10 Santri di Cirebon Dapat Beasiswa Kuliah di Maroko

Santri dari Bina Insan Mulia Cirebon kuliah di Maroko

Cirebon, IDN Times - Sebanyak 10 santri dari Madrasah Aliyah Unggulan Bertaraf Internasional (MAUBI) Bina Insan Mulia di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat mendapatkan kesempatan pendidikan tinggi di Universitas Al-Qarawiyyin, Maroko.

Program yang dilakukan oleh Pemerintah Maroko dengan Pemerintah Republik Indonesia ini setiap tahunnya memberikan kesempatan 30 santri dari Nahdlatul Ulama untuk mengenyam pendidikan tinggi tersebut.

Tahun ini, 10 orang di antaranya merupakan santri dari Pesantren Bina Insan Mulia di Desa Cisaat, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

1. Hasil seleksi ketat

10 Santri di Cirebon Dapat Beasiswa Kuliah di Marokoilustrasi warga Maroko (unsplash.com/Max Brown)

Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan, KH Imam Jazuli mengatakan, 10 santri tersebut sebelumnya sudah mengikuti seleksi ketat. Satu dari 10 penerima beasiswa tersebut yakni, Syah Khotami El Aulia Jazuli, putra dari Imam Jazuli.

"Mereka semua sudah berangkat kemarin (23/9/2024)," kata Imam di Kabupaten Cirebon, Rabu (25/9/2024).

Imam mengatakan, saat ini di negeri Syiria, termasuk Maroko sedang tidak aman lantaran ada serangan yang dilakukan oleh Israel. Ia meminta kepada semua utnuk mendoakan secara khusus kepada santri yang berangkat.

Menurutnya, dunia termasuk PBB sangat lemah menghadapi Israel. Berbagai tindakan brutal negara tersebut yang telah menghilangkan nyawa banyak orang pun hanya melahirkan kecaman dari PBB saja.

“Dunia belum mampu memberikan resolusi tindakan yang bisa menghadang kebiadaban Israel," kata Imam.

2. Kuliah di kampus tertua dunia

10 Santri di Cirebon Dapat Beasiswa Kuliah di MarokoSantri Bina Insan Mulia Cirebon

Universitas Al-Qarawiyyin adalah kampus yang didirikan oleh seorang Muslimah bernama Fatima al-Fihri, perempuan asal Tunisia yang pindah ke Fes, Maroko. Ini adalah kampus tertua di dunia dengan usia 1.164 tahun.

Fatima adalah putri seorang pedagang kaya bernama Mohammed Bnou Abdullah. Setelah pindah, Fatima dan sang kakak, Mariam, kemudian mendirikan masjid sebagai pusat ibadah sekaligus belajar pada tahun 859 M.

Setelah ayah mereka meninggal, uang warisannya kemudian digunakan untuk komunitas guna membangun Masjid Al-Qarawiyyin. Awalnya, masjid tersebut hanya berukuran 30 meter, tetapi kemudian berkembang hingga mampu memuat 20.000 jamaah. Masjid tersebut lantas menjadi universitas yang banyak menyelenggarakan simposium dan debat.

Setelah menjadi kampus, Al-Qarawiyyin memperkenalkan sistem pemberian gelar sesuai dengan tingkat studi yang berbeda di berbagai bidang, seperti studi agama, bahasa, dan sastra. Ide Fatima Al-Fihri adalah menciptakan ruang sosial yang memungkinkan pertukaran intelektual untuk pembelajaran dan pengajaran yang progresif.

Negara-negara Eropa dengan cepat melihat potensi besar di balik konsep pembelajaran ini dan segera mendirikan institusi mereka sendiri. Di antara yang paling terkenal adalah University of Bologna dan University of Oxford.

Sejak tahun 1947, Universitas Al-Qarawiyyin direorganisasi menjadi universitas modern dan terus berkembang hingga kini dengan tiga kampus, yaitu Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Universitas Al-Qarawiyyin Darul Hadis Al-Hasaniyah di Rabat, dan Universitas Al-Qarawiyyin Madrastul Ulum Al-Islamiyah di Casablanca. Alumnus Universitas Al-Qarawiyyin di Indonesia salah satunya adalah Prof. Dr. Ustadz Abdush Shomad, MA.

Sepanjang sejarah, Universitas Al-Qarawiyyin telah menjadi tempat para sarjana terkenal, termasuk kartografer abad ke-12 Mohammed Al-Idrisi yang petanya membantu penjelajahan Eropa selama masa Renaisans.

Alumni lain yang juga sangat terkenal adalah Filsuf Muslim abad ke-12, Ibn Rusyd. Bahkan Paus Sylvester II diyakini banyak ilmuan sebagai orang yang memperkenalkan angka Arab ke Eropa setelah belajar pada abad ke-10.

3. Target 1.000 santri kuliah di luar negeri

10 Santri di Cirebon Dapat Beasiswa Kuliah di MarokoKetua Steering Committe Muktamar Luar Biasa Nahdlatul Ulama (NU), KH Imam Jazuli

Imam mengatakan, dengan mengirim alumni  ke Universitas Al-Qarawiyyin ini, Pesantren Bina Insan Mulia sejatinya tidak saja bertujuan untuk mempelajari pengetahuan akademik semata, tetapi juga peradaban Islam.

Kiprah Fatima al-Fihri membuktikan peradaban Islam memfasilitasi aktualisasi diri bagi seorang perempuan dan ilmu pengetahuan adalah pilar utama peradaban Islam. 

Selain itu, Pesantren Bina Insan Mulia pun menargetkan 1.000 sarjana lulusan luar negeri dan 1.000 sarjana lulusan dalam negeri pada 2028. “Pesantren Bina Insan Mulia berkomitmen mengambil peranan aktif untuk perubahan Indonesia melalui para alumni kami,” kata Imam.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya