Satu Abad Boscha dan Ilmu Astronomi RI yang Minim Dukungan Pendanaan 

Ilmu pengetahuan itu penting untuk kemajuan sebuah bangsa

Bandung, IDN Times - 2023 menjadi tahun yang mengagumkan bagi Observatorium Boscha. Tempat ini memasuki usianya yang ke-100 tahun.

Observatorium Boscha hadir mendukung perkembangan ilmu astronomi modern di Indonesia. Observatorium ini didirikan pada 1923, kemudian bergabung dengan ITB pada 1959. Momen seabad Boscha menjadi bentuk apresiasi terhadap bidang keilmuan yang memberikan banyak sumbangsing kepada kehidupan dan kemaslahatan sekaligus refleksi terhadap perjalanan panjang ilmu astronomi.

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Prof. Dr. Ir Satryo S. Brodjonegoro menuturkan, banyak para astronomer di tempat lain yang ingin bekerja sama dengan Observatorium Boscha. Karena tempat ini sangat ideal dan istimewa untuk mengamati perbintangan.

"Namun terkadang pengamatan ini sulit dilakukan karena polusi akibat pengembangan tata ruang yang berubah dari kondisi idealnya saat ini (Boscha) didirkan," kata Satryo dalam sambutan 100 tahun Observatorium Boscha, Senin (30/1/2023).

1. Akurasi di Boscha bisa berkurang

Satu Abad Boscha dan Ilmu Astronomi RI yang Minim Dukungan Pendanaan IDN Times/Debbie Sutrisno

Saat ini, menjadi Boscha telah menjadi bangunan cagar budaya sejak 2021. Dengan demikian Boscha tidak akan bisa diganggu gugat dalam hal bangunan.

Meski demikian, perkembangan kawasan di sekitar observatorium bisa berdampak pada berkurangnya akurasi pengamatan bintang. Itu dikarenakan perkembangan tempat yang sekarang semakin dijadikan pemasukan ekonomi.

2. Ilmu ini dianggap tak berdampak pada perekonomian

Satu Abad Boscha dan Ilmu Astronomi RI yang Minim Dukungan Pendanaan Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Satryo mengatakan, ilmu astronomi termasuk pengemban Observatorium Boscha di Indonesia masih sulit mendapat dukungan pendanaan termasuk dari legislatif. Dia bercerita sempat duduk di Direktorat Pendidikan Tingggi, Kemendikbud, dan mencoba mencari dana untuk pengembangan ilmu ini ke legislatif.

Namun, pihak legislatif justru menilai bahwa pengembangan sains di bidang astronomi tidak menghasilkan uang yang bisa berdampak pada perekonomian.

"Saya ditanya apa manfaat untuk ekonomi. Saya bilang kalau hanya (pikirkan) ekonomi saja, kita tidak akan maju. Kalau mikirin ekonomi ya dagang saya sudah," ungkap Satryo.

3. Bangsa yang maju harus unggul dalam sains

Satu Abad Boscha dan Ilmu Astronomi RI yang Minim Dukungan Pendanaan drweil.com

Menurutnya, sebuah bangsa akan maju ketika pengembangan ilmu sainsnya didudkung pemerintah. Karena dengan ilmu tersebut akan banyak hal didapat dan diketahui sehingga membuat masyarakat lebih produktif.

Pernyataan dari sejumlah anggota legislatif yang menyebut ilmu sains kurang bermanfaat pun ditepisnya. Satryo menegaskan bahwa ilmu tidak akan membuat rugi masyarakat.

"Memang butuh waktu panjang. Tapi ini kadang-kadang orang ga paham (perkembangan sains)," kata dia.

Dalam mengembangkan ilmu astronomi, Satryo bersama rekan-rekannya rajin mencari pendanaan agar berbagai kegiatan bisa berjalan.

"Semoga ke depan pembuat kebijakan perduli dengan sains termasuk astronimi," kata dia.

Baca Juga: Berusia 100 Tahun, Ini Sejarah Singkat Observatorium Boscha

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya