Manjakan Buruh, Ridwan Kamil Minta Pabrik Bangun Rusunawa

Bandung, IDN Times – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan jika ia sudah memiliki solusi untuk meringankan kehidupan buruh di Jawa Barat. Salah satunya ialah dengan meminta pabrik-pabrik yang berdiri di daerahnya untuk membangun rumah susun sewa (rusunawa) sendiri di samping lokasi industri.
Hal itu ia percaya dapat menekan beban transportasi yang ditanggung buruh-buruh di Jawa Barat. Namun, wacana yang ia sampaikan waktu menghadiri perayaan Hari Buruh Internasional di aula kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) itu tak begitu saja diterima oleh para buruh.
Bagaimana rencana rusunawa pabrik akan dilakukan?
1. Dua cara menjawab harapan buruh
Menurut Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, ada dua cara yang ia pakai untuk menjawab setiap harapan hidup layak seperti yang diutarakan buruh. Cara pertama ialah dengan menaikkan gajinya lewat batasan upah minimum.
“Cara pertama ini pernah saya lakukan waktu masih Wali Kota (Bandung). Satu cara menaikkan upah, tapi ini konsekuensinya besar Satu buruh dinaikkan satu juga mungkin tidak akan jadi beban. Tapi bayangkan saja kalau ada seribu buruh dalam satu pabrik?” tutur Emil, dalam pidatonya di Aula Disnakertrans, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Rabu (1/5).
Konsekuensi tersebut dapat membuat sebuah pabrik tutup, dan minggat ke daerah lain di luar Jawa Barat. “Kalau sudah begitu, nanti buruh datang lagi dan minta dicarikan pekerjaan, kan,” katanya.
2. Cara kedua dengan menurunkan upah bulanan
Sementara itu, Emil pun menjelaskan bahwa ada cara kedua yang bisa diterapkan oleh pemerintah. Cara itu ialah dengan meringankan beban buruh.
“Waktu masih menjadi Wali Kota Bandung, saya adakah bus gratis bagi buruh. Kami juga membantu pengadaan sembako,” ujarnya. Dengan pelayanan tersebut, buruh dapat hidup layak meski gajinya tidak dinaikkan.
3. Menggagas ide rusunawa pabrik
Untuk mengatasi tuntutan buruh saat ini, Emil membuat terobosan lewat cara kedua. Ialah dengan membangun rusunawa di samping pabrik, guna meringankan ongkos transportasi buruh-buruh di Jawa Barat.
“Jadi tinggalnya di sini, gawenya tinggal ke gedung sebelah. Itu sedang kami persiapkan. Di Indonesia belum ada,” kata Emil.
4. Mencontek China
Inovasi tersebut tak lepas dari apa yang China lakukan pada industrinya. Menurut Emil, dekatnya perumahan buruh dan pabrik di China membuat harga produksi suatu barang dapat ditekan hingga murah.
“Saya cari indikatornya, salah satunya ya itu, sehingga tidak ada ongkos transportasi,” ujarnya.
5. Apakah buruh tetap membayar cicilan?
Ide Emil tentu disambut dengan suka oleh para buruh yang berkumpul di aula tersebut. Namun tidak bagi Novi YuliantI, salah satu anggota Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI.
Novi menganggap bahwa ide tersebut hanya akan menambah beban buruh. Alasannya, pengusaha tetap akan melimpahkan beban rusunawa pada buruh dengan skema pembayaran cicilan.
“Nanti dicicil lagi, ya sama saja. Kalau saya rasa lebih baik pabrik menyediakan mess gratis. Jadi, saya titip pak Gubernur, tolong kalau mau kasih perumahan yang gratis,” kata Novi, ketika diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya pada Emil.
6. Emil masih mencari perhitungan yang tepat
Menanggapi pernyataan Novi, Emil bilang kalau Pemerintah Provinsi Jawa Barat tetap akan lebih dulu menghitung segala hal terkait rencana itu. Yang terang, kata Emil, ia menilai bahwa hanya pekerja pemula yang difasilitasi rusunawa.
“Hukum ekonomi enggak sesederhana itu. Di Jababeka, saya pernah lihat seorang buruh tinggal sempit-sempitan. Tapi kan dia berkarier, lama-lama jabatannya naik. Sekarang dia tidak tinggal di situ lagi, malah sudah pindah ke zona real estate,” ujar dia.
Ketika ditanya IDN Times pascaacara Hari Buruh Internasional, soal apakah rencana tersebut sudah disampaikan pengusaha, Emil menjawabnya tegas. “Sudah, sudah,” tutur dia.