Permintaan Meningkat, PMI Bandung Kesulitan Dapat Plasma Konvalesen
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Palang Merah Indonesia (PMI) Bandung kesulitan memenuhi tingginya permintaan plasma konvalesen di tengah pandemik COVID-19. Kondisi ini membuat kebutuhan masyarakat tidak bisa terpenuhi.
Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kota Bandung Uke Muktimanah mengatakan, saat ini jumlah permintaan kerap kali melebihi dari stok yang ada.
"Dulu sebulan atau dua bulan saja permintaan hanya sepuluh labu per hari. Tetapi sekarang permintaan naik hingga per harinya 30 sampai 35 labu plasma. Kondisi ini tak seimbang antara permintaan dan jumlah pendonornya," kata Uke, usai memperingati hari donor darah sedunia di Kantor PMI Kota Bandung Jl. Aceh, Kota Bandung, Senin (14/6/2021).
1. Kontribusi penyintas COVID-19 belum banyak dilakukan
Uke mengungkapkan, ketiadaan stok semakin parah akibat minimnya masyarakat dengan status penyintas COVID-19 yang mendonorkan plasmanya. Apalagi, lanjut Uke, tidak semua penyintas dapat melakukan transfusi plasma.
"Orang yang tanpa gejala (OTG) meningkat saat ini dan orang yang biasa memerlukan plasma itu ialah mereka yang bergejala sedang. Pasca-lebaran ini permintaan plasma lebih banyak," ungkapnya.
Permintaan plasma konvalesen tak tergantung pada kategori usia baik anak atau lansia. Saat ini sejatinya semua kategori usia membutuhkan plasma.
2. Kesulitan pemenuhan plasma terjadi sejak awal pandemik
Dia mengaku sedikitnya ketersediaan atau stok plasma di PMI Kota Bandung terjadi sejak awal adanya pandemi ini. Alhasil permintaan dari masyarakat untuk mendapat plasma ini tidak semua terpenuhi.
"Sulit sekali mencari pendonor plasma itu. Permintaan (plasma) naik per Januari 2021," tuturnya.
3. Berharap banyak penyintas bisa mendonorkan darahnya
Uke menambahkan, instansinya telah memberikan informasi ke rumah sakit melalui surat dan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, untuk mengimbau kepada para penyitas agar mau mendonorkan plasmanya.
"Data penyitas COVID-19 itu kan adanya di rumah sakit, sementara kami hanya ada data pendonor darah saja. Jadi, rumah sakit harus mengedukasi pasien terpapar virus corona agar ketika setelah dua pekan tak merasakan gejala bisa datang ke PMI untuk donor plasma," ujarnya.
Baca Juga: Terapi Plasma Konvalesen untuk COVID-19 Tidak Efektif? Ini Faktanya
Baca Juga: Keren! Undip Bakal Produksi Massal Teknologi Plasma, Ini Manfaatnya
Baca Juga: Ini 6 Hal yang Perlu Kamu Tahu seputar Plasma Konvalesen