka adalah teman Tuli yang sedang belajar di Rumah Tuli Jatiwangi. "Ada beberapa teman Tuli yang ikut belajar di sini," kata pengasuh Rumah Tuli Jatiwangi Muhammad Lutfi Bannani.

1. Mengaji Alquran yang dilengkapi bahasa isyarat

Melihat Tadarus 'Sunyi' Teman Tuli di Rumah Tuli Jatiwangi MajalengkaInin Nastain IDN Times Jabar/ Alquran yang dilengkapi bahasa isyarat

Keterbatasan pendengaran, yang juga membuat kesulitan berbicara, tidak menghalangi mereka untuk belajar mengaji. Dipandu ustadz, mereka mencoba mengeja setiap huruf dari ayat-ayat Tuhan itu.

'Level' mengaji mereka pun cukup beragam. Selain yang sudah 'kelas' Alquran, sebagian dari mereka juga terlihat masih di tahapan 'Iqra.' Namun, baik yang sudah Alquran maupun Iqra, semuanya tampak cukup serius.

"Kalau yang ngajarnya mah, teman-teman dengar (bisa mendengar). Mereka (pengajar) sudah belajar bahasa isyarat. Sehingga bisa memahami," kata dia.

Di Rumah Tuli yang berdiri sejak 2013 ini, sejatinya tidak hanya dikhususkan untuk teman Tuli saja. Beberapa santri juga diketahui dari kalangan dengar. 

"Kami sebenarnya inklusif. Gabungan antara tuna rungu, yang bisa dengar, santri biasa, bahkan ada teman-teman yang hijrah. Jadi saling belajar antar sesama," jelas Lutfi.

2. Sistem baca Alquran bahasa isyarat dari Kemenag

Melihat Tadarus 'Sunyi' Teman Tuli di Rumah Tuli Jatiwangi MajalengkaInin Nastain IDN Times Jabar/ ngaji dengan bahasa isyarat

Dalam hal membaca Alquran dengan bahasa isyarat, Lutfi menjelaskan, Rumah Tuli Jatiwangi menggunakan konsep yang sudah digodok bersama-sama dengan Kemenag. Dalam perjalanannya, Rumah Tuli Jatiwangi sempat diundang Kemenag, untuk mencari konsep bagaimana cara belajar bagi teman Tuli.

"Konsep membaca Al-Qur'an untuk tunarungu, alhamdulilah sudah digodok oleh Kemenag. Sudah dimusyawarahkan, lahirlah dua metode besar. Metode Tilawah dan Kitabah. Lahir pada 2020," jelas dia. 

Bagi kalangan disabilitas ini, khususnya di Rumah Tuli Jatiwangi, cara tersebut cukup membantu santri saat melaksanakan tadarus.

"Kami diundang tentang rumus membaca Alquran isyarat. Akhirnya di situ lah lahir metode belajar Alquran isyarat, baik tilawah maupun kitabah. Alhamdulillah, ini mempermudah," kata dia.

"Tilawah itu mengisyaratkan apa yang dibaca oleh kita di dalam Al-Qur'an. Kalau kitabah mengisyaratkan apa yang tertulis di dalam Alquran. Rumah Tuli Jatiwangi sendiri mengusung yang tilawah," lanjut dia.

3. Sejarah Rumah Tuli Jatiwangi

Melihat Tadarus 'Sunyi' Teman Tuli di Rumah Tuli Jatiwangi MajalengkaInin Nastain IDN Times Jabar/ Rumah Tuli Jatiwangi

Kiprah Rumah Tuli Jatiwangi dalam membersamai teman Tuli sudah berjalan cukup lama. Kehadiran Rumah Tuli sendiri berawal dari kepedulian keluarga besar Lutfi.

"Rumah Tuli Jatiwangi dimulai tahun 2013. Tahun 2013 kami bertemu dengan komunitas tuna rungu yang ada di Majalengka. Dan akhirnya mereka datang ke rumah kami. (Awalnya) Ngaji di emper (teras) rumah," kata dia. 

Selang 4 tahun, atau tepatnya 2017, jumlah mereka semakin bertambah. Setelah sebelumnya hanya memanfaatkan teras, aktivitas mengaji kemudian tumbuh, dengan dibangunnya sebuah bangunan, yang kemudian dinamakan Rumah Tuli Jatiwangi.

"Kami ada rezeki, ada saudara juga yang membantu, akhirnya dibuatlah Rumah Tuli Jatiwangi pada 2017. Dan sampai sekarang ini, alhamdulilah, perjalanannya cukup menyenangkan lah," kata dia.

Pada masa awal berdiri, ngaji di Rumah Tuli Jatiwangi hanya dilaksanakan selama satu hari dalam sepekan. Namun, seiring berjalannya waktu, kini aktivitas mengaji di Rumah Tuli itu full, dan hanya libur satu hari, yakni hari Jumat.

"Awalnya per pekan itu hanya satu hari, hari Minggu aja. Akhirnya ada permintaan dari teman-teman, bagaimana kalau ditambah waktunya, jadi Sabtu Minggu. Dua hari," jelas dia.

Dari Rumah Tuli Jatiwangi ini juga, lahir seorang juru bahasa isyarat, yang bekerja sama dengan Polres Majalengka. Juru bahasa isyarat ini akan memberikan informasi kepada kaum Tuli, setiap kali Polres menggelar ekspos kasus.

Baca Juga: Produk Kecantikan Asal Majalengka Raih Penghargaan Tingkat Nasional

Baca Juga: Anak Mantan Bupati Majalengka Resmi Jadi Tersangka Korupsi Pasar

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya