Suplai Menipis karena Kemarau, PDAM Berebut Air dengan Para Petani

PDAM sebut sumber air lain dalam kondisi aman

Bandung, IDN Times - Sumber air di berbagai daerah semakin menipis di tengah musim kemarau. Di Kota Bandung misalnya, suplai air untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening minim karena debit air terus berkurang. Alhasil pengairan kepada masyarakat pun beberapa kali sempat tersendat.

Di saat PDAM Tirtawening Kota Bandung didorong memenuhi suplai air untuk pemerintah, perusahaan justru harus berebut dengan petani. Sebab, beberapa sungai yang selama ini digunakan untuk menyuplai irigasi juga semakin menipis.

Direktur Utama PDAM Tirtawening Sonny Salimi mengatakan, kondisi ini terjadi di salah satu sumber air PDAM yakni di instalasi pengelolaan air (IPA) Cipanjalu di kawasan Ujung Berung.

"Semua sumber air masih aman (air baku) kecuali IPA Cipanjalu Ujungberung karena sungainya berebut sama petani," kata Sonny, Senin (8/7).

1. Sungai yang digunakan antara PDAM dan lahan pertanian sama

Suplai Menipis karena Kemarau, PDAM Berebut Air dengan Para PetaniANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Sonny menuturkan sungai yang selama ini dimanfaatkan PDAM memang sama dengan sungai untuk irigasi lahan pertanian. Alhasil ketika musim kemarau tiba seperti sekarang di mana curah hujan sedikit bahkan tidak ada, membuat debit air di sungai turun. Sedangkan kebutuhan air baik di pertanian maupun untuk warga tetap sama.

Atas persoalan ini, Sony meminta masyarakat yang menjadi pelanggan di sekitar Ujungberung memaklumi adanya gangguan tersebut. "Jadi mulai digilir secara terbatas pengaliran ke pelanggannya," ujar dia.

Ia menyebutkan kapasitas normal untuk IPA Cipanjalu adalah 20 liter per kubik. Volume air ini dapat dimanfaatkan untuk 2.000 pelanggan di daerah Ujungberung. Namun, karena debit yang menurun dan dimanfaatkan pula untuk kebutuhan irigasi maka akan ada pengurangan aliran air ke pelanggan.

2. Sumber mata air di IPA lain normal

Suplai Menipis karena Kemarau, PDAM Berebut Air dengan Para PetaniANTARA FOTO/Risky Andrianto

Sony menyebut, sumber air baku di tempat lainnya sejauh ini masih normal. Belum ada penurunan debit air yang cukup drastis hingga saat ini seperti Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca. Sehingga pengaliran air ke pelanggan masih seperti semula.

"Alhamdulillah sumber air baku masih cukup sampai dengan saat ini. Jadi produksi kita masih aman sampai dengan saat ini masih normal," katanya

Menurutnya, PDAM Tirtawening mulai mengantisipasi penurunan debit air baku pada musim kemarau ini. Antisipasi ini diharapkan dapat memastikan debit air agar tetap mencukupi kebutuhan pelanggan.

"Kita melakukan pengurasan intake agar air sungai tetap bisa mengalir di debit yang minimal. Kami juga melakukan spolling pada sumur-sumur artesis kita agar debitnya maksimal. Ditambah melakukan perawatan pompa-pompa air baku agar berfungsi maksimal," tuturnya.

Ia berharap musim kemarau ini tidak berdampak signifikan pada kapasitas air yang digunakan PDAM. Ada sekitar 176 ribu warga Kota Bandung yang menjadi pelanggan yang menggantungkan kebutuhan airnya pada PDAM Tirtawening.

3. Terdapat 8 daerah di Jabar rawan kekeringan

Suplai Menipis karena Kemarau, PDAM Berebut Air dengan Para PetaniDok. IDN Times/ Istimewa

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Bandung, Tony Agus Wijaya  menyebut terdapat beberapa daerah yang diwaspadai bakal mengalami kekeringan dalam musim kemarau ini. Di antaranya ialah Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, Majalengka, Cirebon, Indramayu (bagian tengah), Sukabumi Selatan, dan Cianjur Selatan.

"Periode musim kemarau ini datang per bulan Juni, dan masuk di wilayah utara kemudian bergerak ke selatan,” kata Tony, ketika dihubungi via telepon pada Rabu (3/7). Enam dari delapan daerah yang diprediksi BMKG bakal mengalami kekeringan berada di utara Jawa Barat.

Namun, di antara delapan daerah itu, BMKG memberi peringatan kepada beberapa wilayah di bilangan Indramayu. Misalnya, wilayah Gantar-Bantarhuni yang diprediksi akan mengalami kekeringan ekstrem.

“Maka kami memberi peringatan dini bagi wilayah itu karena potensi kekeringannya besar,” tutur Tony.

Dampak buruk bagi wilayah yang mengalami kekeringan akan berkali lipat bagi daerah pesawahan yang tak memiliki sistem irigasi. “Seharusnya para petani sudah mengantisipasi musim kemarau ini,” ujar dia.

Baca Juga: Jabar Dilanda Kekeringan, Beras Bulog Justru Menumpuk

Baca Juga: Kenangan Sutopo Semasa SMA: Gemar Menolong dan Suka Geografi

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya