Perlu Badan Khusus untuk Optimalkan Kawasan Heritage Bandung

Jangan sampai bangunan bersejarah rusak

Bandung, IDN Times - Kawasan kota tua di Bandung masih menjadi primadona para wisatawan. Braga, Alun-alun Bandung, Cipaganti, hingga kawasan Jalan ABC menjadi daerah yang kerap disambangi para pecinta sejarah bangunan lama.

Founder Sahabat Heritage Indonesia Rizky Syahfitri Nasution menuturkan, kawasan haritage atau bangunan lama di Kota Bandung saat ini sudah banyak yang digunakan untuk perekonomian termasuk kawasan wisata. Kondisi ini berbeda dengan 10 tahun lalu di mana intensitas masyarakat yang menyambangi kawasan kota tua masih sedikit.

Alhasi, pengemasan kawasan kota tua di Bandung sekarang lebih banyak berorientasi pada ekonomi lebih dulu ketimbang aspek sejarahnya.

"Jadi dari awal bukan haritagenya dulu yang dikemas. Yang ada sekarang karena banyak orang datang ke kawasan kota tua, pemerintah kemudian memberikan perhatian lebih seperti di Braga atau Gedung Merdeka," ujar Rizky saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (17/2/2023).

Dia menuturkan, dulu sebelum ada perbaikan kawasan Masjid Raya Bandung dan Braga, tidak banyak kegiatan yang hidup di daerah ini. Namun, setelah ada revitalisasi barulah masyarakat berbondong-bondong berwisata ke kawasan ini.

1. Jangan biarkan bangunan bersejarah rusak karena ekonomi

Perlu Badan Khusus untuk Optimalkan Kawasan Heritage BandungInstagram.com/arumsilviani

Dengan banyaknya wisatawan yang mulai datang dan menikmati tempat-tempat bersejarah di Bandung, tidak sedikit bangunan yang masuk sebagai cagar budaya kemudian diubah menjadi tempat yang bisa menghasilkan uang. Meskipun mayoritas tidak mengubah bentuk bangunan agar kesan bangunan lamanya masih nampak.

Meski demikian, Rizky sangat berharap pemerintah daerah bisa lebih fokus untuk menjaga bangunan-bangunan bersejarah di Kota Bandung agar tidak rusak tergerus jaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak bangunan kemudian beralih fungsi dan penampakannya karena dipakai untuk aktivitas lain.

"Memang harus ada badan atau apapun bentuknya yang bisa menjembatani bagaimana kawasan heritage dan pariwisata bisa berjalan beriringan," kata dia.

Melalui badan ini, Pemkot Bandung bisa mengajak masyarakat agar tidak hanya menikmati kawasan bersejarah, tapi juga belajar sejarahnya. Terlebih Bandung selama ini menjadi salah satu kawasan tua dengan berbagai aktivitas ekonomi di jamannya.

Badan tersebut juga harus bisa menampung semua kalangan baik dari sejarawan, komunitas pecinta sejarah, hingga warga lokal yang ada di kawasan tersebut. Sehingga kemajuan masyarakat di daerah itu akan sejalan dengan ramainya kawasan heritage yang dikunjungi wisatawan.

2. Kegiatan wisata harus berjalan dengan pemeliharaan bangunan

Perlu Badan Khusus untuk Optimalkan Kawasan Heritage Bandungdreamstime

Menurutnya, secara teori bangunan heritage memang tidak bisa dijadikan tempat wisata massal karena bisa merusak kondisi tempat tersebut. Namun, perkembangan media sosial di mana wisatawan tahu banyak tempat sejarah yang unik dan menarik untuk dikunjungi membuat tempat heritage pasti terjamah.

Untuk itu harus ada konsep khusus yang dilakukan pemerintah daerah dalam menjaga tempat bersejarah, tanpa mengesampingkan dampak ekonomi yang didapat.

Rizky pun berharap Pemkot Bandung bisa meniru Semarang atau Jakarta, di mana kawasan kota tua penggunaannya diatur oleh badan khusus.

"Kalau ada bahan khusus di kota tua Bandung ini mereka nanti bisa mengawasi sekaligus membuat kegiatan yang bisa mengapresiasi heritage tersebut," ujarnya.

3. Kawasan kota tua di Bandung masih semrawut

Perlu Badan Khusus untuk Optimalkan Kawasan Heritage BandungBraga Huis (Instagram.com/bilchristian)

Harapan agar tempat bersejarah tetap terlindungi juga diutarakan Farhan Basyir selaku Founder Cerita Bandung. Komunitas ini kerap memperkenalkan kawasan Bandung termasuk kawasan heritage kepada masyarakat sambil jalan kaki.

Menurutnya, kondisi kawasan kota tua di Bandung sebenarnya masih bisa dinikmati. Namun, daerah seperti Braga, Asia Afrika, atau kawasan lainnya yang terkenal sebagai pusat bangunan lama sekarang sudah semakin padat didatangi masyarakat. Alhasil lebih sulit untuk menikmati kawasan ini dalam waktu lama.

"Kendaraan juga penuh di jalanannya, jadi agak semrawut," ujar Farhan.

Padahal ketika wisatawan ingin menikmati kawasan kota tua biasanya mereka melakukannya sambil berjalan kaki untuk waktu lama. Contoh di kota tua Jakarta yang pedestriannya nyaman sehingga bisa memberikan keleluasaan waktu pada masyarakat yang berkunjung.

Di sisi lain, Farhan berharap Pemkot Bandung bisa memberikan imbauan kepada para pemilik bangunan yang masuk kategori cagar budaya agar merawat tempat tersebut agar tetap memiliki nilai sejarah yang bisa dipelajari.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya