Puncak Arus Mudik, Ini yang Perlu Anda Tahu dari Tol Cipularang

Bandung, IDN Times – Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) adalah jalur favorit bagi pemudik asal Jakarta yang hendak menuju Kota Bandung. Tol Cipularang dapat dijumpai dengan berganti arah menuju timur di KM 67, selepas Gerbang Tol Cikampek Utama.
Ada beberapa hal yang pemudik perlu tahu dari jalur Tol Cipularang, mulai dari jumlah tempat istirahat hingga titik-titik di mana kendaraan umum kerap membandel dengan manaik-turunkan penumpang secara sembarangan.
Berikut IDN Times uraikan hal-hal yang perlu diketahui dari Tol Cipularang:
1. Panjang 48 kilometer membelah pegunungan
Tol Cipularang dengan panjang 48 km mesti dilalui dengan penuh kehati-hatian, terutama ketika malam dan dini hari. Jalur gelap, penuh tikungan, dengan banyaknya tanjakan juga turunan menjadi hal yang wajib mendapat perhatian pemudik.
Tol tersebut terhampar di sekitar Gunung Hego, sehingga proyek banyak melakukan pekerjaan cut and fill. Dampaknya, ketika dini hari, banyak kabut yang dapat mengganggu perjalanan pemudik. Kabut biasanya turun pukul 04.00-05.30 dini hari.
Dengan bentuk seperti itu, banyak orang menjuluki Tol Cipularang sebagai jalan tol paling ekstrim di Indonesia.
2. Tempat Istirahat yang bisa dikunjungi
Sejak memasuki Cikampek menuju Bandung, hingga berakhir di Padalarang, terdapat tiga tempat istirahat yang dapat dijadikan destinasi untuk melepas lelah pemudik. Rest Area pertama terdapat di KM 72. Tak jauh setelah melintasi tempat istirahat tersebut, pemudik akan melintasi Gerbang Tol Sadang dan Gerbang Tol Jatiluhur. Rest area berikutnya yang dapat dijumpai terdapat di KM 8 dan 97 B.
Sama seperi jalur menuju timur, di arah sebaliknya, terdapat tiga tempat istirahat bagi pemudik yang hendak menuju Jakarta. Tempat istirahat pertama terdapat di KM 97, selanjutnya terdapat di KM 88, dan 72.
3. Waspada enam titik naik turun penumpang
Tol Cipularang identik dengan kendaraan umum yang membandel, dengan berhenti di bahu jalan untuk menurunkan atau mengangkut penumpang. Di Kantor Induk Patroli Jalan Raya (PJR) Tol Cipularang, yang terletak di Gerbang Tol Jatiluhur, terdapat data yang menunjukkan enam titik naik turun penumpang.
Titik pertama sampai ketiga terdapat di KM 67, 82, dan 86. Di KM 67, misalnya, biasanya penumpang yang meminta turun adalah mereka yang berencana ke arah Subang. Di sana pula terdapat persimpangan jalan yang memisah Cipularang dan Cipali (Cikopo-Palimanan).
Sementara tiga titik lainnya terdapat di KM 99, 104, dan 116. Di KM 104, misalnya, penumpang berhenti karena hendak turun di Padalarang, padahal moda transportasi yang ia gunakan menuju Bandung. Kendaraan umum juga kerap berhenti di bahu kawasan tersebut, untuk menampung penumpang dari Padalarang menuju Cileunyi.
4. Untuk Konferensi Asia Afrika, tapi tak dipakai kepala negara
Dalam catatan sejarah, Tol Cipularang direncanakan pada 2003 ketika Megawati Soekarnoputri masih menjadi Presiden Indonesia. Pemerintah mencanangkan tol tersebut dengan misi utama mengangkut kepala negara anggota Konferensi Asia Afrika dari Jakarta menuju Gedung Merdeka, Kota Bandung.
Dua tahun waktu yang singkat untuk membangun tol yang awalnya sepanjang 54 km itu. Namun, lewat dua tahap proyek, Jasamarga berhasil menyelesaikan tol sesuai harapan pemerintah.
Hari digelarnya Konferensi Asia Afrika di Bandung tiba juga, pada akhir April 2005. Namun, sebagian besar kepala negara memilih menggunakan pesawat (dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Husein Sastranegara), karena menilai Tol Cipularang terlalu riskan untuk dilalui.
Prediksi tersebut ada benarnya. Hingga saat ini, Tol Cipularang telah mengalami dua kali longsor dahsyat yang membahayakan pengguna jalan.
5. Jangan percaya mitos Tol Cipularang
Selain dikenal dengan jalur yang ekstrim, banyak pula yang menggosipkan Tol Cipularang memiliki banyak kisah mistis. Hal itu tak lepas dari peristiwa batalnya Jasamarga membelah Gunung Hego yang terkenal mistis. Pengembang akhirnya membangun jalur di sekitar Gunung Hego, sehingga membuat jalur Tol Cipularang meliuk-liuk.
Kisah mistis itu kerap dikaitkan dengan banyaknya kecelakaan yang terjadi di Tol Cipularang. Namun, gosip itu dibantah Engkus, petugas derek sekitar yang akrab dengan Tol Cipularang. Menurut Engkus, kecelakaan semata-mata terjadi karena kesalahan pengemudi, bukan karena hal mistis.
“Saya memilih tidak percaya dengan hal-hal mistis begitu, karena hanya menakut-takuti kita. Lagian sebagai muslim, percaya yang begitu, kan, musyrik,” tutur dia.