Jaga Tradisi, Warga Wates Majalengka Peringati Hari Gotong Rumah

Hari Gotong Rumah sebagai pengingat di zaman penjajahan

Majalengka, IDN Times- Ratusan warga Kampung Wates, Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya untuk sementara waktu. Tidak hanya orang tua, remaja dan anak-anak pun ikut serta bersama orang tua mereka untuk meninggalkan tempat tinggalnya.

Bahkan, mereka pindah tidak hanya dengan tangan kosong. Ratusan warga itu meninggalkan tempat tinggalnya, lengkap dengan membawa serta rumah dan hewan peliharaan mereka.

Pemandangan itu tergambar dalam kegiatan Hari Gotong Rumah yang digelar warga Kampung Wates, sebagai pengingat peristiwa di zaman penjajahan lalu.

"Mengingatkan kembali bahwa di kampung Wates pada 1942 pernah terjadi peristiwa Wakare. Wakare adalah pindahnya penduduk Wates ke tempat yang baru," kata tokoh masyarakat Kampung Wates, Jaya Miharja.

1. Warga pindah sementara lantaran takut jadi korban kontak senjata penjajah dan pejuang

Jaga Tradisi, Warga Wates Majalengka Peringati Hari Gotong RumahInin Nastain/ salah satu miniatur rumah yang digotong sebagai simbol Wakare

Pindahnya warga Kampung Wates tidak terlepas dari kondisi keamanan yang terjadi saat itu. Pasalnya, tidak jauh dari kampung Wates, ada benteng pertahanan yang dibangun oleh tentara Jepang.

"Pada waktu itu bertepatan dengan adanya pendudukan penjajah Jepang. Nah di (daerah) Kecamatan Ligung (Kampung Wates berbatasan dengan Kecamatan Ligung), akan dibangun lapangan terbang untuk fasilitas mereka ya, untuk menjajah kita," jelas dia.

"Akhirnya ada beberapa desa (yang berdekatan dengan benteng) yang direlokasi. Seperti Desa Buntu, Salawana, Beber, Beusi, Pilang, Cibogor, itu harus pindah, dipaksa pindah," lanjut Jaya.

Adapun kampung Wates, kata Jaya, tidak disuruh untuk pindah. Namun, pada akhirnya kepala desa mereka meminta warganya untuk pindah sementara.

"Khusus untuk Wates, itu tidak disuruh pindah. Tapi karena benteng Jepang dekat sekali dengan perumahan warga, akhirnya bapak Kuwu (Kades) Sayid yang saat itu menjabat, memerintahkan untuk ngungsi. Kalau bahasa Jepang nya mah Wakare," kata dia.

2. Ketika kembali setelah Jepang pulang, lahan mereka diklaim pihak tertentu

Jaga Tradisi, Warga Wates Majalengka Peringati Hari Gotong RumahInin Nastain/ sejumlah warga melakukan perjalanan sebagai simbol wakare di masa lalu

Durasi mereka mengungsi ke daerah baru yang lebih aman, tidak berlangsung lama. Setelah Jepang pergi dari Indonesia, warga kembali pulang ke kampung tersebut.

Namun, saat mereka kembali, jelas dia, lahan tersebut diklaim pihak tertentu. "Waktu kami pindah lagi ke sini, anehnya ini udah ada yang klaim," jelas dia

3. Berharap ada kejelasan kepemilikan lahan

Jaga Tradisi, Warga Wates Majalengka Peringati Hari Gotong RumahInin Nastain/ sejumlah remaja kampung Wates ikut peringati Hari Gotong Rumah

Sejak saat itu, jelas dia, status lahan yang ditempati warga Kampung Wates hingga saat ini belum jelas. Bahkan, warga tidak memiliki surat-surat kepemilikan lahan tersebut.

Hal itu seiring dengan status lahan tersebut yang masih belum jelas, setelah adanya peristiwa Wakare pada masa lalu. 

"Kepada mereka yang berkepentingan, perhatikan lah kami. Kami juga warga Indonesia yang sama, dulu juga orang tua kami ikut berjuang mengusir penjajah," kata dia.

"Jadi sampai saat ini kami tidak punya hak dasar untuk tanah. Kalau KTP mah kami diakui, tapi tanahnya mah tidak diakui. Di sini ada 158 KK," tambah Jaya

Baca Juga: 25 Caption Instagram Tema Kemerdekaan, yuk Sambut HUT RI ke-78!

Baca Juga: 20 Lagu Pop Tema Kemerdekaan, Kebyar Kebyar hingga This Is Indonesia

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya