Bagaimana Cara Memulihkan Citarum dari Kaca Mata Sains?

Perketat kebijakan, baru teknologi. Contohlah Bali

Bandung, IDN Times – Sungai Citarum telah menjadi fokus penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam kurang lebih empat tahun terakhir. Mereka telah berupaya menciptakan berbagai terobosan teknologi, yang diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjernihkan kembali sungai yang dinilai salah satu paling tercemar di dunia itu.

Fokus penanganan Sungai Citarum berada di bawah Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) LIPI. Namun, sayangnya, sejauh ini terobosan teknologi yang dibawa LIPI belum dimanfaatkan secara luas, terutama oleh pemerintah.

Saat ini, pemerintah sendiri baru saja mendapat kucuran dana Rp1,4 triliun dari Bank Dunia untuk penanganan Sungai Citarum. Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, ada beberapa hal yang harus diperbaiki dari Citarum. Di antaranya ialah guna memperbaiki infrastruktur dan pengembangan teknologi.

Lalu, sejauh mana para peneliti LIPI beserta teknologi penanganan sungai yang mereka bikin bisa bersaing dengan merek lainnya untuk mencuri perhatian pemerintah?

1. LIPI sudah dihubunungi Bappeda Jabar

Bagaimana Cara Memulihkan Citarum dari Kaca Mata Sains?IDN Times/Galih Persiana

Kepala LPTB LIPI, Sri Priatni, mengaku telah dihubungi Bappeda Jabar terkait teknologi yang ditawarkan LIPI untuk mendukung pemerintah dalam misi pembersihan Citarum. Namun, katanya, permintaan itu belum terlihat serius sehingga LIPI masih menunggu kelanjutan minat pemerintah.

“Sudah minta waktu itu, sih, tapi belum ada kelanjutan sampai saat ini,” kata Sri, kepada wartawan di kantornya, Jalan Sangkuriang, Kota Bandung, Rabu (12/6).

“Kami diminta ikut bantu karena kami dianggap lebih netral dibanding universitas. Jadi ada permintaan, begitu. Tapi itu belum serius sih, baru wacana,” ujarnya.

2. Teknologi IPAL LIPI yang teruji

Bagaimana Cara Memulihkan Citarum dari Kaca Mata Sains?IDN Times/Galih Persiana

Seandainya pemerintah telah membuka pintu untuk mengenalkan produknya, prioritas LIPI tertuju pada tiga paket teknologi yang mereka miliki. Pertama ialah teknologi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang mereka punya, di mana telah teruji keberhasilannya.

IPAL yang LIPI tawarkan, tak lain merupakan produk yang mereka kembangkan di Sumedang, Jawa Barat, selama beberapa tahun terakhir. Dengan IPAL tersebut, saat ini LIPI mengklaim mampu mengolah limbah pabrik tahu menjadi layak mengalir di sungai. “Bahkan, kami manfaatkan hasil pengolahan limbah itu untuk menyiram tanaman masyarakat sekitar,” katanya.

Tak hanya itu, di tempat yang sama LIPI juga telah menerapkan teknologi biogas dengan sumber kotoran hewan. Kini, masyarakat sekitar lokasi penelitan telah memanfaatkan gas tersebut untuk keperluan rumah tangga.

3. Mengubah bahan dasar pembuatan plastik

Bagaimana Cara Memulihkan Citarum dari Kaca Mata Sains?IDN Times/Galih Persiana

Teknologi kedua yang akan mereka prioritaskan ialah teknologi bioplastik berbahan singkong. Pasalnya, plastik merupakan salah satu material yang mencemari Sungai Citarum. Bahkan, Peneliti LPTB LIPI, Hanif Dawam Abdullah, mengatakan jika 50 persen dari sampah padat di Sungai Citarum adalah plastik.

Plastik sendiri merupakan material berbahaya bagi kelangsungan sungai. Plastik konvensional, kata Hanif, tak dapat terurai dengan cepat. Sekali pun plastik secara kasat mata telah terurai, itu hanya akan menjadi mikroplastik yang sama membahayakannya bagi kesehatan lingkungan dan manusia.

Langkah pertama dalam mengubah singkong menjadi bioplastik adalah dengan mengambil pati dari singkong. Pati tersebut tak dapat langsung diproses mesin produksi bioplastik, sebelum dicampur dengan plasticizer gliserol (material untuk membuat produk agar memiliki karakter plastik).

“Plasticizer gliserol juga dapat dimakan oleh mikroba, sehingga bioplastik dipercaya mudah terurai dan tidak mencemari lingkungan,” katanya.

Masalahnya, harga dari pembuatan bioplastik ini lebih mahal empat kali lipat dari plastik konvensional. “Tapi, mahal ini karena permintaannya masih kurang sekali. Kalau permintaan sudah banyak, maka harga murah pun akan menyesuaikan,” ujar Hanif.

4. Mencontoh Bali, perkuat kebijakan

Bagaimana Cara Memulihkan Citarum dari Kaca Mata Sains?suncommunitynews.com

Namun, apa gunanya teknologi mutakhir bila kebijakan pemerintah sendiri masih kendor. Misalnya, kata Sri, ia sering belanja ke pasar modern dan ditawari plastik konvensional tanpa bertanya terlebih dahulu tentang tas belanja yang dibawa. “Padahal beberapa tahun terakhir, rata-rata pasar modern tanya dulu. Kalau memang konsumen tidak bawa tas, baru ditawari plastik,” tutur Sri.

Apa yang terjadi di Jawa Barat itu berbeda jauh dengan kebijakan yang tegak di Bali, misalnya. Menurut Sri, pasar modern di Bali tegas tak memberikan konsumen kantung plastik. Walhasil, konsumen yang tak membawa tas sendiri tak dapat berbelanja banyak.

“Hasilnya kita bisa melihat bagaimana daerah pariwisata laut di Bali cenderung lebih bersih,” ujarnya.

Maka itu, Sri menilai bahwa penegakan aturan harus menjadi langkah pertama dalam misi pemulihan kondisi Sungai Citarum. Setelah aturan mantap ditegakan, barulah membahas teknologi dan sistem pengawasan.

5. Tidak akan kecewa jika tak dipilih pemerintah

Bagaimana Cara Memulihkan Citarum dari Kaca Mata Sains?IDN Times/Galih Persiana

Bagi seorang peneliti, Hanif tentu akan senang jika hasil kerjanya digunakan pemerintah dalam membenahi Sungai Citarum. “Itu salah satu capaian tertinggi bagi peneliti. Kami ini produk pemerintah, jadi jika berhasil digunakan tentu akan sangat senang,” kata Hanif.

Jika pemerintah tak kepincut dengan teknologi LIPI, atau memilih melirik penawaran teknologi lain, Hanif tak akan kecewa. Ada sebuah kalimat singkat yang selalu dipegang teguh oleh tiap peneliti, kata Hanif.

“Ialah sains untuk sains, dan sains untuk manusia. Jadi jika tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia, perkembangan sains hari ini akan bermanfaat untuk perkembangan sains di masa mendatang. Jadi saya enggak akan kecewa-kecewa amat,” ujarnya.

Baca Juga: Ridwan Kamil: Rp1,4 Triliun untuk Citarum Harum Bukan Hibah tapi Utang

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya