Yana Mulyana Ajak Warga Kolaborasi Kelola Sampah Mulai dari Rumah

Baru 12 persen sampah dari Bandung yang diolah kembali

Bandung, IDN Times - Tonase sampah di Kota Bandung per harinya mencapai 1.500 ton. Jumlah ini bisa terus bertambah seiring jumlah masyarakat yang meningkat serta perekonomian yang makin membaik.

Satu masalah yang harus diwaspadai adalah penumpukan sampah di tempat pembuangan sampah (TPS), sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Apalagi tahun depan belum ada kepastian apakah TPA Sarimukti dan Legoknangka masih bisa digunakan atau tidak.

"Pemerintah Kota tidak bisa menyelesaikan sendiri, butuh partisipasi masyarakat mulai menyelesaikan sampah di lingkungan kita," kata Wali Kota Bandung Yana Mulyana, Minggu (15/5/2022).

1. Memilih dan mendaur ulang sampah seharusnya bisa dilakukan

Yana Mulyana Ajak Warga Kolaborasi Kelola Sampah Mulai dari RumahIDN Times/Humas Bandung

Dia mengajak partisipasi seluruh elemen masyarakat untuk kolaborasi mengelola sampah di Kota Bandung. Sebab kolaborasi dari semua pihak, mulai dari pengurus lingkungan, komunitas hingga masyarakat umum, sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan sampah.

Salah satunya dengan cara daur ulang sampah organik dan anorganik serta tata kelola pengolahan sampah di tingkatan terendah. Bila tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi masalah yang besar.

"Kemungkinan tahun depan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sarimukti ditutup. Saya juga tidak yakin tahun 2024 juga TPA Legok Nangka juga beroperasi. Maka saya harap sampah bisa dikelola lebih awal, sebelum ke TPS," ujarnya.

Yana optimistis kolaborasi dan kerja sama dari berbagai pihak dapat menyelesaikan berbagai masalah perkotaan, termasuk sampah.

2. Sampah punya nilai ekonomis loh

Yana Mulyana Ajak Warga Kolaborasi Kelola Sampah Mulai dari RumahProduk jam dari daur ulang limbah plastik. IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Ketua Rukun Warga 07 Kelurahan Antapani Kidul, Maman Sulaeman bersyukur atas diresmikannya sarana pengolahan sampah dan sarana olahraga di lingkungannya oleh Wali Kota Bandung.

Ia mengatakan, saat ini warga diajak untuk memilah dan memilih sampah organik dan anorganik. Sampah organik kata dia, diolah menjadi pupuk kompos. Sementara sampah anorganik, bisa diolah sehingga memiliki nilai ekonomi sendiri.

"Kalau tidak membantu dengan 3R (reduce, reuse, recycle) atau Kang Pisman maka suli untuk menangani sampah di Kota Bandung akan sulit. Mari sama-sama membantu pemerintah kota kita tercinta," katanya.

3. Baru 12 persen sampah dari Bandung yang bisa diolah kembali

Yana Mulyana Ajak Warga Kolaborasi Kelola Sampah Mulai dari RumahGunung sampah yang ada di TPAR Kebon Kongok (IDN Times/Linggauni)

Sebelumnya, Kepala Seksi Kerja Sama Teknis Operasional Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Bandung Deti Yulianti, saat ini sampah dari Bandung 82 persen harus diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal TPA Sarimukti yang berada di Kabupaten Bandung Bara saja perkiraan awalnya harus bisa menampung 1.200 ton per hari dari kawasan Bandung Raya.

Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk mencapai 2,5 juta jiwa, permasalahan sampah di Kota Bandung masih belum menemukan solusi yang maksimal.

"DLHK terus berusaha agar jumlah sampah yang diangkut ke TPA semakin kecil. Targetnya pada 2022 hanya terbuang sebanyak 70 persen dari total sampah yang ada," ujarnya beberapa waktu lalu.

Ia menerangkan, kondisi TPA Sarimukti yang sudah tidak lagi memiliki kapasitas untuk menampung sampah. Sehingga nantinya sampah akan di angkut ke TPPAS Legok Nangka. Di sana, Kota Bandung dituntut untuk mengurangi pengangkutan sampah sebanyak 24 persen.

Untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA, minimal turun dari 80 ke 70 persen caranya lewat sampah yang diolah dan mengembangkan kawasan bebas sampah skala kelurahan.

"Jika Kota Bandung tidak bisa mengurangi sampah maka potensi kota lautan sampah bisa saja terjadi," kata Deti.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya