Vaksin Merah Putih vs Vaksin Sinovac, Apa Bedanya?

Bandung, IDN Times - Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan dua jenis vaksin untuk menangkal pandemik virus corona jenis baru (COVID-19). Dua vaksin tersebut adalah Merah Putih yang diproduksi di dalam negeri dan vaksin Sinovac yang didatangkan dari Tiongkok.
Kedua vaksin ini diprediksi baru bisa diproduksi dan disuntikkan secara massal kepada masyarakat Indonesia tahun depan. Itupun jika tahap uji klinis dinyatakan sukses dan berhasil.
Seperti diketahui, vaksin Sinovac sekarang sedang tahap uji klinis yang membutuhkan waktu setidaknya enam bulan. Sedangkan, vaksin Merah Putih pun diprediksi baru bisa diketahui hasilnya pada pertengahan 2021.
Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran, Dr Eddy Fadlyana mengatakan, kedua calon vaksin COVID-19 ini memang didapat dari teknik yang berbeda.
"Kalau vaksin Sinovac ini didapat dari virus utuh yang dimatikan. Dengan demikian tingkat keamanannya sangat tinggi," ujar Eddy ketika dihubungi, Rabu (12/8/2020).
1. Terdapat tiga cara pencarian vaksin
Eddy menuturkan, untuk mencari sebuah vaksin bisa didapat dengan tiga cara. Pertama, vaksin didapat dari virus yang "dimatikan".
Cara inilah yang dilakukan untuk vaksin Sinovac yang kemudian menonakatifkan virus COVID-19 untuk dijadikan bahan vaksin. Lalu ada pembuatan vaksin di mana virus yang ingin dilawan harus dilemahkan terlebih dahulu.
Terakhir adalah pembuatan vaksin dari antigennya. Kemungkinan cara ketiga ini yang dilakukan pihak Eijkman dalam membuat vaksin Merah Putih.
"Saya kurang tahu pastinya tapi kemungkinan menggunakan metode yang ketiga," papar Eddy.
2. Vaksin mananpun yang penting aman dan berguna
Eddy menegaskan, pembuatan vaksin oleh pihak manapun sebenarnya tak jadi masalah. Asalkan vaksin untuk virus tertentu memang aman dan bisa meredam sebuah penyakit yang diderita masyarakat seperti COVID-19.
"Vaksin apapun juga yang penting aman dan menimbulkan kekebalan terhadap virus tertentu," pungkasnya.
3. Vaksin Merah Putih didapat dengan cara rekombinan
Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler EIjkman Profesor Amin Soebandrio menuturkan, vaksin Merah Putih merupakan dikembangkan dengan metode rekombinan. Saat ini Lembaga Eijkman sedang menunggu sel mamalia tersebut untuk menghasilkan protein rekombinan yang telah didesain. Protein rekombinan ini kemudian akan menjadi antigen.
"Kalau protein rekombinan ini sudah selesai dihasilkan dan kemudian telah dipurifikasi, maka kami baru bisa mulai melakukan uji coba kepada hewan percobaan yang kemungkinan baru akan dimulai sekitar 2-3 bulan ke depan dan setelah uji coba kepada hewan ini selesai maka bibit vaksin Merah Putih ini baru bisa kami serahkan kepada Bio Farma," kata Amin dikutip dari Antara.
Lembaga biologi molekuler Eijkman berharap dapat menyerahkan bibit vaksin Merah Putih penangkal COVID-19 pada sekitar Februari atau Maret 2021.
4. Mengupayakan pembuatan vaksin Merah Putih lebih cepat
Saat ini perkembangan vaksin Merah Putih telah mencapai sekitar 30 persen dari keseluruhan proses. Walapun belum 100 persen selesai antigen tersebut, namun capaian progres sekitar 30 persen itu merupakan fondasi dari penelitian vaksin itu sendiri.
"Kalau hal ini sudah selesai maka ke depannya diharapkan lebih cepat," kata Prof Amin.
Untuk menangani COVID-19 secara mandiri, Indonesia mengembangkan calon vaksin bernama Merah Putih. Kerja sama penelitian vaksin tersebut dilakukan antara Lembaga Eijkman, LIPI, Bio Farma, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Tim Percepatan Vaksin Nasional yang terdiri dari Kemenristek, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian BUMN.
Baca Juga: Ini Syarat Vaksin Sinovac Lolos Uji Klinis Tahap III