Pelaku UMKM Jadi Garda Terdepan untuk Kurangi Volume Limbah Plastik

Konsumen pun harus berperan aktif dalam pengurangan sampah

Bandung, IDN Times - Kecanggihan teknologi makin mempermudah masyarakat untuk membeli makanan dan minuman dari manapun. Di balik itu semua, pembelian yang harus diantar ke tempat kerja, tongkrongan, maupun rumah justru bisa berdampak negatif dalam penambahan volume sampah.

Mulai dari plastik untuk membungkus makanan, garpu dan sendok plastik, hingga sedotan selalu menjadi sampah yang kerap dianggap sepele. Padahal jika dikalikan dalam pemesanan yang sangat banyak, sampah-sampah tersebut akan menumpuk dan menjadi limbah berbahaya.

Untuk menekan volume sampah berlebihan Gojek bekerjasama dengan PlastikDetox memberikan pelatihan dan ilmu dalam mengurangi plastik sekali pakai guna mengurangi volume sampah.

VP Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina menjelaskan, sebagai layanan pesan-antar makanan GoFood menyadari pentingnya berkontribusi dalam upaya pengurangan sampah plastik yang menjadi salah satu isu utama lingkungan saat ini.

"Melalui program Gojek Wirausaha ini, GoFood memfasilitasi mitra merchant yang mayoritas adalah usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) dengan pelatihan sadar lingkungan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai," ujar Rosel dalam acara GoGreener, Selasa (3/12).

1. Masyarakat Indonesia makin sadar akan bahaya sampah pada lingkungan

Pelaku UMKM Jadi Garda Terdepan untuk Kurangi Volume Limbah Plastikinstagram.com/avanieco

Rosel menuturkan, selain menjadi upaya untuk menjaga lingkungan, pelatihan Gojek Wirausaha kali ini juga ditujukan agar merchant mengerti dampak bisnis ramah lingkungan. Menurut laporan Google Indonesia berjudul “2019 Year in Search Indonesia Insights for Brands”, pelanggan Indonesia semakin peduli tentang dampak konsumsi mereka terhadap lingkungan.

Hal ini terlihat dari tiga kali peningkatan pencarian sedotan besi dan 6,7 kali peningkatan pencarian tas daur ulang di Google.  Mitra merchant pun dapat mengambil kesempatan ini agar semakin dicintai oleh pelanggan.

Upaya pengelolaan lingkungan juga merupakan dukungan GoFood terhadap Peraturan Walikota (Perwal) Bandung Nomor 37 tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda No 17 Tahun 2012 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik. Sebelumnya Gojek juga telah membagikan tas pengantaran khusus GoFood kepada lebih dari 150 mitra pengemudi di Bandung lewat program Bengkel Belajar Mitra.

2. Sampah di Bandung sudah cukup mengkhawatirkan

Pelaku UMKM Jadi Garda Terdepan untuk Kurangi Volume Limbah PlastikIDN Times/Debbie Sutrisno

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung Kamalia Purbani mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung saat ini semakin giat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai hingga 100 persen pada 2025. Hal ini juga untuk mengurangi limbah yang volumenya sudah mengkhawatirkan.

Kamalia menyebut, berdasarkan data yang dihimpun total sampah per hari di Kota Bandung mencapai 1.600 ton per hari. Jumlah sampah ini mulai dar organik, non-organik, hingga residu. Selama ini yang menjadi persoalan paling krusial adalah sampah residu yang merupakan perpaduan antara organik dan non-organik.

"Itu yang sulit diurai misalnya pembalut, popok, dan sampah lain yang tercampur," paparnya.

Untuk mengurangi sampah dalam bentuk apapun, Kamalia berharap para pelaku UMKM bisa berperan aktif tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai ketika memenuhi kebutuhan kuliner masyarakat kota Bandung.

"Melalui pengurangan sampah di hulu sebelum menjadi sampah sebagai bentuk upaya preventif, sehingga jumlah timbunan sampah plastik dapat dikurangi," ujarnya.

3. Penggunaan nonplastik memang sulit, tapi meminimalisirnya bukan tak mungkin

Pelaku UMKM Jadi Garda Terdepan untuk Kurangi Volume Limbah PlastikIDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Koordinator PlastikDetox Luh De Dwi Jayanthi mengatakan, pelaku UMKM yang bekerjasama dengan aplikasi pesan-antar makanan sebenarnya memiliki peran penting dalam pengurangan sampah plastik. Pengurangan sampah memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Sebab banyak hal yang bisa dilakukan agar plastik sekali pakai bisa diminimalisir.

Selama ini banyak pelaku usaha yang berasumsi bahwa ongkos untuk mengurangi sampah plastik sangat mahal. Ini tidak seutuhnya benar karena pengurangan sampah bisa diganti sistemnya dengan plastik pakai ulang.

"Kita akan coba mencari jalan keluar bersama dengan pelaku usaha agar konsep pengurangan sampah bisa didapat dengan menyesuaikan usaha yang bersangkutan," ujar Dwi.

Dalam pelatihan ini, PlastikDetox pun mendorong pelaku usaha bisa melakukan hitung-hitungan mengenai keuntungan dan penghematan biaya ketika harus beralih dari plastik sekali pakai.

"Kita coba membangkitkan kepercayaan diri lagi dengan membuat inisiatif atau inovasi bersama-sama," pungkasnya.

Baca Juga: Tangani Sampah Laut, Begini Komitmen Indonesia Menurut Menteri LHK 

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Kamu harus Beralih dari Kantong Plastik ke Tote Bag

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya