Banyak Masalah, Tahun 2019 Jadi Masa Senja Pariwisata Kota Bandung

Pengusaha hotel optimistis tahun 2021 terjadi perbaikan

Bandung, IDN Times – Sederet pengusaha khususnya yang berniaga di sektor pariwisata di Kota Bandung, Jawa Barat, mengeluhkan berbagai problema Kota Kembang karena mempengaruhi iklim bisnis mereka. Pengusaha kini tengah berharap pada pemerintah setempat untuk segera memenetrasi kondisi pariwisata Kota Bandung.

Ketua Persatuan Hotel Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar, mengatakan kalau kondisi bisnis hotel yang bersinggungan langsung dengan pariwisata cukup terpukul karena banyaknya hal yang tidak ditangani dengan baik oleh pemerintah.

“Saya kira ini sudah terjadi selama satu tahun terakhir. Bisa dibilang ini masa senja, meski saya yakin suatu hari iklim pariwisata Bandung kembali ke kondisinya semula,” kata Herman, saat dihubungi IDN Times, Senin (9/12).

1. Problema Kota Bandung dalam setahun terakhir

Banyak Masalah, Tahun 2019 Jadi Masa Senja Pariwisata Kota BandungIDN Times/Yogi Pasha

Menurut Herman, ada beberapa variabel masalah yang membuat pariwisata Bandung terganggu hingga berdampak pada tingkat okupasi kamar hotel. Di antaranya ialah kemacetan yang semakin menjadi-jadi, peran Bandara Hussein Sastranegara yang separuhnya diambil Bandara Kertajati, tiket pesawat yang mahal, hingga program pariwisata yang menjenuhkan.

Sementara mengenai kabar bahwa ibu kota pemerintah akan dipindah dari Bandung menuju Patimban, Herman merasa tidak akan terlalu berdampak. Pasalnya, “pengusaha hotel di Bandung masih bisa bertahan tanpa adanya kunjungan urusan kepemerintahan.”

“Saya juga baru dengar rencana itu (pemindahan ibu kota),” tutur Herman.

2. Perlu banyak berbenah

Banyak Masalah, Tahun 2019 Jadi Masa Senja Pariwisata Kota BandungIDNTimes/Ahmad Rifa'i

Meski mengkritisi sederet masalah Kota Bandung yang berdampak pada iklim bisnis pariwisata, Herman optimistis bahwa semuanya akan kembali normal pada 2021 mendatang. Namun, optimisme itu perlu ditunjang oleh bantuan pemerintah.

“Memang betul tahun ini ada pengaruhnya, tapi saya pikir tahun 2021 akan membaik selama kita (pengusaha dan pemerintah) membenahi bersama,” ujarnya.

Pembenahan, kata Herman, mesti dilakukan pemerintah meliputi beberapa sektor. “Misalnya sumber daya manusia yang bersinggungan dengan pariwisata, program pariwisata, dan lain-lain. Kalau Gubernur Ridwan Kamil mengatakan bahwa Jabar adalah provinsi pariwisata, mestina itu bisa dilakukan. Dengan begitu, menurut perhitungan kami, mestinya tingkat pariwisata kembali meningkat,” kata dia.

3. Kemacetan yang menjadi-jadi

Banyak Masalah, Tahun 2019 Jadi Masa Senja Pariwisata Kota BandungIDN Times/Galih Persiana

Tentang kemacetan, lanjut Herman, Pemerintah Kota Bandung mesti segera membenahi banyak hal salah satunya dengan rekayasa jalan khususnya memasuki akhir pekan. “Soal kemacetan, memang harus diatur sedemikian rupa karena masalah itu cukup punya pengaruh,” tutur dia.

Beberapa bulan lalu, Asian Development Bank (ADB) merilis hasil studi yang mengukur kemacetan di kota-kota negara berkembang Asia. Hasilnya mengagetkan, karena Kota Bandung menempati urutan ke-14, sementara Jakarta yang kerap dikeluhkan macet duduk di posisi 17.

4. BPS catat kenaikan okupasi hotel berbintang

Banyak Masalah, Tahun 2019 Jadi Masa Senja Pariwisata Kota BandungUnsplash/Dmitriy Alaev

Meski dikeluhkan, Badan Pusat Statistik Kota Bandung mencatat bisnis perhotelan di Bandung justru mengalami peningkatan, khususnya hotel berbintang. Pada Oktober 2019, tingkat penghunian kamar (TPK) Hotel di Jawa Barat mencapai 56,07 persen, atau naik 5,47 poin dibandingkan TPK September 2019 sebesar 50,60 persen.

TPK tertinggi terlihat dialami hotel bintang lima yakni sebesar 67,74 persen, sedangkan TPK terendah terjadi pada hotel bintang satu yakni 39,63 persen.

BPS juga mencatat rata-rata lama menginap tamu di hotel bintang selama Oktober 2019, yakni 1,65 hari. Jumlah itu didapat dari hasil kalkulasi tamu asing yang menginap di hotel berbintang rata-rata selama 3,37 hari, dan tamu domestic yang menginap rata-rata selama 1,59 hari.

5. Hotel nonbintang alami penurunan

Banyak Masalah, Tahun 2019 Jadi Masa Senja Pariwisata Kota BandungInstagram/mariliburan

Sementara nasib sama tak dialami oleh hotel nonbintang. Pada kurun waktu yang sama, TPK hotel nonbintang hanya mencapai 34,33 persen, atau turun 2,18 poin dibandingkan September 2019 yang mencapai 36,51 persen.

TPK tertinggi untuk hotel nonbintang terjadi pada hotel dengan kelompok kamar 25-40, yakni sebesar 36,48 persen. Sedangkan TPK hotel non bintang terendah terjadi pada hotel dengan kelompok kamar kurang dari 10 unit, yakni sebesar 20,41 persen.

Pada Oktober 2019 juga tercatat, tamu mancanegara yang menginap di hotel nonbintang rata-rata selama 1,23 hari--angka yang sama dengan durasi menginap tamu asal Indonesia.

Baca artikel menarik lainnya dengan mengunduh IDN Times App, di sini

Baca Juga: Sepi Kunjungan Wisatawan, Oded Sebut Bandara Husein seperti Kuburan 

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya