Pemerintah Harus Dorong Konsep Zero Waste Kurangi Volume Sampah

Indonesia bisa meniru Filipina dalam persoalan ini

Bandung, IDN Times - Sampah saat ini menjadi momok yang menakutkan. Belum tingginya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga membuat tempat pembuangan sampah (TPS) yang tersebar di berbagai titik di setiap kota tak mampu menampung seluruh limbah tersebut.

Persoalan ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan negara lain baik itu negara maju hingga negara yang tergolong miskin. Meski demikian, bukan berarti persoalan sampah khususnya di TPS tidak bisa diatasi.

Regional Coordinator Global Alliance for Incicrator Alternativies (GAIA) Asia-Fasific, Froilan Grate menuturkan, Asia Tenggara memang menjadi kawasan yang bisa dibilang darurat sampah. Masyarakat di kawasan ini belum sepenuhnya mengerti dampak negatif menumpuk sampah.

"Tapi kita sebenarnya memiliki solusi ini. Kita coba perbaiki masalah sampah di beberapa kota yang ada di Filipina dan Indonesia. Di Indonesia kita sedang coba mengolah sampah di Bandung," ujar Froilan dalam diskusi di Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Kamis (11/7).

1. Di Filipina ada tempat pembuangan sampah yang berubah jadi taman

Pemerintah Harus Dorong Konsep Zero Waste Kurangi Volume SampahPexels/Pixabay

Froilan mengatakan, di salah satu daerah perkotaan di Filipina sebelumnya terdapat tempat masyarakat membuang sampah. Sampah yang tidak terurus tersebut bahkan sampai meluber ke jalan.

Namun, atas keprihatinan ini GAIA dan masyarakat sekitar berupaya memperbaiki kondisi ini dengan mengubah pola pembuangan sampah di mana pemilahan lebih dulu dilakukan sehingga limbah rumah tangga bisa diolah baik yang bisa didaur ulang sampai dibuat pupuk kompos.

"Jadi biasanya orang ke sini (tempat membuang sampah) tutup hidung. Sekarang mereka merasa senang ketika lewat sini," ungkapnya.

2. Pemerintahannya terapkan aturan memilah sampah

Pemerintah Harus Dorong Konsep Zero Waste Kurangi Volume SampahANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Menurut Frolin, pemerintah Filipina pun sekarang semakin ketat dalam persoalan sampah di mana pejabat pemerintah telah mengeluarkan aturan agar sampah dari rumah tangga bisa dipilah terlebih dahulu sebelum masuk ke TPS.

Penerapan zero waste ini kemudian mampu mengurangi jumlah timbunan sampah. Salah satunya ada di San Fernanto City, Pampang, di mana volume sampah bisa dikurangi sampai 55 persen. Bahkan penumpukan sampah hanya sekitar 80 persen dari biasanya.

Kemudian ada juga di kota lain yang berhasil menurunkan volume sampah sampai 90 ton per hari sebelum sampai di penampungan akhir. "Cara zero waste kami terapkan. Dan ini bukan hanya impian dan harapan, tapi kita coba lakukan," paparnya.

3. Konsep nol sampah terus digalakan

Pemerintah Harus Dorong Konsep Zero Waste Kurangi Volume Sampahkoreaboo.com

Sistem zero waste yang coba dilakukan di Filipina, lanjut Frolin, tengah diupayakan GAIA agar bisa diterapkan di negara-negara lain. Saat ini sudah ada 25 kota di empat negara yang tengah dicoba sebagai percontohan.

Di Indonesia, kota yang tengah disasar adalah Bandung, Cimahi, dan Soreang. Ke depan GAIA bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) akan merangkul pemerintah kota Gresik, Medan, dan Denpasar agar mendorong masyarakatnya menjalani sistem zero waste dalam kesehariannya.

"Cara ini juga membuat anggaran untuk mengolah sampah bisa lebih murah. Tanpa zero waste dana yang dibutuhkan mencapai 10-50 dolar AS, sedangkan ketika ada sistem zero waste biaya yang keluar hanya 2,5 dolar AS," kata dia.

4. Sampah plastik sachet masih sulit ditangulangi

Pemerintah Harus Dorong Konsep Zero Waste Kurangi Volume SampahANTARA FOTO/Risky Andrianto

Meski pengurangan sampah sudah semakin baik, GAIA menilai masih ada persoalan yang belum bisa terpecahkan yaitu mengenai sampah plastik berbungkus (sachet). Berbagai produk yang menggunakan plastik ini akan limbahnya akan sulit didaur ulang sehingga masuk dalam kategori plastik sekali pakai.

di Filipina sendiri, sampah bungkusan seperti ini jumlahnya mencapai 48 juta bungkus per hari. Saat ini masyarakat dan pemerintah tengah berupaya mencari cara agar sampah plastik sachet bisa diminimalisir sehingga dampak negatifnya tidak banyak.

"Sampah-sampah yang tidak ada merek seperti sendok plastik, cup plastik, dan yang lainnya masih harus dipikirkan.

5. Pembakaran sampah di TPA menghasilkan racun berbahaya

Pemerintah Harus Dorong Konsep Zero Waste Kurangi Volume SampahIDN Times/Wayan Antara

Wakil Koordinator Kampanye Kebijakan Organis YPBB, Yobel Novian Putra, mengatakan, berdasarkan kajian yang dilakukan tempat pembuangan akhir (TPA) kondisinya sekarang tidak menjadi solusi dalam mengurangi dan mendaur ulang sampah yang volumenya terus meningkat. Terlebih penghilangan sampah di TPA mayoritas hanya dengan pembakaran yang dampaknya justru membuat racun tersebar di daerah lain jauh dari TPA.

Menurut dia, dalam pembakaran sampah yang selama ini dilakukan mampu menghasilkan racun, yaitu dioksin dan furan. Dioksin merupakan kelompok zat-zat berbahaya yang termasuk ke dalam golongan senyawa CDD (Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin), CDF ( Chlorinated Dibenzo Furan ), dan PCB (Poly Chlorinated Biphenyl). Terdapat ratusan senyawa yang termasuk dioksin, salah satunya adalah TCDD (2,3,7,8- tetrachlorodibenzo-p-dioxin ) yang dikenal paling beracun (Mukerjee, 1998).

Dioksin berasal dari proses sintesis kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan unsur halogen pada temperatur tinggi. Dioksin berasal dari pembakaran limbah rumah tangga maupun industri yang mengandung senyawa klor seperti industri kimia, pestisida, plastik, dan pulp kertas.

Sementara furan, juga dikenal sebagai furfuran dan furana, adalah sejenis senyawa kimia heterosiklik. Ia umumnya diturunkan dari dekomposisi termal bahan-bahan yang mengandung pentosa(misalnya kayu tusam). Furan tidak berwarna, mudah terbakar, sangat mudah menguap dengan titik didih mendekati suhu kamar.

Furan juga bisa termasuk karsinogen yang menyebabkan penyakit kanker. Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh, dan hal ini mengganggu proses-proses biologis.

"Ini merupakan racun yang sangat berbahaya," ujar Yobel.

6. Sampah organik baiknya diolah sebelum ke TPS dan TPA

Pemerintah Harus Dorong Konsep Zero Waste Kurangi Volume SampahANTARA FOTO/M Ibnu Chazar

Di sisi lain, Yobel mengimbau masyarakat mau memilah sampah khususnya limbah organik. Sebab bahan organik inilah yang kerap menimbulkan bau tak sedap ketika dibiarkan menjadi sampah dan tertumpuk dengan sampah lainnya.

Masyarakat harus mau memilah dan membuang sampah non-organik ke TPS atau TPA. Sedangkan sampah organik baiknya dijadikan pupuk kompos yang bisa diambil manfaatnya.

"Idealnya TPA itu hanya menerima sampah yang tidak bisa didaur ulang," ungkapnya.

YPBB pun meminta pemerintah bisa lebih serius menggalakan program zero waste. Termasuk jangan ada izin ketika TPA melakukan pembakaran sampah karena itu tidak menghilangkan masalah, tapi menimbulkan masalah baru dengan efek jangka panjang.

Baca Juga: Tiga Mahasiswa Kudus Rancang Tempat Sampah Pintar Berbasis Internet

Baca Juga: Apa yang Dilakukan PDAM Jelang Puncak Musim Kemarau?

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya