Waspada Resesi, Kemenperin Ajak UMKM Cibaduyut Perluas Pasar Lokal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Kementerian Perindustrian mengajak seluruh pelaku usaha termasuk industri alas kaki bisa mencari pasar baru di tengah kemungkinan adanya resesi yang berdampak pada pasar ekspor. Di Kota Bandung, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita meminta agar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) alas kaki yang saat ini berada di daerah Cibaduyut melakukan hal serupa.
Hal ini disampaikan Reni dalam acara Temu Bisnis IKM Alas Kaki. Dia menilai bahwa potensi industri alas kaki sangat tinggi. Saat ini Indonesia menjadi negara terbesar keempat dalam ekspor produk alas kaki.
"Jika ada resesi maka negara yang selama ini tujuan ekspor bisa jadi tidak membeli barang karena mengalami perlambatan (ekonomi). Maka kita harus mencari pasar non-tradisional termasuk pasar dalam negeri," ujar Reni, Senin (5/12/2022).
1. Kewajiban penggunaan produk dalam negeri jadi kunci pelaku UMKM
Dia menuturkan, saat ini pemerintah tengah fokus mengembangkan produk dalam negeri agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Pengadaan di pemerintah tingkat pusat hingga ke daerah bahkan diwajibkan memaki barang buatan industri lokal.
Dengan meningkatkan pasar baru termasuk di dalam negeri, diharapkan pertumbuhan industri alas kaki yang mencapai 14 persen pada triwulan III 2022 bisa bertahan.
"Kita harus menjaga pertumbuhan itu karena kita punya penduduk yang besar, kita amankan pasar dalam negeri," kata dia.
Dari data Kemenperin, kuantitas ekspor produk alas kaki Indonesia mencapai angka 427 juta pasang, atau 3,3 persen dari total produk alas kaki yang diekspor di seluruh dunia.
"Untuk kinerja ekspor Januari - September 2022 alas kaki mencapai angka 5,94 miliar dolar AS, meningkat sebesar 35 persen dibandingkan kinerja ekspor di periode
yang sama di tahun 2021 yang hanya mencapai angka 4,4 miliar dolar AS” ungkap Reni.
2. Pelaku usaha harus mau berinovasi
Namun, dengan optimisme dari data performa sektor industri alas kaki dalam negeri, pelaku industri juga harus tetap waspada dengan kondisi perekonomian dunia yang dapat berubah sewaktu-waktu.
Saat ini IKM alas laki menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan bisnis di mana pelaku IKM maupun pemilik brand produk alas kaki harus mampu untuk
mempromosikan dan mengembangkan produknya secara kreatif dan inovatif di tengah maraknya gempuran produk dari brand asing yang tentunya memiliki sumber daya yang jauh lebih besar.
Menurutnya, pelaku IKM tidak bisa hanya mengandalkan sistem penjualan luring dengan penampilan produk maupun pengemasan produk yang bersifat konservatif untuk dapat berkembang maupun bersaing mendapatkan pasar yang saat ini terus berubah sehingga transformasi digital dan inovasi menjadi penting.
"Mengingat semakin cepat berkembangnya kemampuan industri maupun kebutuhan konsumen yang memberikan dampak signifikan pada proses bisnis industri termasuk di sektor industri alas kaki," kata dia.
3. Disdagin harap IKM alas kaki Cibaduyut bisa kembali berjaya
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Elly Wasliah menuturkan, di Bandung pusat IKM alas kaki ada di daerah Cibaduyut. Sayangnya sekarang ketenaran Cibaduyut kurang bersinar karena banyak saingan.
Dia berharap dengan kegiatan ini bisa meningkatkan produksi dari Cibaduyut sehingga mampu kembali ke masa jayanya dulu pada era 1990-an.
"Dulu orang ke Bandung untuk pariwisata pasti ke Cibaduyut juga. Sekarang akan coba kami kembangkan dan ini juga sudah menjadi perhatian anggota dewan (DPRD)," kata dia.
Elly menyebut, pada November 2022 Pemkot Bandung telah menyelenggarakan festival di sentra industri Cibaduyut. Memamerkan berbagai macam produk kegiatan ini menghasilkan omset hingga Rp400 juta.
Baca Juga: Cerita dari Kampung Paletok, 'Mini Cibaduyut' di Bandung Selatan