Persib Gandeng Adakami Bagikan Jurus Naik Kelas untuk UMKM Bandung 

Literasi keuangan masih minim dipelajari pelaku usaha kecil

Bandung, IDN Times - Persib bekerja sama dengan salah satu perusahaan pembiayaan, Adakami, berkolaborasi diskusi finansial bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bandung. Mengangkat tema ‘Jurus UMKM Naik Kelas’, kegiatan tersebut diselenggarakan untuk membantu pelaku UMKM meningkatkan wawasan finansial bisnis, sehingga mampu memperkuat kualitas dan daya saing di pasar yang semakin kompetitif.

CEO dan Lead Financial Trainer QM Financial, Ligwina Hananto mengungkapkan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan para pelaku UMKM untuk bisa naik kelas. Pertama, menentukan posisi pemilik atau pelaku UMKM, apakah hanya ingin menjadi pedagang atau melangkah lebih jauh dengan menjadi pebisnis. Kedua, memahami pembuatan laporan keuangan sederhana. Ketiga, memiliki rencana bisnis yang jelas.

“Semua bisnis dimulai dari berdagang, tapi belum tentu semua pedagang adalah pebisnis. Untuk itu, ketiga hal ini sangat penting agar para rekan-rekan pelaku UMKM bisa naik kelas,” ujar Ligwina melalui siaran pers diterima IDN Times, Senin (19/8/2024).

1. Banyak layanan keuangan bisa dimanfaatkan untuk bisnis

Persib Gandeng Adakami Bagikan Jurus Naik Kelas untuk UMKM Bandung Ilustrasi Kredit. (IDN Times/Aditya Pratama)

Brand Manager PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) Jonathan Kriss, mengamini pentingnya pemahaman pengelolaan keuangan untuk bisnis. Pemahaman ini termasuk pada jenis, manfaat, dan risiko layanan keuangan yang bisa dimanfaatkan dalam menjalankan bisnis.

Pasalnya, transaksi keuangan mulai dari pengeluaran, pemasukan, hingga hal penting seperti permodalan menjadi hal-hal yang lekat pada proses bisnis. Terlebih lagi, saat ini layanan keuangan yang tersedia semakin beragam.

Di sisi lain, kemajuan yang terjadi di sektor keuangan juga tak lepas dari pihak-pihak yang ingin mengambil celah untuk mendapatkan keuntungan melalui tindakan ilegal.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri di tengah masih terbatasnya tingkat literasi keuangan di kalangan masyarakat Indonesia.

Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 dari OJK, indeks literasi meningkat menjadi 65,43 persen dari 49,68 persen pada 2022. Namun, angka ini masih tertinggal dibandingkan dengan indeks inklusi keuangan yang sudah mencapai 85,10 persen pada periode yang sama.

“Tentunya menjadi tanggung jawab kami sebagai pelaku industri keuangan digital untuk bisa terus berkontribusi meningkatkan literasi keuangan di kalangan masyarakat, khususnya bagi pelaku UMKM. Jangan sampai gap yang ada antara indeks literasi dan inklusi ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

2. UMKM butuh ekosistem dagang yang kondusif

Persib Gandeng Adakami Bagikan Jurus Naik Kelas untuk UMKM Bandung Ilustrasi UMKM (IDN Times)

Sementara itu,Head of Business Development PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Putra Kartono menilai bahwa kolaborasi Ini merupakan wujud nyata dari komitmen manajemen untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Bandung. Persib berharap melalui program ini, para pelaku UMKM dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnisnya.

"Harapannya UMKM di Bandung dapat semakin berdaya saing dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah," katanya.

Melalui kolaborasi dalam acara Sampurasun ini, Persib dan AdaKami berharap dapat membantu menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan UMKM, di mana para pelaku UMKM dapat mengakses pengetahuan, teknologi, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk tumbuh secara berkelanjutan.

3. Waspada penipuan pada layanan keuangan

Persib Gandeng Adakami Bagikan Jurus Naik Kelas untuk UMKM Bandung Pexels/Robert Lens

Dalam paparannya di seminar finansial bersama Persib dan AdaKami turut bagikan sedikitnya ada enam bentuk upaya penipuan atau fraud yang perlu diantisipasi oleh para pelaku UMKM terlepas dari jenis layanan keuangan yang dimanfaatkan. Keenam fraud tersebut, sebagai berikut:

1. Modus salah transfer atau lebih transfer dari pihak tidak dikenal sehingga meminta pelaku UMKM untuk transfer ulang
2. Tawaran bantuan untuk melunasi tagihan khususnya bagi UMKM yang sedang memanfaatkan jasa permodalan atau kredit
3. Pencurian data pribadi akibat oversharing di berbagai channel media
4. Permintaan membagikan OTP
5. Jebakan konten media sosial palsu yang mengatasnamakan perusahaan tertentu
6. Iming-iming bonus, voucher atau cashback mengatasnamakan perusahaan atau pihak tertentu.

Untuk itu, di tengah kian banyaknya modus kejahatan yang mengatasnamakan pelaku layanan keuangan, AdaKami terus mendorong edukasi finansial kepada masyarakat dan menghimbau untuk pelaku UMKM selalu waspada.

Baca Juga: Shinta Kamdani: Penting Menciptakan Lapangan Kerja Melalui UMKM

Baca Juga: Cara Pinjol Tanpa KTP yang Aman, Cek di Sini

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya