Mahasiswa Bandung Tersinggung dengan Ulah Terduga Intel Polrestabes

Mereka menuding polisi melanggar hak privasi.

Bandung, IDN Times – Mahasiswa yang tergabung dalam forum Front Mahasiswa Tanpa Almamater (Frontal) merasa tersinggung dengan aktivitas seseorang yang mengaku sebagai aparat Polrestabes Bandung dan menyamar sebagai warga sipil (polisi intel). Frontal berpendapat bahwa kepolisian telah melanggar privasi mahasiswa dengan memotret data diri dengan berpura-pura sebagai anggota diskusi.

Peristiwa tersebut bermula ketika Frontal dan United Voice menggelar diskusi bertema “Mengapa RUU KKS Perlu Ditolak?” pada Sabtu, 12 Oktober 2019, di sebuah kantin di Telkom University, Bandung.

1. Didatangai polisi

Mahasiswa Bandung Tersinggung dengan Ulah Terduga Intel PolrestabesIDN Times/Imam Rosidin

Dalam kronologi singkat yang diterima IDN Times berdasarkan kesaksian para mahasiswa itu, dua orang mencurigakan (yang berpenampilan tidak seperti mahasiswa) mendatangi panitia diskusi sekitar pukul 18.20 WIB. Hal tersebut terlalu aneh, mengingat diskusi baru akan dimulai pukul 20.00 WIB.

Dua orang itu berbadan tegak dan berambut cepak, kemudian mengitip lokasi diskusi dan semua orang yang hadir di sana. “Tak lama mereka kemudian pergi. Lalu datanglah seorang polisi yang ditemani satpam kampus ke lokasi acara. Si polisi bertanya 'Ini bakal ada acara rame-ramean?'. Kawan C dari Frontal menjawab 'Enggak, pak, ini acara diskusi aja, ada apa ya, pak?' tanpa menjawab lagi mereka berdua pergi," kata salah satu anggota United Voice, Bahrul.

2. Dua orang mencurigakan

Mahasiswa Bandung Tersinggung dengan Ulah Terduga Intel PolrestabesIDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Diskusi kemudian dimulai sekitar pukul 20.00 WIB, seiring dengan massa mahasiswa yang membanjiri kantin tersebut. Ternyata, dua orang yang mencurigakan itu kembali ke kantin dan ikut duduk bersama peserta diskusi lain.

Panitia lalu membagikan lembaran daftar hadir dengan kolom nama dan asal kampus masing-masing peserta diskusi. Di sinilah masalah muncul, yakni ketika dua orang mencurigakan tersebut menerima daftar hadir dan memotretnya dengan ponsel.

Aksi dua orang mencurigakan itu kepergok salah satu mahasiswa berinisial R. Karena curiga, R spontan bertanya pada dua orang itu tentang maksud dari memotret daftar hadir.

“Salah seorangnya kemudian menjawab 'Nggak kok itu mah kepencet'. Kawan R langsung bertanya lagi 'Kepencet gimana?'. Orang tadi bapak ini (menunjuk orang yang memfoto) ngefoto kok. 'Itu buat apa pak difoto?'. Orang itu tetap bersikeras 'Itu tadi kepencet'," kata Bahrul

Mahasiswa R pun tidak memperpanjang kecurigaan itu dengan alasan tak mau mengganggu kelancaran diskusi. Namun, ketika diskusi dilanjutkan, R memperhatikan dua orang tersebut memotret wajah para peserta diskusi sehingga menimbulkan rasa curiga.

3. Memaksa yang dicurigai untuk jujur

Mahasiswa Bandung Tersinggung dengan Ulah Terduga Intel PolrestabesIDN Times/Galih Persiana

Satu jam diskusi berlangsung, atau sekitar pukul 21.00 WIB, sesi tanya-jawab pun dimulai. Mahasiswa R kemudian unjuk jari untuk mengajukan pertanyaan. Dalam kesempatan itu, ia berkata sepakat untuk menolak RUU KKS karena berbagai hal, salah satunya karena tak mau mahasiswa terus dipantau petugas intel.

“Saya dari tadi gelisah, karena melihat dua orang yakni bapak itu dan bapak itu (sambil menunjuk dua orang yang dicurigai bukan mahasiswa). Mereka di awal diskusi memotret lembar daftar hadir, yang di dalamnya ada kontak pribadi kita. Saya jujur keberatan karena ada informasi pribadi saya di situ,” kata R.

Apa yang dikatakan R bikin gaduh diskusi. Dalam keadaan tertekan, salah satu dari dua orang mencurigakan itu akhirnya buka suara. Awalnya, ia mengaku sebagai alumni Universitas Jendral Ahmad Yani dan mendapat undangan untuk menghadiri diskusi itu.

Mahasiswa tak langsung percaya dengan alasan itu, dan kembali menekan kedua orang tersebut dengan berbagai pertanyaan. Akhirnya salah satu dari mereka mengaku sebagai anggota Polrestabes Bandung.

“Saya intel, ditugaskan ke sini,” kata salah satu dari dua orang yang dicurigai itu, menurut keterangan mahasiswa.

4. Mahasiswa minta jaminan privasi

Mahasiswa Bandung Tersinggung dengan Ulah Terduga Intel PolrestabesIDN TImes/Galih Persiana

Pengakuan itu membuat situasi diskusi semakin ricuh. Adu mulut pun tak bisa dihindarkan. Salah satu mahasiswa bahkan memaksa untuk memeriksa galeri ponsel dari orang yang mengaku anggota polisi itu, untuk memastikan bahwa tak ada data diri mereka di sana.

“Sampai salah satu peserta diskusi meminta jaminan 'Pak, saya sebagai sipil jujur keberatan tindakan bapak khususnya memfoto. Saya juga tidak bisa menjamin kalau foto tersebut belum bapak kirim ke grup atau yang lainnya. Saya minta jaminan'. Peserta diskusi lain spontan menanggapi 'Ya pak, harus ada hitam di atas putih'. Forum serentak bilang 'Ya kita sepakat'," kata Bahrul.

"Jika dia benar memfoto dan untuk tujuan menggali informasi atau menjual informasi, artinya telah ada pelanggaran privasi dan informasi. Apalagi itu tanpa persetujuan orang orang yang mencantumkan nama dan kontaknya di lembar tersebut," ujarnya.

Tak lama kemudian, datanglah seseorang lainnya yang disebut berbadan tegak dan berambut cepak, dan menolak dua rekannya diintervensi mahasiswa. Maka, munculah sebuah opsi: surat perjanjian agar tidak ada ranah privasi yang diedarkan kepolisian.

Acara pun dilanjutkan. Ketiga orang yang telah mengaku sebagai anggota Polrestabes Bandung dibiarkan mengikuti acara diskusi. Namun, ketika acara memasuki sesi penampilan kesenian, mereka dengan sendirinya meninggalkan lokasi diskusi.

Namun, mahasiswa menduga ketiga orang itu tidak pergi begitu saja. Karena faktanya, anggota diskusi yang lain menyaksikan bahwa terdapat empat hingga tujuh orang yang diduga intel lain terus mengawasi jalannya diskusi hingga benar-benar rampung.

5. Poin-poin tuntutan mahasiswa Bandung

Mahasiswa Bandung Tersinggung dengan Ulah Terduga Intel PolrestabesIDN Times/Debbie Sutrisno

Atas penyusupan intel dalam kegiatan tersebut, ada lima poin tuntutan yang disampaikan antara lain:

  1. Mengutuk keras tindakan  penyusupan disertai pelanggaran  privasi yang dilakukan Kasat Intelkam Polres Bandung dalam acara yang dilakukan di wilayah kampus;
  2. Menolak intel dan aparat  masuk kampus;
  3. Menolak segala bentuk intimidasi dan represif aparat, baik itu  yang  sifatnya  berlevel tinggi atau rendah seperti "hanya" menyusup dan "hanya" memotret nomor kontak WhatsApp sekali  pun, pelanggaran terhadap hak tetap lah pelanggaran hak, dan itu akan terus kami lawan!;
  4. Menuntut Polres Bandung  Soreang untuk memastikan tidak ada upaya intimidasi apapun terkait acara diskusi kemarin, karena Kebebasan Berbicara dan Kebebasan Berkumpul adalah dilindungi Undang Undang dan bukan tindakan kriminal!;
  5. Meminta seluruh pihak Kampus Telkom University agar melindungi praktik kebebasan mimbar akademik berjalan tanpa gangguaan, intimidasi dan represi dari segala pihak termasuk aparat.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya