Penjualan Produk Fesyen Muslim Diprediksi Meningkat pada Ramadan 2022

Bandung, IDN Times - Jelang Ramadan tahun ini banyak pelaku usaha fesyen muslim di Kota Bandung mulai mengeluarkan koleksi terbarunya. Ini tidak terlepas dari berbagai aturan selama pandemik COVID-19 yang semakin longgar, membuat kebutuhan masyarakat terhadap fesyen meningkat seiring aktivitas yang kian dipermudah.
Deputi Funding and Transactional Busines Regional 6 Bandung Bank Syariah Indonesia (BSI), Silvia Permatasari menuturkan, Kota Bandung saat ini menjadi pusat dalam perkembangan fesyen, tak terkecuali pakaian muslim. Banyak pelaku usaha baru bermunculan dengan produk yang mampu bersaing.
Untuk meningkatkan sisi penjualan dan konsumsi prodyuk fesyen, BSI memberikan dukungan pada pelaku UMKM fesyen muslim dalam baik dalam bentuk promosi maupun pembiayaan.
"Indonesia adala salah satu kiblat industri muslim . Dengan dukungan sektor keuangan syariah kita ingin mewujudkan Indoensia sebagai pusat fesyen muslim karena potensinya memang ada dan terus tumbuh pada 2022," ujar Silvia dalam kegiatan Frienship Festival di Hotel Malaka, Bandung, Senin (28/3/2022).
1. Pelaku usaha fesyen muslim bisa dapat dukungan modal untuk kembangkan usaha
Berdasarkan data Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (Ikatsi) potensi belanja produk fesyen di kalangan konsumen muslim mencapai 368 miliar dolar AS pada 2021 jika mengacu pada State of Global Islamic Economy. Namun karena pandemik, hingga Agustus 2021 angkanya baru mencapai 2,91 miliar dolar AS atau 0,81 persen.
Meski demikian dengan angka ini Indonesia sudah berada dalam tiga besar di dunia dalam industri fesyen muslim, setelah Uni Emirat Arab dan Turki. Guna meningkatkan angka ekonomi di sektor ini, BSI pun akan terus mendukung pelaku usaha dalam mengembangkan fesyen muslim.
"Pemilik produk busana muslim bisa dikategorikan target segmen, karena ada yang masih dalam kategori UMKM dan bisa dapat 500 juta maksimal program KUR (kredit usaha rakyat). Ini bisa masuk dalam bantuan modal kerja," ungkap Silvia
2. UMKM tetap berkarya di tengah pandemik
Pandemik yang telah berjalan selama dua tahun memberikan pukulan telak pada pelaku UMKM fesyen. Meski demikian, di tengah gelombong virus corona ini masih banyak pelaku usaha yang mampu berkreasi.
Hal ini pula yang dilakukan lima pemilik brand hijab, Nadjani, Maima, Monel, Deenay, serta Jenna&Kaia. Mendapat dukungan dari BSI, lima brand ini menggelar bazar fesyen mulsim selama tiga hari, Senin (28/3/2022) hingga Rabu (30/3/2022).
Trini Midiati Yuniar pemilik brand Deenay mengatakan, kegiatan Friendship Festival berawal dari sebuah pertemanan kelimanya. Ketika menggelar bazar sebelum pandemik hasilnya luar biasa, dan ini kemudian coba dilakukan kembali saat kasus pandemik mulai surut.
"Ini merupakan volume ke-2 yang kami lakukan. Tujuannta untuk mendukung UMKM fesyen muslimah saling bertemu dan menikmati promosi," kata dia.
Dengan kolaborasi yang dijalankan, kelimanta tidak menutup kemungkinkan untuk bekerjasama dengan brand fesyen muslim lainnya dalam berbagai kegiatan.
3. Kenaikan omset produk fesyen selama Ramadan bisa sampai 300 persen
Salah satu owner Mondel, Dessy Mayasari mengatakan, trend penggunaan produk fesyen muslim di Indonesia setiap tahunnya memang meningkat. Penurun memang sempat terasa ketika pandemik 2020 hingga 2021, tapi tahun ini dia memprediksi pembelian fesyen muslim akan naik lagi.
Dengan banyaknya koleksi baru dari pelaku UMKM ditambah berbagai aktivitas yang diperbolehkan oleh pemerintah maka aktivitas Ramadhan dan Lebaran bakal memengaruhi penjualan pakaian muslim
Khusu untuk Monel, Dessy yakin produk kreasinya bisa dipilih masyarakat untuk menemani selama Ramadhan. "KIta target untuk minggu pertama ada 30 persen. Tapi selama Ramdhan hingga Lebara yakin ada kenaikan hingga 300 persen," ujarnya.
Baca Juga: Brand Fesyen Bandung Pamerkan Kreasi Terinspirasi dari Tanaman Obat
Baca Juga: JMFW, Langkah Awal Jadikan Indonesia Pusat Fesyen Muslim Dunia