Suami-Istri Jangan Abaikan Anak Meski Sudah Bercerai

Angka kasus perceeraian di Bandung masih tinggi

Bandung, IDN Times - Sebuah perceraian antara suami-istri kerap memberi dampak negatif pada anak. Kewajiban mereka sebagai orang tua sering kali terabaikan ketika sudah berpisah. Padahal ketika sudah memiliki anak, saat suami dan istri bercerai, tanggung jawab sebagai orang tua harus tetap dilakukan.

Psikolog anak dan remaja di Unit layanan Psikologi Terpadu (ULPT) Unisba Stephani Reihana Hamdan mengatakan, perceraian sudah pasti akan berefek negatif kepada anak baik di masa pandemik atau tidak. Meski perpisahan suami-istri ini baik-baik, tetap saja dampak kurang menyenangkan akan diterima sang anak.

"Perceraian pasti akan memberikan dampak baik jangka pendek atau panjang. Tergantung bagiaman orangtua membangun situasi si anak dan pengertian yang diberikan pada anak terkait konflik pasangan tersebut," ujar Stephani saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (19/11/2021).

Artinya, meski sepasang suami-istri ini berpisah mereka seharusnya bisa melakukan pengkondisian pada anaknya. Pengkondisian ini penting agar anak bisa lebih cepat menerima apa yang dilakukan orangtuanya.

1. Jangan sampai putus hubungan antara orang tua dan anak

Suami-Istri Jangan Abaikan Anak Meski Sudah BerceraiIlustrasi Keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Selama ini mayoritas orangtua yang berpisah setelah memiliki anak tidak bisa melakukan pengkondisian. Alhasil anak mendapat dampak negatif yang cukup dalam ketika melihat ayah dan ibu berpisah.

Padahal, pengkondisian itu penting baik pada massa persidangan perceraian hingga akhirnya bercerai dan berpisah. Sehingga anak bisa lebih memahami apa yang terjadi pada orangtuanya.

Meskipun, pasti ada perasaan di mana anak tersebut tertekan dengan kejadian ini. Namun, komunikasi antara ayah dan anak maupun ibu dan anak harus tetap berjalan baik layaknya orangtua pada anaknya selama ini.

"Makanya pengkondisian ini penting agar dampaknya tidak parah (pada anak). Yang akan parah ketika orangtua tidak melakukan pengkondisian," papar Stephani.

2. Lingkaran keluarga harus bisa memberi dampak positif

Suami-Istri Jangan Abaikan Anak Meski Sudah BerceraiUnsplash.com/tchen_7993

Tak hanya kepada orangtua, sinyal positif dari sebuah perceraian harus dipancarkan keluarga pasangan tersebut. Misalnya, orangtua dari suami dan orang tua dari istri bisa memberikan pemahaman kepada cucu mereka yang harus menerima kenyataan orangtuanya berpisah.

Stephani mengatakan, kondisi ini amat penting karena tidak jarang suami-istri yang berpisah kemudian mengajak lingkaran di keluarganya menyalahkan salah satu pihak. Ketika itu terjadi, maka anak bakal lebih tertekan ketimbang mendapat pengkondisian yang baik.

Maka, nenek dan kakek dan anak ini harus ikut serta menjelaskan atau memberikan informasi baik meski orangtua anak tersebut bercerai.

"Jangan sampai mereka ikut serta membuat anak stres berkepanjang. Karena kadang orangtua suami atau istri ini saling menyalahkan. Nah hal itu jangan diperlihatkan di depan anak yang menjadi korban perceraian," ujar Stephani.

3. Anak bisa diajak ke psikolog agar tidak alami trauma

Suami-Istri Jangan Abaikan Anak Meski Sudah Berceraiwww.heysigmund.com

Salah satu cara yang bisa dilakukan keluarga kepada anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya dengan membawanya kepada ahli, termasuk psikolog. Selama ini banyak yang menganggap anak yang pendiam dan tidak memperlihatkan amarah ketika orantuanya bercerai, tidak memiliki masalah. Padahal itu salah besar.

Bisa saja sang anak memendam perasaan sendiri, yang justri bisa memberikan dampak negatif berkepanjangan. Dengan kasus itu, anak bisa saja jadi enggan melakukan hubungan dengan lawan jenis. Anak juga kemungkinan bisa jadi membenci pria anak perempuan setelah melihat perceraian orangtua.

"Dengan dampak yang bisa ditimbulkan, alangkan baiknya anak dibawa kepada para ahli. Jangan sampai komunikasi antara anak dengan orangtua tidak berjalan akibat perceraian. Maka anak harus ada pendamping atau teman berbicara," kata Stephani.

4. Angka kasus perceraian selama pandemik masih tinggi

Suami-Istri Jangan Abaikan Anak Meski Sudah Berceraiblackmagicwitch.com

Di kota Bandung, angka perceraian baik yang talak maupun yang menggugat masih tinggi di masa pandemik. Penitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Bandung, Siti Juariah menuturkan, angka permohonan untuk bercerai pada 2021 masih tinggi. Meski demikian, jumlahnya menurunn dibandingkan 2020.

Pada Oktober 2021 misalnya, kasus yang masuk dan belum terselesaikan mencapai 1.253. Sedangkan pada Oktober 2020 jumlahnya berada di angka 1.465. "Secara kumulatif tahunan juga memang turun, walaupun masih tinggi dibandingkan 2019 sebelum pandemik," kata Siti.

Menurutnya, alasan paling banyak permohonan perceraian karena percekcokan pasangan tersebut yang tak kunjung usai. Kemudian faktor lainnya adalah persoalan ekonomi.

Siti menilai, pertengkaran suami-istri yang jadi alasan pun salah satunya dikarenakan efek ekonomi. Banyak dari yang bercerai menikah muda atau terpaksa dinikahkan karena sudah hamil duluan. Perekonomian tak kunjung membaik membuat pasangan ini kemudian bercerai.

Terkait anak yang orangtuanya bercerai, Siti belum bisa menjabarkan secara rinci jumlahnya. Namun, dari permohonan yang ada angkanya lebih kecil dari kasus perceraian. Permohonan hak asuh pada Oktober 2021 saja hanya 9.

"Jadi bisa saja orangtua yang cerai ini sepakat mengasuh anaknya meski sudah tidak tinggal satu rumah," ungkap Siti.

5. Perempuan harus kembangkan kemampuan antisipasi bercerai dalam rumah tangga

Suami-Istri Jangan Abaikan Anak Meski Sudah BerceraiIlustrasi perempuan Indonesia (IDN Times/Arief Rahmat)

Ketua TP PKK Kota Bandung Siti Muntamah tak menampik bahwa ekonomi menjadi permasalahan serius yang bisa berujung para perceraian pasangan suami-istri. Pada 2020 hingga November saja tercatat ada 7.800 kasus perceraian terjadi di Kota Bandung

"Kasus-kasus perceraian yang terjadi sebanyak 80 persen didominasi oleh permasalahan ekonomi pada rumah tangga pasangan," kata dia.

Selain disebabkan karena masalah ekonomi, di dalamnya ada terjadi tindak kekerasan rumah tangga. Adapun untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi hingga mengakibatkan perceraian sangat bervariasi. Menurutnya, mulai dari verbal sampai non verbal semuanya dialami oleh pasangan suami istri tersebut.

"Kekerasan macam-macam, verbal termasuk ditinggal itu kekerasan. Akhirnya perempuan harus menjadi kepala keluarga, mau tidak mau harus mengembangkan kemampuan," tuturnya.

Hal ini penting dan menjadi fokus instansinya menekan laju angka perceraian dan beberapa tindak kekerasan terhadap perempuan. Ia meminta, semua pasangan suami istri di Kota Bandung bisa menghindari konflik-konflik yang berakibat perceraian.

"Pemberdayaan yang dapat dilakukan diantaranya dengan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan," katanya.

Baca Juga: 11 Artis yang Dipuji Makin Cemerlang Pasca Cerai, Glow Up Ceunah!

Baca Juga: 5 Persoalan Keuangan dalam Pernikahan yang Dapat Memicu Perceraian

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya