[Fragmen Lapas Sukamiskin II] Ketika Soekarno Dihinakan di Bandung

Rambutnya digunduli, pakaiannya khas narapidana.

Bandung, IDN Times – Soekarno akhirnya dihempaskan ke Penjara Soeka Miskin (Sekarang bernama Lapas Sukamiskin) setelah dijatuhi vonis empat tahun di Landraad Bandung, karena pergerakannya bersama Partai Nasionalis Indonesia (PNI) dianggap menentang Pemerintah Hindia Belanda. Ia harus mendekam di penjara itu seperti yang diatur dalam Pasal 165 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 161, 171, dan 154.

Hari-harinya di Penjara Soeka Miskin dihinakan. Bung Karno yang selalu tampil perlente itu digunduli, dibatasi dalam membaca buku—sesuatu yang ia sukai, hingga dipekerjakan sebagai pekerja kasar.

Ia akhirnya keluar dari Penjara Soeka Miskin setelah melakoni separuh dari masa tahanannya. Naskah Indonesie Klaagt Aan (Indonesia Mengguggat) yang mahsyur itu ikut mendorong pihak-pihak internasional untuk membebaskan Soekarno dari Soeka Miskin.

Baca Juga: [Fragmen Lapas Sukamiskin I] Soekarno dan Tudingan Makar di Bandung

1. Soeka Miskin dibikin oleh Guru Soekarno

[Fragmen Lapas Sukamiskin II] Ketika Soekarno Dihinakan di Bandungistimewa

Penjara Soeka Miskin dibangun pada 1918 dan diarsiteki oleh Profesor C.P. Wolff Schoemaker. Bangunan yang dinamai pemerintah Hindia Belanda dengan Strafgevangenis voor Intelectuelen itu dibikin khusus untuk menahan kaum-kaum intelek.

Penjara yang terletak di District Oejongbroeng (kini bernama Ujungberung) ini, dianggap sebagai salah satu dari segudang karya Wolff di Kota Bandung. Bahkan, tidak sedikit orang bilang bahwa Wolff mendesain Soeka Miskin atas inspirasi dari Penjara Alcatraz, yang ia teliti ketika mengunjungi Amerika Serikat.

Wolff sendiri merupakan seorang kompeni yang menjadi Guru Besar di Techische Hogere School (THS) atau kampus yang kini dinamakan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam buku Jejak Soekarno di Bandung (1921-1934) (2014, hlm. 117) karya Her Suganda, Wolff pernah membuka usaha biro arsitek bernama C.P. Schoemaker en Associate Architecten en Ingenieurs.

Ironisnya, Bung Karno tercatat pernah magang di kantor biro arsitek tersebut. Bahkan, Her Suganda menulis bahwa ketika magang, Bung Karno sempat ikut membangun Penjara Soeka Miskin.

2. Soeka Miskin untuk kaum intelek

[Fragmen Lapas Sukamiskin II] Ketika Soekarno Dihinakan di BandungSejarah Kota Bandung (Nina Herliana Lubis, 2016)

Dalam perjalanannya, bentuk bangunan Penjara Soeka Miskin tidak banyak berubah. Orang-orang yang mendekam di sana silih berganti. Dalam masa penjajahan Jepang yang terbilang singkat, pejabat-pejabat Hindia Belanda sempat ditahan di sana. Di antaranya ialah Gubernur Jenderal Alidius Warmoldus Lamertus Tjarda van Starkenborgh dan Panglima Tentara Hindia Belanda Letnan Jenderal Hein Ter Poorten.

Saat ini, Penjara Soeka Miskin telah berubah nama menjadi Lembaga Permasyarakatan Kelas I Sukamiskin, Kota Bandung. Penjara ini dikhususkan bagi terpidana Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dan pidana khusus. Sejumlah bekas pejabat yang tengah mendekam di lapas tersebut ketika berita ini diturunkan antara lain Setya Novanto (bekas Ketua DPR RI), Nazaruddin (bekas anggota DPR RI), Luthi Hasan Ishaaq (bekas Presiden PKS), dan pejabat-pejabat mentereng lainnya.

3. Menuju Soeka Miskin

[Fragmen Lapas Sukamiskin II] Ketika Soekarno Dihinakan di Bandunghttps://2.bp.blogspot.com

Masih Her Suganda dalam dalam buku Jejak Soekarno di Bandung (1921-1934) (2014, hlm. 113) yang mengatakan jika para hakim hanya memerlukan waktu 20 hari untuk menyusun vonis setebal 66 halaman untuk Soekarno dan tiga rekannya.

Dalam sidang 22 Desember 1930, majelis hakim menjatuhkan vonis empat tahun penjara pada Soekarno, dua tahun penjara pada Gatot Mangkupradja, satu tahun delapan bulan penjara pada Maskum Sumadireja, dan satu tahun tiga bulan pada Supriadinata dipotong masa tahanan.

Hukuman tersebut dianggap terlalu berat bagi Soekarno dan rekan-rekannya. Maka, para pengacara mereka kemudian mengajukan banding, meski pada akhirnya Raad van Justitie (Pengadilan tinggi) di Batavia (Jakarta) tidak mengabulkan banding itu.

Sejak saat itu, Soekarno, Gatot, dan Maskum, resmi mendekam di Penjara Soeka Miskin. Sementara Supriadinata tidak menemani mereka karena lebih dulu dinyatakan bebas. Sejak saat itu pula, kehidupan nelangsa terpaksa dihadapi Soekarno bertahun-tahun lamanya.

Hari-hari Bung Karno di Penjara Soeka Miskin begitu menguras fisik dan mentalnya. Di tempat yang terisolasi itu Bung Karno tidak dilakukan seperti biasanya, sebagai seorang tokoh pergerakan menuju kemerdekaan.

4. “Rambutku dipotong hampir menjadi gundul”

[Fragmen Lapas Sukamiskin II] Ketika Soekarno Dihinakan di BandungIstimewa

Di hari pertama masuk penjara, setelan Bung Karno yang perlente dirombak habis-habisan—diganti dengan pakaian biru-biru khas narapidana, dan diberi dua setel piyama kotak-kotak. Rambutnya digunduli. Bung Karno sama sekali tak dibedakan dengan narapidana lainnya.

Ternyata, penggundulan itu tertanam mantap di benak Soekarno. Dalam buku Dibawah Bendera Revolusi, Bung Karno menulis: “Rambutku dipotong hampir menjadi gundul, dimilimeter dalam bahasa Belandanya.”

Bung Karno dijebloskan ke dalam sebuah ruangan penjara bernomor 233. Saat ini, ruang penjara tersebut telah diubah namanya menjadi TA01 (Timur Atas nomor 01), dan dirawat sebagaimana situs bersejarah lainnya.

Selama satu tahun awal berada di Soeka Miskin, Bung Karno benar-benar telah menjadi tahanan politik. Ia ditugaskan dalam pekerjaan-pekerjaan kasar yang menguras fisiknya, salah satunya dilibatkan sebagai pekerja kasar dalam pembuatan buku di bagian mesin garis.

Totalnya, dua bulan Bung Karno bertugas sebagai pekerja kasar. Setelah itu, ia sempat dipindahkan ke bagian administrasi Penjara Soeka Miskin.

5. Menjadi pekerja kasar

[Fragmen Lapas Sukamiskin II] Ketika Soekarno Dihinakan di Bandungjabar.kemenkumham.go.id

Dua bulan bekerja di bagian mesin garis telah membuat Bung Karno merasa terhinakan. Dalam buku yang sama, Her Suganda menulis jika Bung Karno pernah mengungkapkan kepayahannya selama menjadi pekerja kasar kepada Mr. Sartono melalui sebuah surat.

Bung Karno mengatakan jika setiap pagi ia hars berbaris bersama narapidana lain sebelum bertugas. Setiap hari, ia mengerjakan berpuluh-puluh rim kertas. Jika pekerjaan sudah selesai, ia kerap membersihkan badan mulai dari tangan, kaki, hingga pipi yang kotor oleh mintak mesin garis.

Kegiatan itu jitu membuat Soekarno—yang terbiasa bekerja dengan otaknya ketimbang fisiknya--lelah. Maka, dalam kondisi kecapekan, Bung Karno yang biasa membaca buku, ketika itu lebih memilih tidur untuk menyiapkan fisiknya esok hari.

Pemerintah Hindia Belanda benar-benar telah membuat Bung Karno payah. Selain raganya dibatasi tembok Soeka Miskin, kebiasaan Bung Karno mengonsumsi buku pun secara tidak langsung ikut disetop.

6. Indonesia Menggugat sedikit banyak menolong Soekarno

[Fragmen Lapas Sukamiskin II] Ketika Soekarno Dihinakan di Bandunghttps://bandanaku.wordpress.com

Soekarno akhirnya dibebaskan pada Kamis, 31 Desember 1931. Hari itu ia meninggalkan Soekamiskin setelah menjalani dua dari empat tahun total masa hukumannya.

Beberapa buku menyebut bebasnya Soekarno tak lepas dari naskah Indonesia Menggugat yang ia susun selama mendekam di Penjara Banceuy tersebar hingga negara-negara lain. Pemerintah Hindia-Belanda kemudian ditekan oleh pihak internasional, karena telah menghukum seseorang yang belum terbukti secara sah melakukan perlawanan terhadap pemerintah.

Kabar mengenai pembebasan Bung Karno yang dipilih menjelang berakhirnya pemerintahan Gubernur Jenderal A.C.D. de Graeff ternyata telah tersebar di kalangan masyarakat. Untuk itu, Husni Thamrin, Gatot Mangkupradja, dan tokoh-tokoh pergerakan lainnya berencana membikin seremoni penyembutan atas pembebasan Bung Karno.

Namun, dalam suratnya kepada Husni Thamrin, Bung Karno mengaku keberatan dengan seremoni itu. Peringatan dengan dalih bahwa rakyat Indonesia sedang berada dalam kondisi kesulitan itu ternyata tidak didengarkan masyarakat. Pagi sekitar pukul 08.15 WIB, Bung Karno yang ditemani Husni Thamrin dan kepala penjara, untuk pertama kali menginjakkan lagi kakinya di luar tembok Soeka Miskin.

Baca Juga: Peran Soekarno dan Kiai NU di Balik Istilah Halal bi Halal

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia.

Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya.

Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya