Diskusi dengan Pidi Baiq, Pelajar Ini Langsung Ingin Membuat Novel

Audiens mengaku puas dengan paparan Pidi Baiq.

Bandung, IDN Times – Capek karena perjalanan jauh dari Lampung menuju Bandung terbayar sudah bagi Yoga Pratama. Pelajar berusia 18 tahun yang bercita-cita jadi penulis tenar itu berhasil bertemu Pidi Baiq, novelis serial Dilan, yang ia kagumi. Bahkan, Yoga berhasil bertukar pikiran dengan sang idola.

Semuanya dimulai ketika ia berhasil memenangi kuis yang digelar oleh Warner Music. Hadiah dari kuis tersebut adalah diajak menjadi bagian dalam acara “Napak TIlas dan Kelas Menulis Bersama Pidi Baiq” di Kantin The Panasdalam, Jalan Ambon, Kota Bandung, Sabtu-Minggu (27-28/4).

Usai berdiskusi dengan Pidi Baiq, asa Yoga makin menggebu-gebu. Memang, sebenarnya apa yang dibicarakan Pidi Baiq pada Yoga?

1. Banyak misteri yang terpecahkan

Diskusi dengan Pidi Baiq, Pelajar Ini Langsung Ingin Membuat NovelIDN Times/Galih Persiana

Keberangkatan Yoga dari Lampung ke Bandung bukan tanpa bekal. Ia mengantongi banyak sekali pertanyaan yang ingin ia setorkan pada Pidi. Bekal itu akhirnya tuntas juga, terutama setelah Pidi menjawab setiap pertanyaan Yoga.

“Bagaimana, ya, saya itu punya banyak sekali pertanyaan. Dan akhirnya rasa penasaran saya tuntas sudah, setelah bertemu Ayah Pidi,” kata Yoga, kepada IDN Times di Bandung, Selasa (26/4) malam.

2. Pidi membuat Yoga yakin pada cita-citanya

Diskusi dengan Pidi Baiq, Pelajar Ini Langsung Ingin Membuat NovelIDN Times/Galih Persiana

Dalam salah satu sesi, Yoga bertanya pada Pidi Baiq soal bagaimana melawan rasa jenuh ketika tengah menyusun sebuah novel. “Halo, ayah. Saya Yoga dari Lampung. Mau bertanya, bagaimana jika kita ingin menulis tapi malas?” katanya, singkat.

Pertanyaan itu tentu membuat audiens lainnya tertawa. Namun, Pidi menjawabnya dengan serius. “Saya juga sering malas. Tapi saya punya kalimat ‘Aku pasti mati, tapi apa yang telah aku lakukan sebelum itu?” ujar Pidi, menjawab pertanyaan Yoga.

Lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) itu pun melanjutkan, “Ini soal waktu yang bermanfaat sekali. Suatu hari anak-anakmu butuh uang, tapi anak-anakmu pun perlu bangga siapa orangtuanya,” katanya.

3. Mengerti bagaimana cara membuat karya tulis

Diskusi dengan Pidi Baiq, Pelajar Ini Langsung Ingin Membuat Novelunsplash.com

Sebenarnya Yoga tak sendirian. Sekitar belasan fan Pidi Baiq berhasil menemui idolanya setelah mereka terpilih menjadi pemenang kuis buah kerjasama antara Warner Music, Gen FM, dan IDN Times.

Selain Yoga, ada pula Khalida Prima Zola. Wanita berusia 24 tahun yang merupakan seorang karyawan swasta di Jakarta itu pun terpilih menjadi pemenang dari kuis yang disiarkan IDN Times.

Khalida mengatakan bahwa Pidi Baiq berhasil memecut semangatnya dalam menyelesaikan karya tulis.

“Dengan berbagai tip yang didiskusikan barusan, saya semakin mengerti bagaimana cara membuat artikel yang enak dibaca,” kata Khalida, kepada IDN Times.

Dengan begitu, Khalida semakin yakin suatu saat ia akan berhasil membuat karya tulis serupa. “Suatu hari saya pasti kembali lagi ke sini untuk berdiskusi soal novel,” ujarnya.

4. Apa saja yang diajarkan Pidi?

Diskusi dengan Pidi Baiq, Pelajar Ini Langsung Ingin Membuat Novelmerahputih.com

Kepada para audiensnya, Pidi mengatakan jika karya yang baik berasal dari seseorang yang menjadi dirinya sendiri. Dalam kata lain, seorang penulis akan menghasilkan karya terbaik bila mana tidak menargetkan harapan untuk menjadi idolanya.

“Saya pikir baik atau buruknya sebuah karya itu diukur dengan keasliannya. Jika itu asli dirimu, itu hebat,” kata Pidi, disambut antusias oleh para pemenang kuis tersebut.

Pidi pun memakai pemahaman Seni Rupa dalam materinya. “Di Seni Rupa ada istilah bahwa Seni Rupa bukanlah salon kecantikan. Seni Rupa bukan lagi indah atau tidaknya. Tapi lebih daripada itu,” ujarnya.

Ia melanjutkan, jika berbicara soal baik dan buruk dalam lukisan, itu hanya sebuah karya yang menggambarkan pemandangan semata. “Suatu hari saya mengunjungi seorang teman. Dia punya lukisan dengan judul ‘luas’. Kanvasnya gede banget, dengan warna hijau biru. Lalu aku berpikir, wah luas banget ya,” tutur dia, memberi contoh bahwa penilaian sebuah karya tidak ditempuh dengan cara yang mudah.

5. Semua orang bisa menulis

Diskusi dengan Pidi Baiq, Pelajar Ini Langsung Ingin Membuat Novelunsplash.com

Ia juga meyakini bahwa setiap insan yang dapat membaca, pasti dapat pula menulis. Yang membedakan di antara para novelis hebat dan tidak, ialah cara membiasakan diri membuat kalimat yang baik.

“Saya sering sekali menyusun kalimat dalam pikiran, dan menuliskannya di komputer. Apa saja. Apa saja yang terlintas di pikiran. Jadi, menurutku, tinggal bagaimana membiasakan diri membuat sebuah kalimat,” katanya.

Ia juga mengimbau agar setelah pulang, audiensnya dapat membuat karya serupa. Pidi pun berharap para pemenang kuis tersebut suatu hari kembali lagi ke Bandung untuk menemuinya.

“Harapan saya, untuk yang sudah datang, ya datang lagi ke sini. Kan sudah kenal, jadi datang ke sini boleh lah. Kalau sudah bersama-sama, melaksanakan apapun jadi senang,” tutur Pidi.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya