Tiga Pertanyaan Millennial Bandung Tentang Berita Hoax

Millennial Bandung sepakat bahwa hoax harus diperangi

Bandung, IDN Times – Pada Sabtu (2/2), IDN Times Regional Jawa Barat menggelar diskusi publik dengan tema “Talkshow Perang Melawan Pembodohan Publik” dan mengundang sejumlah mahasiswa di Kota Bandung. Acara digelar di Jalan Jurang No.82, Jalan Cipaganti, Kota Bandung, sejak pukul 16.00-18.30WIB.
 
Acara tersebut dimoderatori oleh M. Aji Pamungkas, penulis dan editor Koncos Club. Sementara dua pembiacara yang dihadirkan ialah Yogi Pasha, Creative Editor IDN Times Jabar dan Teuku Verbi Alfarabi, Ketua BEM FEB Universitas Telkom 2018.

1. IDN Times anti hoax

Tiga Pertanyaan Millennial Bandung Tentang Berita HoaxIDN Times/Galih Persiana

Acara diawali dengan penjelasan Yogi yang mengenalkan IDN Times pada mahasiswa di Bandung. Menurut dia, dari sekian banyak media mainstream yang berdiri di Indonesia, IDN Times menjadi media yang mengakomodir selera generasi millennial.
 
“Yang pasti, kalian tidak akan menemukan hoax di situs berita IDN Times,” ujar Yogi, menjembatani tema Perang Melawan Pembodohan Publik.

2. Mahasiswa harus waspada dengan berita

Tiga Pertanyaan Millennial Bandung Tentang Berita HoaxIDN Times/Galih Persiana

Berita yang enak dan menarik dibaca, tidak melulu bisa dipercaya. Setidaknya, itulah yang dikatakan oleh Verbi, sapaan akrab Teuku, pada puluhan mahasiswa yang menghadiri talkshow tersebut.
 
Menurutnya, sebagai aktor perubahan, mahasiswa seharusnya tak mudah dipengaruhi berita bohong yang kerap disebar oleh media-media tak berbadan hukum. “Para pembuat hoax pasti punya tujuan pribadi, dan sebagai mahasiswa kita seharusnya seksama mengamati. Jangan percaya sebelum kita mencari tahu informasi terkait lainnya,” tutur Verbi.

3. Keberpihakan media mainstream

Tiga Pertanyaan Millennial Bandung Tentang Berita HoaxIDN Times/Galih Persiana

Ketika Aji melempar kesempatan bertanya, para mahasiswa langsung menyambutnya. Salah satu di antara mereka, Hafiz Cahya, unjuk tangan dan bertanya soal keberpihakan yang kerap dijumpai di media-media mainstream di Indonesia.
 
“Media mainstream itu pasti punya regulasi, di mana mereka tak mungkin menyebarkan berita hoax. Tapi, mereka seringkali punya agenda pribadi yang menggiring opini penonton terhadap tujuan politiknya. Apa yang harus kami lakukan?” ujar mahasiswa Universitas Telkom ini, kepada Yogi.
 
Menurut Yogi, grup media besar di Indonesia dapat dihitung dengan jari. Begitu pula para pemiliknya, yang banyak memiliki tujuan politik. “Maka itu bacalah IDN Times, di mana saya yakinkan pemiliknya atau siapapun bagian di IDN Times tidak memiliki keberpihakan politik dalam menyajikan berita,” katanya, menjawab pertanyaan Hafiz.

4. Siapa sebenarnya pelaku Hoax?

Tiga Pertanyaan Millennial Bandung Tentang Berita HoaxGoogle

Pertanyaan mengenai orang di balik berita-berita hoax di Indonesia menjejali kepala Muhammad Zeiny sejak lama.  Zeiny bercermin pada salah satu artikel yang pernah ia baca, tentang seorang akademisi Rusia yang gemar bikin berita hoax di media sosial Facebook.
 
“Penulis artikel itu bikin propaganda untuk memberi citra baik pada program kerja Vladimir Putin (Presiden Rusia),” ujar Zeiny, menjelaskan.
 
“Jadi, saya ingin bertanya, siapa sebenarnya aktor hoax di Indonesia? Apakah juga seorang akademisi seperti di Rusia? Atau hanya orang dengan fanatisme buta?” tutur dia.
 
Pertanyaan tersebut pun dijawab oleh Yogi. Creative Editor IDN Times Jabar itu mengatakan jika kepolisian di Indonesia sebenarnya sudah beberapa kali mengungkap dalang di balik hoax yang terjadi di Indonesia.
 
“Misalnya kelompok Saracen, dan individual lainnya. Pembuat hoax ini biasanya punya beberapa obsesi, mulai dari hanya bikin gaduh atau mengambil kesempatan mendapat uang dari tiap artikel yang dia buat,” kata Yogi.

5. Kapan gelombang hoax tahun politik akan mereda?

Tiga Pertanyaan Millennial Bandung Tentang Berita HoaxGoogle

Pertanyaan pintar lainnya datang dari pemikirian Rizky Nur Alfian, yang juga merupakan mahasiswa Universitas Telkom. Dia bertanya: jika gelombang hoax politik sudah ramai sejak November 2018, lantas kapan gelombang tersebut akan berhenti?
 
“Apakah setelah Pilpres 2019? Atau kapan tensi hoax ini akan turun?” tuturnya, bertanya.
 
Yogi kembali menjawab, bahwa berhentinya pemberitaan hoax dapat diinisiasi oleh pribadi masing-masing. “Jadi, kita doakan saja yang membuat isu hoax agar segera tobat. Hoax itu mereka bikin agar kita gaduh. Selama kita tidak gaduh, dan lebih pintar dari pembuat hoax, maka penyebar berita bohong akan berhenti dengan sendirinya,” kata Yogi.
 
Sementara itu Verbi menambahkan jika setiap orang dapat mencegah penyebaran berita bohong. “Kita hanya perlu menyaring setiap berita. Kalau memang ternyata hoax, cukup untuk tidak disebarkan lebih jauh,” ujar Verbi.

Baca Juga: KPU dan Preman Pensiun Ajak Masyrakat Waspada Hoax

Baca Juga: 7 Cara Mencegah Berita Hoax Menyebar, Millennials Harus Berkontribusi!

Baca Juga: Ridwan Kamil Ajak Akademisi di Jawa Barat Lawan Hoax

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya