Resign dari Bank, Perempuan Bandung Ini Sukses Bisnis Fesyen Wastra

Kombinasi kain ikat dan batik jadi cirikhasnya

Bandung, IDN Times - Berhenti kerja dari sebuah perusahaan besar menjadi hal berat untuk banyak para karyawan. Apalagi ketika pekerjaan dan jabatan yang diemban sudah berada di level atas.

Namun, hal ini justru dilakukan Idha Dewi Indah Lestari (46). Perempuan 46 tahun tersebut berani mengundurkan diri sebagai marketing di sebuah perusahaan perbankan di Jakarta setelah 10 tahun bekerja.

Tepatnya pada 2016, Indah, sapaan akrabnya, memutuskan untuk keluar dari kantor dan menjadi seorang ibu rumah tangga di Kota Bandung. Tapi, pekerjaan sebagai tim pemasaran di perusahaan terakhir membuatnya tidak bisa berdiam diri ketika berada di rumah. Indah pun lantas belajar secara otodidak mendesain pakaian dan memproduksinya.

Hasilnya dia membuat jenama qaireen moez dan membuat baju pakaian hijab untuk kaum perempuan. Sayangnya produk pakaian ini tidak terlalu menghasilkan pendapatan sesuai keinginan Indah. Dia lantas mengikuti berbagai pameran dan pelatihan dari sejumlah desainer hingga akhirnya mendapat chemistry (kedekatan) dengan fesyen yang memanfaatkan kain wastra, baik tenun maupun batik.

"Jadi awal mula ke kain wastra ini karena ada banyak turunan dari ibu saya yang suka beli kain dari berbagi daerah. Karena susah untuk dijual satuan, ya sudah dibuat pakaian gitu," kata Indah saat berbincang dengan IDN Times, Rabu (21/6/2023).

Agar desainnya lebih kekiniaan, Indah pun memadupadankan potongan batik atau kain tenun dari Indonesia timur dengan pakaian anak muda zaman sekarang. Hasilnya, pakaian dari qaireen moez mulai diminati pembeli khususnya saat berada di pameran.

1. Jalin kerja sama dengan pengrajin kain NTT hingga Yogyakarta

Resign dari Bank, Perempuan Bandung Ini Sukses Bisnis Fesyen WastraDebbie Sutrisno/IDN Times

Karena fokus membuat pakaian dengan memanfaatkan kain lokal, Indah pun sekarang sudah bekerjasama dengan para pengrajin lokal yang ada di sejumlah daerah. Untuk wastra tenun ikat dia telah berkolabrasi dengan pengrajin yang ada di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Selain itu kain juga ada yang diambil dari Jepara.

Sementara untuk kain batik, dia biasanya mengambil dari Yogyakarta dan Cirebon. Indah tak ingin menghilangkan unsur dari Jawa Barat sehingga memilik batik dengan motif megamendung untuk di sisipkan pada pakaian yang dibuat.

Untuk harga pakaiannya, tergantung dari kesulitan desain dan bahan dasar. Kain dari NTT biasanya dipakai untuk pakaian yang harganya paling tinggi sekitar Rp1,5 juta. Sementara untuk harga menengah memakai kain dari Jepara atau batik.

"Walaupun banyak yang ambil dari luar Jawa, tapi saya tidak ingin hilangkan kekhasan motif batik termasuk dari Cirebon. Jadi pembeli juga tahu kalau qaireen moez ini memang berasal dari Jawa Barat," ungkapnya.

Dengan desain yang unik, produk Indah pun semakin digemari masyarakat. Bahkan dalam sebuah pameran pernah ada permintaan untuk membuat pakaian yang kain dasarnya adalah tenun NTT.

2. Setiap pakaian punya cirikhas tersendiri

Resign dari Bank, Perempuan Bandung Ini Sukses Bisnis Fesyen WastraDebbie Sutrisno/IDN Times

Menurutnya, salah satu cirikhas dari pakaiannya adalah motif yang jarang sama. Karena harus menggunakan kain tenun atau batik dari suatu daerah, produk yang dihasilkan tidak bisa mirip 100 persen. Perbedaan inilah yang membuat qaireen moez punya ciri khas sendiri.

Pernah ada pembeli yang ingin memesan pakaian mirip dengan produk yang sudah pernah dibuat. Namun, karena membutuhkan waktu lama untuk mencari bahan kain serupa, sehingga tidak mungkin mirip seluruhnya.

Meski demikian, Indah tidak menutup kemungkinan ada pakaian yang sama. Itu tergantung dari pembeli apakah mau menunggu lebih lama untuk mencari kain ikat atau batik yang sama dengan model awal.

"Jadi pemesanan kalau mau sama banget memang susah. Bisa saja ada, tapi haru mau nunggu. Jadi balik lagi ke pemesan mau seperti apa," kata dia.

3. Mulai merambah bisnis retail di mal

Resign dari Bank, Perempuan Bandung Ini Sukses Bisnis Fesyen WastraIDN Times/Istimewa

Seiring permintaan yang meningkat dan pasar yang terbuka luas, Indah pun sekarang mulai merambah pasar retail dengan menempatkan produknya di sejumlah toko di mal, seperti Lotte, Sogo, hingga Metro. Penempatan pakaian pun tidak hanya di Jakarta, tapi sudah sampai Samarinda dan Manado.

Menurutnya, pasar di luar Jawa masih menjanjikan untuk retail. Selain karena konsumen suka dengan desain pakaian, pemain yang main di ranah ini pun belum sebanyak di Bandung atau Jakarta.

Meski demikian, pasar retail membutuhkan modal yang lumayan besar karena stok pakaian harus lebih banyak. Pembiayaan pun didapatkan dari BRI dengan mudah karena Indah merupakan salah satu binaan Rumah BUMN Bandung.

"Penjualan di banyak tempat ini jadi saling subsidi silang saja pemasukannya. Karena memang beda-beda kapan dapat uangnya. Tapi kan intinya produk terus terjual sehingga produksi juga jalan," ungkap Indah.

Dia menuturkan, meski sudah tidak bekerja di bank pemasukannya dari bisnis fesyen cukup menjanjikan. Setiap bulan Indah bisa mengantongi omzet hingga Rp35 juta.

Pemasukan ini belum terbilang bagus karena sebelum pandemik dia bisa mendapatkan lebih besar. Bahkan ketika produknya disimpan di salah satu outlet di Bandara Husein Sastranegara banyak wisatawan dari luar negeri yang membelinya.

"Karea outlet ada di beberapa tempat yang banyak dilalui orang luar negeri, jadi ada saja WNA beli. Jadi sebenarnya pakaian ini juga sudah banyak dipakai orang luar," pungkasnya.

Baca Juga: Limbah Tekstil Bisa Disulap Jadi Fesyen Kekiniaan Bernilai Jutaan

Baca Juga: Modal Nekat Pemuda Bandung Bisnis Bakso Aci dan Punya Ratusan Resaller

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya