Kebakaran Vihara di Bandung Adalah Kerugian Sejarah

Vihara tersebut dibangun pada 1885 oleh pengusaha China

Bandung, IDN Times – Jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada 1885, kelompok pendatang China yang memeluk ajaran Buddha di Kota Bandung mendirikan Vihara Satya Budhi. Mereka adalah sebagian penduduk yang ikut mengusir penjajah dari Tanah Pasundan.
 
Tidak heran jika saat ini kelenteng tersebut tercatat sebagai vihara tertua di Kota Bandung. Ketika sebagian vihara tersebut terbakar di hari Imlek, Selasa (5/2) pada pukul 10.40, tenting menjadi kerugian sejarah bagi Indonesia.

1. Vihara dibangun oleh orang terkaya di Bandung

Kebakaran Vihara di Bandung Adalah Kerugian SejarahIDN Times/Galih persiana

Dari kejauhan, siapapun yang melintasi Jalan Kelenteng, Kota Bandung, pasti melihat vihara tersebut. Kompleks ibadah pemeluk ajaran Buddha itu memang luas. Pintu gerbang megah berhiaskan simbol Suantika, yang dipandang sebagai kebahagiaan bagi para penganutnya.
 
Memasuki kompleks kelenteng, sebenarnya pengunjung akan menemui tiga vihara termasuk Vihara Setya Budhi. Dua vihara lainnya ialah Vihara Samudera Bhakti dan Budha Gaya.
 
Vihara itu tercatat dibangun oleh penduduk asli China bernama Tan Hay Hap, salah satu orang terkaya di Bandung pada akhir 1980-an. Ia merupakan pebisnis beras, dan dikenal dekat dengan masyarakat dan pemerintah kala itu.

2. Belum menghitung kerugian

Kebakaran Vihara di Bandung Adalah Kerugian SejarahIDN Times/Galih Persiana

Saat api melahap sekitar 30-40 persen bagian Vihara Setya Budhi, Sugiri hanya bisa melongo. Pada pandangannya terpapar senti demi senti sejarah yang terbakar.
 
“Selama saya bersembahyang di sini, ini adalah kali pertama Vihara Setya Budhi terbakar,” kata Sugiri, salah satu pengurus sekaligus umat Vihara Setya Budhi, kepada IDN Times, di lokasi kejadian, Selasa (5/2).
 
Api memang telah padam, tapi hampir seluruh pengurus kelenteng saat ini masih syok karena kejadian tersebut. Jangankan menyambut wawancara pewarta, untuk masuk dan menengok bekas kebakaran pun mereka tidak berani.
 
“Jujur, kami belum bisa menghitung kerugian. Yang pasti, kita semua mengalami kerugian sejarah,” tuturnya.

3. Menghentikan tradisi demi keselamatan

Kebakaran Vihara di Bandung Adalah Kerugian SejarahIDN Times/Galih Persiana

Sebenarnya, pengurus vihara sudah sangat mengantisipasi kejadian kebakaran seperti itu. Mereka sadar, tradisi membakar lilin berisiko menyebabkan kebakaran.
 
Maka itu, sejak beberapa tahun lalu, mereka menghentikan tradisi yang mengatur bahwa lilin tak boleh dipadamkan selama Tahun Baru Imlek. “Sejak beberapa tahun lalu, kami selalu mematikan lilin jika vihara hendak ditutup. Secara tradisi itu dilarang, tapi kami berpedoman terhadap keselamatan umat,” kata Sugiri.
 
Ia berkaca pada sejumlah kejadian di Jakarta dan Jawa Tengah, di mana banyak vihara tua yang terbakar akibat lilin yang tak dimatikan. Dalam tradisinya, lilin dinyalakan tengah malam menjelang Tahun Baru Imlek, dan dibiarkan menyala hingga batang lilin tandas.
 
Sejau ini, dari kesimpulan sementara pengurus vihara, api kebakaran bersumber pada lilin para umat.

4. Berswadaya antar pemeluk ajaran Buddha

Kebakaran Vihara di Bandung Adalah Kerugian SejarahIDN Times/Galih Persiana

Untuk kerusakan semacam itu, Vihara Setya Budhi punya kas tersendiri untuk mengganti kerugian. Berswadaya memang sudah menjadi kultur di antara para pemeluk ajaran Buddha di lingkungan vihara.
 
“Tapi, kami tidak menutup diri jika saja ada yang ingin ikut menyumbang untuk membangun kembali tempat ini. Biaya bangunan saat ini kan mahal,” tuturnya.

5. Berharap tak ada kejadian serupa di vihara lain

Kebakaran Vihara di Bandung Adalah Kerugian SejarahIDN Times/Galih Persiana

Sugiri berharap kelentengnya menjadi tempat ibadah Buddha terakhir yang mengalami peristiwa kebakaran. Menurut dia, vihara lainnya dapat mengambil hikmah dari peristiwa Vihara Setya Budhi agar disiplin mengawasi lilin di sekitar tempat ibadahnya.
 
“Jangan sampai terjadi lagi hal-hal seperti ini. Jangan kalau ada musibah seperti ini baru sadar. Kami pun yang sudah mengantisipasi dari beberapa tahun lalu, tetap saja bisa dilanda kabakaran,” ujar Sugiri.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya