Zuleyha Keskin: Diskriminasi Wanita Muslim di Australia Masih Tinggi

Pemeluk agama Islam di Australia terus bertambah

Bandung, IDN Times - Menjadi minoritas di antara mayoritas memang kerap mendapat perlakukan kurang menyenangkan. Hal ini pula yang sempat dialami Zuleyha Keskin, salah satu wanita muslim yang tinggal di Australia.

Keskin mengatakan, saat ini masyarakat muslim di Australia baru sekitar 2,6 persen dari total penduduk negara tersebut. Angka ini jelas sangat kecil karena Australia merupakan negara besar dengan jumlah penduduk mencapai 24,6 juta pada 2017.

Ketegangan antara masyarakat muslim dengan sesama muslim di sejumlah negara, kemudian antara masyarakat muslim dan non-muslim mampu menimbulkan anggapan miring dari warga Australia kepada penganut agama Islam di negara ini.

"Isu global seperti ISIS membentuk opini masyarakat pada umumnya yang beranggapan kalau muslim itu adalah teroris dan lain sebagainya," ujar Keskin saat memberikan materi di Universitas Maranatha, Kamis (14/3).

1. Tantangan muslim perempuan lebih berat

Zuleyha Keskin: Diskriminasi Wanita Muslim di Australia Masih Tinggiholpicva.pw

Baca Juga: Dubes Australia Ajak Masyarakat Lebih Bijak Memanfaatkan Media Sosial

Wanita keturunan Turki ini menjelaskan, perempuan muslim di Australia memiliki tantangan lebih besar dibandingkan muslim laki-laki. Sebab mayoritas muslim perempuan di negara ini akan menggunakan hijab. Penampilan ini yang kemudian lebih mudah terlihat masyarakat lain khususnya ketika bepergian menggunakan kendaraan umum.

"Kondisi ini jelas lebih sering kali kami menerima diskriminasi oleh masyarakat yang ada di sana," papar Zuleyha yang menjadi salah satu anggota delegasi Australia dalam rangkaian Interfaith Dialogue Indonesia-Australia yang berlangsung di Kota Bandung.

Dia mengatakan, untuk menghindari terhadap kaum muslim perempuan di tempat umum memang sulit. Guna meminimalisir hal tersebut, masyarakat muslim Australia biasanya mencari lingkungan yang lebih majemuk baik secara budaya maupun agama. Dengan demikian maka diskriminasi bisa diminimalisir.

2. Kampanye anti diskriminasi terus digaungkan

Zuleyha Keskin: Diskriminasi Wanita Muslim di Australia Masih Tinggipexels.com/rawpixel.com

Menurut Keskin, di Australia sebenarnya sudah banyak masyarakat yang berkampanye agar tidak ada lagi diskriminasi kepada masyarakat baik yang berbeda budaya maupun agama. Banyak pihak yang peduli dan berupaya mengajak pihak lain agar bisa menerima keberadaan mereka yang dianggap sebagai minoritas.

Misalnya terkait dengan muslim perempuan yang mengenakan hijab, para aktivis ini berkampanye dan memberitahu kepada masyarakat yang lain bahwa sebagai muslim perempuan sudah pasti menggunakan hijab sebagai penutup aurat di kepala. Karena hal itu adalah kaidah dari ajaran Islam.

Selain itu, pemerintah Australia juga telah membuat peraturan terkait diskriminasi. Mereka yang terbukti melakukannya bisa dikenai sejumlah denda.

"Sayangnya untuk di media sosial sendiri belum ada aturan resmi," ujarnya.

3. Lebih banyak diskriminasi di dunia nyata ketimbang media sosial

Zuleyha Keskin: Diskriminasi Wanita Muslim di Australia Masih Tinggihttps://pixabay.com

Keskin yang juga mengajar di Islamic Sciences and Research Academy (ISRA) mengatakan, media sosial memang menjadi akses bagi siapa saja untuk mengutarakan ketidaksukaannya pada sesuatu. Kaitannya dengan diskriminasi kaum minoritas, dia menyebut selama ini lebih banyak aksi diskriminasi yang dialami justru di kehidupan nyata ketimbang di media sosial.

Sebab, sebagai negara dengan kebebasan berpendapat, siapa pun bisa mengkritik siapa saja yang memang tidak mereka sukai atau dianggap menyalahi sesuatu.

"Jadi siapa pun kena serang. Tidak terbatas pada muslim atau siapa saja, karena diskriminasi juga terjadi pada agama lain di luar Islam," ungkap Keskin.

4. Wanita muslim Australia terus bertambah

Zuleyha Keskin: Diskriminasi Wanita Muslim di Australia Masih Tinggipexels.com/rawpixel.com

Baca Juga: Kagumi Kinerja Oded, Australia Bakal Belajar Soal Toleransi di Bandung

Meski masyarakat muslim kerap mendapat diskriminasi, Keskin menyebut jumlah populasi orang Islam di Negeri Kangguru ini terus bertambah. Meski tidak ada angka pasti, tapi jumlah wanita yang berpindah agama dari non-muslim kemudian menjadi muslim lebih banyak ketimbang laki-laki.

"Mahasiswa saya banyak juga ada sekitar 10-50 orang yang sudah menjadi muslim. Mereka kan belajar terus mendapat hidayah untuk masuk Islam," papar Keskin.

Baca Juga: Pertama Kali, Indonesia dan Australia Gelar Dialog Antar Agama

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya