Apem, Tradisi Bulan Safar di Majalengka

Bermodal urunan, warga setempat membuat dan membagikan apem

Majalengka, IDN Times- Bulan Safar (bulan kedua dalam tahun hijriyah), bagi sebagian masyarakat, termasuk di Kabupaten Majalengka memiliki makna tersendiri. Salat tolak bala dan bikin Apem adalah beberapa ritual yang biasa dilakukan masyarakat di daerah ini.

Salat talak bala biasanya dilaksanakan pada hari Rabu terakhir, atau biasa disebut Rebo wekasan. Berbeda dengan Salat talak bala. Tradisi membuat kue Apem biasanya sudah dilakukan sejak tanggal 1 sampai akhir bulan Safar.

"Rebo wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar, yang menurut riwayat, Allah menurunkan banyak bala atau musibah. Di hari itu, dianjurkan melaksanakan salat talak bala," kata imam salat talak bala di desa Bantarwaru, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, Abdurrahman

1. Bikin Apem, dari dan untuk warga

Apem, Tradisi Bulan Safar di MajalengkaInin Nastain/ Tangkapan layar video berbagi apem pada festival Apem

Bagi kalangan ekonomi menengah ke atas, biasanya mereka membuat apem secara pribadi. Namun, tidak sedikit juga yang membuat Apem secara gotong royong.

Hal itu salah satunya seperti yang dilakukan warga Desa Bantarwaru, Kecamatan Ligung. Dengan bermodal urunan, mereka gotong royong membuat Apem, untuk kemudian dibagikan kepada warga.

"Ada yang urunan bahan-bahan, ada juga yang dalam bentuk uang. Dari mulai bikin, kemudian dibagi ke masyarakat juga, kami kerjakan secara ramai-ramai," kata Shalma, salah satu warga Desa Bantarwaru yang ikut berkecimpung dalam membuat Apem.

Tradisi tersebut, jelas dia, sudah berlangsung cukup lama, sejak masa leluhurnya dulu. "Kata orang tua mah, dulu juga orang tua kami biasa melakukan ini. Bikin, terus dibagi-bagikan," jelas dia.

2. Jaga semangat gotong royong, warga gelar Festival Apem

Apem, Tradisi Bulan Safar di MajalengkaInin Nastain/ salah satu penampilan seni pada festival Apem

Di Desa Bantarwaru, moment bulan Safar tidak berhenti pada bikin Apem semata. Masyarakat di desa itu mengemas moment membuat Apem lewat sebuah festival.

Dengan dikemas secara festival, diharapkan akan lebih besar keterlibatan masyarakat sekitar. Pasalnya, selain bikin apem, dalam festival itu pun dipertunjukkan sejumlah seni, seperti menggambar dan tari.

"Kemudian ada juga bincang-bincang, diskusi. Dari sana, akan ada pemahaman tentang tradisi Apem yang sudah dilaksanakan oleh orang tua kami dulu," jelas Nina, salah satu panitia festival.

"Tahun ini masuk tahun ke empat. Alhamdulillah, keterlibatan masyarakat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun ini, kami bikin Apem itu sebanyak 1 kwintal beras," jelas dia.

Lewat festival itu, diharapakan juga bisa menjaga tradisi yang menjadi warisan dari leluhur. "Menjaga tradisi baik, dan menumbuhkan jiwa gotong royong masyarakat," ungkap dia.

3. Ada beberapa macam Apem

Apem, Tradisi Bulan Safar di MajalengkaInin Nastain/ produk apem dalam festival Apem

Di Kabupaten Majalengka, dari cara memasak, ada beberapa jenis Apem yang dikenal masyarakat. Selain disangrai, ada juga Apem yang dimasak dengan cara dikukus.

Selain itu, ukuran Apem di daerah ini cukup beragam. "Di (Kabupaten) Majalengka bagian selatan, apem itu bentuknya besar, sekitar 20-25 sentimeter. Dibuatnya dikukus, dan Apemnya itu sudah manis. Kalau di sini (Desa Bantarwaru) mah disangrai, dan kudu dicelup ke kinca (cairan gula dicampur kelapa) biar terasa manis," jelas Kabid Perpustakaan Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Majalengka Momon Abdurahman.

Kendati demikian, ada persamaan antara masyarakat di Majalengka bagian Utara maupun Selatan. Persamaan itu terletak pada waktu dan tujuan.

"Fungsinya sama, sama-sama mohon keselamatan. Diiringi doa minta keselamatan," ungkap dia.

4. Apem, dari bahasa Arab Afuwun

Apem, Tradisi Bulan Safar di MajalengkaInin Nastain/ lomba menggambar adalah salah satu kegiatan dalam festival Apem

Dari sejumlah sumber, Apem berasal dari bahasa Arab yakni Afuwun, yang berarti Maha Pemaafnya Allah. Dengan media Apem yang kemudian dibagikan kepada warga, diharapakan bisa mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

"Apem, asal katanya, konon, dari kata afuwun, maha pemaaf nya Allah. Ingin terhindar dari berbagai bala, berbagai musibah," kata salah satu pembicara dalam diskusi festival Apem, Hanna.

"Di bulan Safar ini, dalam sejarahnya banyak terjadi musibah. Sehingga masyarakat ingin mendapatkan pemaafan dari Allah. Bentuknya, lewat membuat makanan yang bisa menjadi sarana sadaqah tadi. Makanya (proses pembuatannya) bareng-bareng, kemudian dibagikan. Ini menjadi jalan keberkahan," lanjut Hanna yang juga dosen UIN Bandung itu.

Baca Juga: Resep Kue Apem Tepung Beras yang Lembut dan Ngangenin, Coba Deh!

Baca Juga: 7 Amalan Bulan Safar, Perbanyak Dizikir

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya