Ternyata Guru Lumpuh di Sukabumi Bukan karena Efek Vaksin COVID-19 

Hasil diagnosis pasien mengalami sindrom Guillain-Barre  

Bandung, IDN Times - Kasus guru dari Sukabumi, Susan Atela (31), yang mengalami kelumpuhan alat gerak hingga kebutaan usai menjalani vaksinasi COVID-19 dipastikan bukan karena efek dari vaksin COVID-19. Hal ini berdasarkan analisa Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), BPOM, Bio Farma, dan sejumlah pihak lainnya.

Ketua Umum Uji Klinis Covid-19 FK Unpad Kusnandi Rusmil mengatakan, kasus yang menimpa Susan yang matanya buram 12 jam pascavaksinasi COVID-19 ternyata terkena Sindrom Guillain-Barré (GBS).

"Setelah dilakukan CT scan hasilnya didiagnoas dengan ditegaskan ada Gulen-Barre Sindrom. Keadaan umum SA sudah semakin membaik dan minggu depan akan kontrol ke rumah sakit rawat inap (di RSHS Bandung)," ujar Kusnandi Rusmil dalam diskusi secara daring, Senin (3/5/2021).

1. Belum ada bukti kuat bahwa Susan lumpuh akibat vaksin COVID-19

Ternyata Guru Lumpuh di Sukabumi Bukan karena Efek Vaksin COVID-19 ilustrasi vaksin Sinovac

Dengan temuan ini belum ada bukti kuat bahwa Susan mengalami kelumpuhan motorik dan mata rabun efek dari vaksin COVID-19. Terlebih dari puluhan juta dosis yang sudah disuntikan di seluruh dunia, tidak ditemukan keluhan gejala klinis yang serupa.

"Maka belum ada bukti bahwa ada hubungan kelemahan anggota gerak dan keburaman mata dengan vaksinasi," ujar Kusnandi.

Sindrom Guillain-Barré sendiri adalah penyakit autoimun yang tergolong langka. Pada penyakit ini, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi justru menyerang sistem saraf perifer yang bertanggung jawab mengendalikan pergerakan tubuh.

2. Tanda-tanda penyakit GBS sulit dideteksi

Ternyata Guru Lumpuh di Sukabumi Bukan karena Efek Vaksin COVID-19 mydr.com.ai

Kusnandi menuturkan, berdasarkan audit Komnas KIPI, GBS ini biasanya terjadi tidak langsung menyerang atau memperlihtkan tanda-tanda pada seseorang. Sebelum kelumpuhan yang bersangkutan tidak akan merasa gejala apapun dalam dua hingga empat pekan.

Dengan demikian, kemungkinan kelumpuhan yang terjadi pada Susan karena dia sebelumnya sudah terinfeksi dulu oleh bakteri penyebab GBS.

"Jadi GBS ini tidak begitu disuntik (vaksin COVID-19) langsung lumpuh," ujar Kusnandi.

Sementara itu, dokter ahli syaraf Dewi Hawani mengatakan, penyakit ini bisa langsung terjadi karena virus atau tidak sama sekali. Namun biasanya bakteri atau virus menyerang orang dua hingga empat pekan sebelum gejalanya timbul.

"Jadi ada infeksi yang tidak bergejala, dan tidak akan terdeteksi saat screening (penyecekan saat vaksinasi)," paparnya.

3. Kondisi pasien sekarang mulai membaik

Ternyata Guru Lumpuh di Sukabumi Bukan karena Efek Vaksin COVID-19 Seorang tenaga kesehatan antre untuk mengikuti vaksinasi dosis pertama vaksin COVID-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021) (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Sementara itu, anggota Komda KIPI Sukabumi, Dokter Eni mengatakan, selain organ mata yang perlahan pulih, kondisi lainnya yang sempat lumpuh juga perlahan membaik. Untuk tangan misalnya sudah bisa memegang barang meski belum maksimal.

"Di kaki juga sudah mulai membaik. Cuman untuk memulihkan semuanya memang butuh waktu dan ada dari fisioterapi di RS Pelabuhan Ratu," ujarnya.

Baca Juga: Guru di Sukabumi Lumpuh Usai Vaksinasi COVID Jalani Perawatan di RSHS

Baca Juga: [UPDATE] 153 Juta Orang Terinfeksi COVID-19, Kasus di India Mengganas

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya