Pahit Manis Mahasiswa Papua yang Menimba Ilmu di Bandung

Ada sekitar 200 mahasiswa rantau Papua di Bandung

Bandung, IDN Times – Meninggalkan tempat kelahiran dan merantau jauh sekitar 4.300 km menuju Kota Bandung adalah keputusan besar buat Weak Kosay. Tapi, bagi ia dan teman-temannya di Papua, tak ada pilihan lain selain merantau jauh demi mendapat pendidikan terbaik.

Dalam beberapa tahun terakhir Weak tinggal di Bandung. Pahit manis tinggal di Tanah Pasundan sudah ia rasakan. Banyak kisah menarik yang dialami anak-anak Papua yang merantau di Kota Bandung.

Menurut dia, masyarakat Bandung lebih ramah meskipun masih ada sebagian orang yang bersikap rasis. Rasisme, kata Weak, adalah risiko yang harus ditanggung ia dan rekan-rekan sekampungnya di luar Papua. Tapi bukan berarti ia mau membiarkan hal itu. Ia dan teman-temannya hanya ingin agar perantau Papua di Bandung dianggap seperti warga Bandung pada umumnya.

1. Warga Bandung lebih ramah, tapi masih ada yang rasis

Pahit Manis Mahasiswa Papua yang Menimba Ilmu di BandungIDN Times/Galih Persiana

Menurut Weak, warga Bandung memang lebih ramah terhadap masyarakat Papua, ketimbang peristiwa rasisme yang terjadi di Surabaya dan Malang beberapa hari lalu. Tidak pernah Weak menerima perkataan kasar karena ras atau sukunya.

Namun, bukan berarti Weak tidak pernah mengalami pengalaman tidak mengenakkan. “Hal-hal rasis seperti perkataan kasar itu enggak ada. Cuma pas naik mobil umum, ada semacam ketidakenakkan buat kami. Misalkan naik angkot, warga di dalam angkot langsung turun. Enggak mau dekat kami,” kata Weak, kepada IDN Times di Asrama Mahasiswa Papua di Kota Kembang, Selasa (20/8).

Di Bandung Raya terdapat sekitar 200 mahasiswa asal Papua yang merantau untuk menempuh pendidikan. Kalau di Jawa Barat, kata Weak, jumlah mahasiswa rantau Papua bisa mencapai lebih dari 500 orang.

2. Ketimpangan fasiltias pendidikan

Pahit Manis Mahasiswa Papua yang Menimba Ilmu di BandungIDN Times/Arief Rahmat

Kalau saja Papua punya kampus-kampus dengan fasilitas lengkap, mungkin Weak dan teman-temannya tidak akan merantau. Tapi, kata dia, bagaimana lagi karena sistem pendidikan di Papua tidak sebaik perguruan tinggi di Pulau Jawa.

“Sistem pendidikan negara di Jawa dan Papua itu sangat jauh berbeda. Di sana (Papua) itu sistemnya bukan membuka wawasan kami sebagai mahasiswa, tapi malah menutupnya. Makanya kami cari keluar sini untuk belajar di Bandung,” kata dia.

3. Kembali untuk membangun Papua

Pahit Manis Mahasiswa Papua yang Menimba Ilmu di BandungIDN Times/Sukma Shakti

Sejak pertama kali menempuh pendidikan di Bandung, Weak sadar bahwa ia akan lulus dan harus kembali ke kampungnya. Di Papua sana, kata dia, ia akan membawa bekal ilmu untuk membangun Papua.

“Begini, kami merasa harus pulang ke Papua setelah dapat ilmu di ini. Apa yang kami dapat di sini, kami terapkan di sana. Sepertinya di mahasiswa rantau di daerah mana pun akan seperti itu, ingin membangun daerahnya masing-masing,” ujarnya.

4. Bikin izin unjuk rasa di Bandung itu mudah

Pahit Manis Mahasiswa Papua yang Menimba Ilmu di BandungANTARA FOTO/Novrian Arbi

Setali tiga uang, bagi Fernando Billy, seniornya yang juga berasal dari Papua, masyarakat Bandung lebih menerima kehadiran perantau Papua dibandingkan daerah lainnya. Di Bandung, kata Billy, tidak sulit mengajukan perizinan misalnya untuk menggelar aksi massa dalam menyampaikan aspirasi.

“Kalau di tempat-tempat lain agak susah. Sementara ormas (Organisasi masyarakat) lain di sana selalu mudah mendapat izin untuk menyampaikan pendapat,” ujar Billy.

5. Ingin segera bertemu Ridwan Kamil

Pahit Manis Mahasiswa Papua yang Menimba Ilmu di BandungIDN Times/Galih Persiana

Maka itu, saat ini Weak dan teman-teman perantau Papua, ingin sekali bertemu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk menyampaikan keresahannya tinggal sementara di Jawa Barat. Ia menilai bahwa setiap perkataan Emil, sebagai gubernur, akan didengar oleh masyarakat Jawa Barat.

 “Kami berharap begitu, mangkanya kami bilang (ingin) audiensi biar stigma-stigma itu bisa diluruskan. Kalau Gubernur Jawa Barat yang sampaikan, pasti masyarakatnya dengar,” kata Weak.

“Jadi Bapak Ridwan Kamil harus menjelaskan pada masyarakatnya, bahwa sebetulnya mahsiswa Papua itu begini, ingin dianggap seperti masyarakat pada umumnya, bukan mengalami stigma buruk seperti selama ini,” ujar Weak.

Baca Juga: Mahasiswa Papua di Bandung Ngotot Ingin Bertemu Ridwan Kamil

Baca Juga: Dedi Mulyadi: Jangan Pandang Warga Papua Orang Asing, Mereka Saudara

Topik:

  • Yogi Pasha
  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya